Mega Lobi Internasional di Bali

Partai Demokrat menuding Ketua Umum PDIP itu terus curi start.

TABANAN — Selain getol melakukan ‘kampanye dini’, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri juga melakukan lobi-lobi politik internasional. Mantan presiden ke-5 RI yang bertekad ikut bertarung kembali pada Pilpres 2009 itu, kali ini mengundang 32 duta besar (dubes) negara sahabat ke acara penghijauan dan penanaman pohon langka di Kebun Raya Eka Karya, Bedugul, Kabupaten Tabanan, Bali, Ahad (9/3).

Mega mengundang mereka atas nama Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia. Dari total 32 yang diundang, sebanyak 27 dubes menghadiri hajatan Mega itu, antara lain Dubes Malaysia, Amerika Serikat, Maroko, Singapura, Peru, dan Ekuador.

Aroma politis merebak dalam acara pelestarian lingkungan itu. ”Why not? Semua orang boleh melakukan lobi-lobi internasional dengan pihak mana pun,” kata Sekretaris Fraksi PDIP di DPR, Ganjar Pranowo, saat dihubungi Republika, kemarin.

Menurut Ganjar, kampanye reboisasi dan reforestasi itu sebagai bagian dari partisipasi membangun bangsa dan negara. Apalagi, Mega adalah pencetus Gerakan Penghijauan Nasional (Gerhan) sewaktu menjabat presiden. ”Ini partisipasinya sebagai elemen masyarakat untuk tidak berbuat sulit setelah terjadinya global climate change (perubahan iklim global). Kalau dipersepsikan sebagai bagian politik, ya, karena Mega memang orang politik,” tukas Ganjar.

Mega sendiri, lanjut Ganjar, mengaku prihatin atas terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 02/2008 yang mengatur tarif sewa untuk para penambang di hutan lindung. Tak hanya itu, belakangan malah muncul persoalan kayu sitaan di Riau yang diizinkan untuk kayu industri. ”Ini kan sudah salah,” katanya.

Mencuri start
Namun di mata Partai Demokrat, langkah Mega mengundang para dubes sebagai rangkaian mencuri start dalam persiapan menghadapi Pemilu dan Pilpres 2009. Apalagi ditandai dengan kritikan baru terhadap aksi penanaman sejuta pohon yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

”Ini kan mencuri start kampanye. Sudah sering dilakukannya. Tapi tak masalah dan tak mengganggu SBY. Toh orang sudah cerdas melihatnya,” kata Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Ahmad Mubarok. Sementara pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Arbi Sanit, tidak sependapat jika Mega dianggap mencuri start. ”Itu pandangan curiga dari orang yang tak bisa menilai demokrasi dari sudut yang sebenarnya. Padahal tak ada yang salah. Orang kreatif kok dipermasalahkan,” katanya.

Menurut Arbi, Mega adalah tokoh nasional yang juga berhak untuk mengundang para duta besar. ”Kenapa orang-orang merecoki ini? Ini kan negara demokrasi. Semua orang bebas untuk mengajak, mengundang, bahkan untuk merayu,” ujarnya.

Bila dalam acara penanaman pohon di Bali itu ternyata Mega mendapatkan keuntungan politik, Arbi menilainya biasa saja. ”Janganlah hal itu dipandang buruk. Keuntungan politik bagi tokoh politik seperti Mega adalah sebuah konsekuensi dalam berbuat sesuatu,” tandas Arbi.

Tahun politik SBY
Kampanye dini oleh figur yang berambisi jadi presiden, tidak hanya dilakukan Mega. Bahkan SBY sendiri mencanangkan 2008 sebagai ‘tahun politik’. Ketua Dewan Pembina DPP Partai Demokrat itu akan menemui para kadernya mulai dari pusat sampai daerah, sekali dalam sepekan. Bumbu temu kader itu adalah mendengar keluhan rakyat disertai aksi sosial khas kampanye kontestan pemilu atau pilpres.

”Yudhoyono ingin meyakinkan bahwa di setiap simpul pemilihan suara sudah ada kader Partai Demokrat di situ,” ungkap Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Marzuli Alie, usai membuka Rapat Kerja Daerah (Rakerda) I Partai Demokrat Sumatra Barat, kemarin.

( wed/aas/ant ) [Republika Online]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*