Oleh: Umar Syarifudin (pengamat politik internasional)
KTT G-20 dilaksanakan tanggal 7-8 Juli di Hamburg – Jerman, situasi menunjukkan negara-negara kompetitor AS seperti Inggris, Prancis dan Jerman terlihat aktif menentang kebijakan-kebijakan “America First” yang disodorkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Agenda tersebut bukan tanpa penentangan, demonstrasi hari Minggu (1/7) yang diorganisir oleh kelompok “Gelombang Protes G-20”, dilakukan masif di pusat kota. Demonstrasi-demonstrasi lainnya pekan ini dinamai “Selamat Datang di Neraka” dan “G-20 Tidak Bisa Kami Terima.
Kanselir Jerman, Merkel menyatakan “Apa yang kami lakukan dengan sumber daya? Apa aturan bagi pemerataan kesejahteraan? Berapa banyak orang ikut serta? Dan berapa negara yang bisa mendapat manfaat?”, dia juga mencatat sejumlah Isu harus masuk dalam agenda G-20. “Kita perlu perjanjian perlindungan iklim, pasar terbuka dan perjanjian perdagangan yang lebih baik dimana standar-standar perlindungan konsumen, sosial dan lingkungan ditegakkan.”
Ilusi
Memang ilusi, jika G-20 diharapkan memiliki peran yang besar dalam mengatasi krisis global serta menciptakan kesetaraan dan kestabilan. Negara-negara berkembang masih dalam subordinasi negara-negara kapitalis Barat. Negara-negara lemah dipaksa patuh pada perintah Barat untuk tidak melakukan proteksionisme dan dipaksa meliberalisasi perekonomian domestik, sementara di saat yang sama negara-negara maju melakukan proteksionisme terselubung terhadap lembaga keuangan dan korporasi raksasa mereka dengan dana triliunan dolar.
Sebab, G-20 tidak menjawab persoalan krisis secara substansial melainkan lebih terarah untuk mempertahankan Kapitalisme baik Kapitalisme ala Anglo-Saxon (AS dan Inggris) maupun ala Eropa Continental (Jerman dan Prancis). Justru G-20 menjadi sarana baru bagi Barat dalam mempertahankan eksistensi penjajahannya atas dunia.
KTT G-20 masih dalam koridor rencana-rencana kapitalistik, sementara sistem kapitalisme telah merusak dunia. Laporan Oxfam tahun 2014 adalah peringatan mengerikan tentang kedalaman ketidaksetaraan kekayaan di seluruh dunia; Ketimpangan yang melebar telah menciptakan lingkaran setan di mana kekayaan dan kekuatan terkonsentrasi di tangan beberapa orang, membiarkan remah-remah sisanya untuk diperebutkan dunia. Kapitalisme telah gagal dalam mendistribusikan kekayaan dengan cara yang adil. Bahkan di tempat kelahiran Kapitalisme dan pusat peradaban kapitalisme sekarang, Eropa dan Amerika Serikat, distribusi kekayaan tetap merupakan kegagalan besar.
Salah satu alasan utama ketimpangan ekonomi ini adalah karena orang kaya memiliki pengaruh besar terhadap kepemimpinan politik dan institusi politik. Hal ini telah dirusak karena pemerintah sangat melayani kepentingan elit ekonomi sehingga merugikan masyarakat awam. Kapitalisme tidak memiliki solusi untuk distribusi kekayaan, pertumbuhan ekonomi yang lebih banyak, perubahan rezim pajak dan penghindaran penghindaran pajak hanya melingkari isu sebenarnya. Ini adalah masalah sistemik dan hanya mereformasi kapitalisme hanya akan mengabadikan masalah ini.
