Bendera Islam Berkibar di Negeri Khalifatul Khamis

Mapara Baubau
Masiroh Panji Rasulullah (MPR), Minggu (9/4) kemarin tidak hanya mengarak bendera Islam yang berukuran besar. Tapi ribuan bendera al-Liwa (warna putih) dan ar-Rayah juga berkibar di Negeri Khalifatul Khamis ini.

HARI itu, mulai pukul 07.00 Wita, para aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kota Baubau sudah mempersiapkan ribuan bendera yang bertuliskan kalimat Tauhid “Laa Ilaaha Ilallah Muhammad Rasulullah”. Bendera ini untuk dibagikan pada ribuan peserta Masiroh Panji Rasulullah.

Para peserta start dari sejumlah titik. Dari Dermaga Wamengkoli dengan menggunakan perahu mengibarkan puluhan bendera. Begitu juga dari Pantai Kamali. Kemudian dari Kampus Unidayan. Puluhan mobil dari Kecamatan Lealea. Dan pasukan intinya dari Benteng Keraton Buton yang mengarak dua bendera raksasa, yakni ar-Royah dan al-Liwa.

Kelompok lain datang juga dari Kabupaten Wakatobi dengan melewati Lasalimu menuju Kota Baubau. Kemudian dari Buton Utara, Muna, dan Muna Barat. Semua kelompok dari daerah masing-masing dengan mengibarkan bendera umat Islam itu.

Semua peserta itu menuju pelataran Stadion Betoambari. Meski tidak persis bersamaan, namun peserta berkumpul di pelataran Stadion Betoambari mulai puku 08.30 Wita. Suasan Stadion Betoambari pun menjadi berubah. Bendera al-Liwa dan ar-Royah berkibar dengan indahnya melambai keudara.

Persis pukul 08.45 Wita, Tablig Akbar sebagai rangkaian Masiroh Panji Rasulullah dimulai. Peserta dari sejumlah penjuru masih berdatangan. Meski ada sedikit kendala, namun antusias peserta tidak menghiraukan kendala yang ada. Itu karena semangat umat Islam untuk memperkenalkan bendera Islam ke masyarkat sangat tinggi.

Tablig Akbar pun semakin seru, ditambah lagi para peserta saat mendengar lantunan ayat suci al-Quraan dibacakan langsung menggetarkan jiwa. Usai pembacaan ayat suci Al-Quran, MC langsung mempersilahkan Utadz Musran SSos, selaku Humas DPD II HTI Kota Baubau untuk memberikan sambutannya.

Dalam sambutannya itu, Musran memperkenalkan kepada peserta mengenai dua bendera berwarna hitam dan putih. Bendera yang berwarna putih disebut al-Liwa digunakan kepala negara dalam sistem Pemerintahan Islam (Negara Khilafah, red). Sementara bendera yang berwarna hitam disebut Ar-Rayah adalah bendera yang dibawa pasukan jihad saat berperang.

“Bendera ini bukanlah bendera milik Hizbut Tahrir atau milik kelompok-kelompok tertentu. Tetapi bendera ini adalah bendera Islam yang dipergunakan oleh baginda Rasulullah SAW dalam pemerintahan Islam,” tukasnya.

KH Muhammad Ihsan Abdul Djalil SPd MPd, selaku pembicara dari DPP Hizbut Tahrir Indonesia menitik beratkan membahas terkait dengan Khilafah (negara Islam) yang saat itu menggunakan ar-Royah dan al-Liwa sebagai benderanya.

Ihsan Abdul Djalil menjelaskan, para ulama telah sepakat bahwa Khilafah itu wajib. Karena diterapkannya hukum-hukum Islam bergantung pada Khilafah. “Jadi sangat tidak pantas kalau ada orang yang mengaku muslim, namun menolak ide Khilafah. Apalagi khilafah merupakan ajaran Islam yang mulia,” tukasnya.

Ihsan juga menyampaikan bahwa Khilafah itu adalah janji dari Allah sekaligus kabar gembira dari Rasulullah Muhammad SAW. Bahwa setelah era para penguasa diktator seperti sekarang ini akan lahir kembali Khilafa untuk kedua kalinya.

Cuma saja, kata dia, janji Allah dan kabar gembira tentang Khilafah itu tidak bisa tegak dengan sendirinya tanpa diperjuangkan. Karena itu Ihsan Abdul Djalil menyerukan pada kaum Muslim untuk bergabung bersama HTI untuk memperjuangkan dan mewujudkan janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah itu.

Mendengar pidato politik dari DPP Hizbut Tahrir Indonesia langsung diiringi dengan pekikan takbir dari semua peserta. Apalagi saat Masiroh Panji Rasul dan Tablig Akbar diarak-arakan disemua titik mampu menghipnotis semua masyarakat yang ikut menyaksikannya di sepanjang jalan.

Suasana haru peserta dan panitia terlihat dari diraut wajah yang turut hadir dalam kegiatan tersebut. Disaat mendengarkan pembacaan doa yang dibawakan oleh Ustdz Syahrir Sidiq ST. Hingga tak sadarkan diri air matapun jatuh membasahi pipi sebahagian peserta.

Sementara suasana hari itu cerah sedikit mendung. Sehingga para peserta tidak begitu kepanasan.

Usai pembacaan doa maka selesailah rangkaian acara MPR dan Tablig Akbar. Para peserta membubarkan diri secara teratur. Walaupun kegiatan itu begitu singkat, namun ide dan opini yang diemban DPD II HTI Kota Baubau mengenai Paji Rasulullah SAW mampu menggetarkan Kota Baubau. (butonpos.fajar.co.id, 9/4/2017)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*