Catatan Felix Y. Siauw: Solidaritas Akidah

ustadz felix siauwTampaknya kriminalisasi ulama bukan hanya terjadi di Indonesia tapi juga terjadi di dunia. Baru-baru ini kita juga mendapatkan kabar bahwa Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan beberapa negara di Timur Tengah lainnya memutuskan hubungan dengan Qatar dengan tudingan bahwa Qatar mendanai terorisme dan memberikan perlindungan pada Ikhwanul Muslimin dan Hamas.

Di Indonesia, kasus kriminalisasi Habib Rizieq yang bercampur antara lucu dan aneh menjadi contoh bagaimana ulama dikriminalisasi, seolah melengkapi tuduhan makar dan menggoyang negara, sampai tuduhan money laundering dari donasi aksi 411 dan 212 yang lalu. Kini nama Amien Rais juga digadang masuk ke dalam daftar panjang kriminalisasi ulama.

Bila kita perhatikan, sebenarnya kondisi yang terjadi di Indonesia seolah mewakili apa yang terjadi di dunia Islam saat ini. Bila di dunia Ikhwanul Muslimin dicap sebagai organisasi teroris, begitu pula yang terjadi dengan Hamas, maka di Indonesia diwakili oleh Hizbut Tahrir Indonesia yang dianggap radikal, bahkan disamakan dengan ISIS, walau kenyataannya jauh berbeda.

Demikian pula bila negara Timur Tengah sibuk mengeluarkan edaran nama-nama ulama yang dianggap teroris, di Indonesia juga sudah beredar hal-hal semisal itu. Bahkan sekelas Dr Yusuf Qardhawi disebut-sebut sebagai teroris, di Indonesia Habib Rizieq pun sudah masuk kedalam DPO. Demikian kita melihat bahwa ulama dianggap sama nilainya seperti pencuri dan pendosa akut.

Apa yang bisa kita lihat dari semua ini? Yang jelas adalah satu strategi lama “Belah Bambu”, mengangkat satu pihak dan menginjak pihak lain, memecah belah Islam dengan isu terorisme, menuduh yang satu dan memuji yang lain. Permainan lama dengan aktor yang lama pula.

Wajar ketika Presiden Amerika Trump, menegaskan bahwa jerih payahnya melakukan kunjungan ke Arab Saudi membuahkan hasil, yaitu sikap keras negara-negara Tmur Tengah pada Qatar, untuk mendesak Ikhwanul Muslimin dan Hamas.

Dan sama pula seperti Indonesia, di mana solidaritas antar-harakah kaum Muslim sudah mulai menguat, ini pun terjadi di dunia, tercatat bahwa Turki lewat Presiden Erdogan menyatakan bahwa mereka bersama dengan Qatar dalam konflik ini.

Apa yang bisa kita ambil pelajarannya? Adalah ikatan lemah nasionalisme tidak mampu menjadikan kaum Muslim bersatu satu sama lain, misal dalam pemutusan hubungan dengan Qatar, yang menjadikan warganya mendapat perlakuan buruk di Haramain saat berumrah, ini contoh kecil saja.

Dan hanya ikatan akidah yang dapat mencegah hal ini terjadi, sebab dengan ikatan akidah, kaum Muslim akan seperti tubuh yang satu sebagaimana yang disampaikan Rasulullah, atau layaknya bangunan yang satu bagiannya menjadi penguat bagian yang lain sebagaimana Allah menyampaikan dalam kalam-Nya.

Isu radikalisme, war on terrorism yang digaungkan Barat ini menjadi berhasil memecah belah kaum Muslim, sebab ikatan yang ada diantara kaum Muslim barulah ikatan kepentingan, nasionalisme, dan kekauman, tapi bukan ikatan yang muncul dari akidah yaitu ukhuwah.

Maka kita melihat kaum Muslim terpecah, begitu teganya Saudi, UEA dan ngara-negara yang mayoritas penduduk dan penguasanya Muslim, bahkan memiliki ulama-ulama hebat, memperlakukan saudara sesama Muslim di Qatar seperti itu, bahkan menuduh Ikhwanul Muslimin dan Hamas sebagai gerakan terorisme, dan mengkriminalisasi ulama sekelas Yusuf Qardhawi dan Ali Ash-Shalabi.

Namun inilah ujian dari Allah yang harus kita lewati, maka kejadian-kejadian ini makin menguatkan kaki kita di jalan dakwah dan tangan kita untuk beramal shalih lebih banyak. Sebab kepanikan Barat dan sekutunya adalah karena mereka menyadari fajar kebangkitan kaum Muslim!

Felix Y. Siauw
Member @YukNgajiID

Sumber : Tabloid Media Umat edisi 199

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*