Negara-negara barat kapitalis melibatkan negara-negara berkembang dalam G-20, justru semakin menguras sumberdaya yang dimiliki negara-negara berkembang untuk membiayai krisis AS dan Eropa di masa-masa mendatang. Di sisi lain, negara-negara berkembang didesain untuk meningkatkan ketergantungan pada utang melalui IMF dan Bank Dunia dengan dana yang diambil dari negara-negara berkembang yang kaya seperti Arab Saudi.
Jalan Buntu
Amerika Serikat, Cina dan Uni Eropa dalam hal perekonomian, ketiga negara ini merepresentasikan lebih dari 50% perekonomian global. Dan karena krisis-krisis ekonomi yang terjadi masa lalu dan mendatang memiliki hubungan erat dengan sistem kapitalisme yang diadopsi oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa. Oleh karena itu, pengaruh keduanya dalam krisis adalah paling menentukan. Faktor-faktor paling menonjol pada masalah perekonomian adalah: utang pemerintah, angka pengangguran, utang lokal, departemen pelayanan seperti kota dan belanja sosial. Termasuk pergerakan pasar tenaga kerja, pergerakan pasar sirkulasi uang, juga pergerakan pasar proyek pemerintah dan swasta.
Cina yang saat ini menjadi pengikut kapitalisme setelah mengadopsi jalan kapitalisme dan terikat kuat dengan perekonomian Amerika. Cina sebagai pengikut kebijakan-kebijakan perekonomian Amerika. Dan dengan cepat Cina bekerja mengimplementasikan keputusan-keputusan ekonomi yang dipimpin oleh institusi-institusi kapitalisme global yang ada di bawah pengaruh Amerika.
Perekonomian di Eropa tetap menderita akibat krisis dan belum bisa keluar dari krisis dan masih terus berada dalam kondisi resesi. Dan berikutnya maka tidak terjadi perbaikan perekonomian yang menyolok. Sejumlah negara Uni Eropa berutang ketika bergabung dengan Uni Eropa, sampai tingkat utangnya melampaui skala perekonomiannya. Ketika Eropa krisis, sejumlah negara Uni Eropa pada posisi tidak mampu membayar utangnya sebelum krisis. Jerman berhasil memaksakan kebijakan pengetatan dengan mengurangi belanja pemerintah dan menurunkan utang negara-negara Uni Eropa. Jerman memaksakan kebijakan itu terhadap kawasan Euro di Uni Eropa, berlawanan dengan Amerika yang mengadopsi kebijakan memompa uang dan menambah utang.
Yang terjadi saat ini, perekonomian global masih dalam krisis. Selama sistem kapitalisme tegak, problem-problem tetap muncul. Akibatnya kemiskinan melanda miliaran manusia. Kekayaan tersia-siakan sebelum bisa sampai ke masyarakat dan mereka manfaatkan pada saat terdistribusi kepada mereka. Jadi kesusahan dan penderitaan menerpa banyak orang. Dan sebaliknya segelintir pemilik modal mengangkangi sebagian besar kekayaan. Karena sebab itulah maka krisis akan tetap ada seperti gunung berapi yang kadang meletus dan kadang reda, akan tetapi di dalamnya magma tetap bergolak. Patut disayangkan,politik luar negeri Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar di dunia bukan saja tidak mampu melawan AS dalam merealisasikan agenda-agenda imperialismenya, tetapi malah terperangkap penjajahan Barat.
Sehingga…
Dengan demikian, KTT G-20 dan tujuan-tujuan politik dan ekonominya tidak memberi perbaikan, harapan hanya terletak pada umat Islam dan Islam. Kita sebagai umat perlu menyadari hal ini dan mengambil tantangan itu. Maka mari kita pahami, bahwa solusi Syariah Islam yang tidak ada kemuliaan dan jalan keluar bagi kita kecuali dengannya. Amerika menginginkan negara sekuler kapitalis dan tunduk padanya. Maka realisasikan berita gembira Rasul dengan menegakkan al-Khilafah ar-Rasyidah kedua yang telah dijanjikan yang berjalan di atas manhaj kenabian.[]