[Al-Islam No. 863-20 Syawal 1438 H_14 Juli 2017]
Berbagai tudingan terhadap ajaran Islam dan para pejuangnya kian hari kian marak terjadi. Berbagai tudingan ini bermuara pada satu hal: nafsu untuk menghalang-halangi penerapan ajaran Islam dalam kehidupan.
Khilafah, misalnya, dituding sebagai bukan bagian dari ajaran Islam. Jelas, ini merupakan fitnah yang luar biasa. Bagaimana mungkin Khilafah yang telah dinyatakan dalam al-Quran, as-Sunnah dan Ijmak Sahabat bahkan Ijmak Ulama dituding bukan bagian dari ajaran Islam? Bagaimana mungkin pula Khilafah yang pernah ada dalam rentang sejarah selama lebih dari 13 abad dengan peradaban emasnya—sejak Khulafaur Rasyidin, Khilafah Umayah, Khilafah Abasiyah dan Khilafah Utsmaniyah—seolah-olah dianggap tidak pernah ada?
Kini seruan tentang Khilafah seolah menjadi aib. Penyebar ajaran tentang Khilafah dianggap kriminal. Para pejuang Islam yang menyerukan Khilafah sebagai wujud penerapan Islam secara kâffah dituding sebagai radikal, pemecah-belah bangsa, anti Pancasila dan NKRI, bahkan dituduh sebagai teroris. Karena itu Pemerintah—meski harus melanggar UU yang mereka buat sendiri—terkesan memaksakan diri untuk mengeluarkan Perppu dengan tujuan untuk membubarkan ormas yang sebelumnya dituding dengan berbagai tudingan di atas. Boleh jadi tidak hanya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang disasar, tetapi sejumlah ormas Islam lain yang juga dituding radikal hanya karena berseberangan dengan Pemerintah.
Tidak hanya itu, segala seruan yang bernuansa Islam kini dicurigai. Ada upaya Pemerintah melalui Kemenag untuk mewaspadai keberadaan Kerohanian Islam (Rohis) di sekolah-sekolah. Padahal aktivitas Rohis sangat positif. Rohis justru menjadi benteng bagi para remaja ketika mengalami gempuran budaya Barat, khususnya pergaulan bebas, yang merusak moral.
Melalui pernyataan pejabat Kementerian Pendidikan baru-baru ini, Pemerintah pun menganggap mata kuliah agama Islam di perguruan tidak terlalu penting. Mata kuliah agama Islam di perguruan tunggi, yang hanya 2 SKS, dianggap tidak ada gunanya dan tidak relevan dengan keilmuan sehingga harus diabaikan.
Itulah di antara berbagai fitnah yang menimpa Islam dan para pejuangnya di negeri ini, akhir-akhir ini. Pertanyaannya: mengapa semua ini terjadi? Di dalam al-Quran Allah SWT memberikan jawaban:
وَلَا يَزَالُونَ يُقَٰتِلُونَكُم حَتَّىٰ يَرُدُّوكُم عَن دِينِكُم إِنِ ٱستَطَٰعُواْ
Mereka (musuh-musuh Islam) tidak henti-hentinya memerangi kalian (umat Islam) hingga mereka dapat mengembalikan kalian dari agama kalian (pada kekafiran) jika mereka mampu (TQS al-Baqarah [2]: 217).
Pelajaran dari Fitnah Terhadap Rasulullah saw. dan Para Sahabat ra.
Sebagaimana kita ketahui, sejarah manusia tidak pernah kosong dari pertarungan antara kebenaran dan kebatilan. Para penyeru kebaikan senantiasa mendapat tantangan dan halangan dari para penyeru kebatilan, juga dari orang-orang yang suka berbuat kerusakan dan bersikap pragmatis yang hidup sekadar mencari kemanfaatan duniawi dan demi memenuhi hasrat hawa nafsu semata. Demikian yang dialami oleh seluruh nabi dan rasul sekaligus menjadi sunnatullah bagi dakwah mereka.
Tak ada perjuangan tanpa ancaman dan tantangan, bahkan hambatan dan gangguan. Rasulullah saw. pun—manusia yang paling baik akhlaknya, paling baik tutur kata serta budi bahasanya; yang senantiasa dibimbing wahyu dalam seluruh sikap, kata dan perbuatannya; yang menjadi teladan seluruh umat manusia—tidak luput dari hal tersebut. Beliau, misalnya, pernah mendatangi orang-orang di rumah-rumah dan pasar-pasar mereka demi menyampaikan kalimat, “Katakanlah: Lâ ilâha-illalLâh niscaya kalian akan sukses!” Setiap kali Rasulullah saw. keluar menyampaikan dakwahnya, Abu Lahab senantiasa mengikuti beliau untuk mendustakan beliau sekaligus memperingatkan orang-orang Quraisy agar tidak mengikuti ajakan beliau. Rasulullah saw. pun digelari dengan sejumlah julukan miring antara lain: pendusta, penyihir, penyair, gila, pemecah-belah, dll. Namun demikian, Rasulullah saw. adalah manusia unggul yang kuat dan tahan banting. Beliau tetap teguh dan lurus dalam perjuangannya. Semua ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan tidak beliau pedulikan. Beliau tetap maju ke depan memperjuangkan risalah yang beliau bawa sebagai amanat dari Allah SWT.
Orang-orang Mukmin generasi pertama dan terbaik, yang senantiasa mengikuti jejak langkah Rasulullah saw. dengan ikhlas dan penuh kesungguhan, juga mengalami hal yang sama. Bahkan orang-orang Mukmin dari kalangan rakyat biasa, yang tidak memiliki perlindungan dari keluarga dan kaumnya, mendapatkan hambatan dan gangguan fisik dari orang-orang yang tidak menyukai Islam berkembang. Bilal ra., seorang budak yang masuk Islam, misalnya, disiksa dengan ditelentangkan di padang pasir pada siang hari yang terik serta ditindih batu. Khabab bin al-Art ra., seorang budak yang lain, ditusuk oleh tuannya dengan besi panas. Yasir dan istrinya, Sumayyah, bahkan menjadi syahid dalam perjuangan menegakkan kalimat tauhid: Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh.
Namun demikian, Rasulullah saw. dan para sahabat beliau adalah orang-orang yang pantang menyerah dalam menegakkan kebenaran. Mereka sabar dan sangat memahami hakikat ancaman, tantangan, hambatan maupun gangguan yang mereka hadapi. Semua itu mereka pahami sebagai cobaan, fitnah dan ujian atas keimanan. Allah SWT mengajarkan kepada mereka hal itu melalui firman-Nya:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ – وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja mengatakan, “Kami telah beriman,” sementara mereka tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka sehingga Allah benar-benar mengetahui mana orang-orang yang benar dan mana orang-orang yang dusta (TQS al-Ankabut [29]: 2-3).
Dalam ayat lain Allah SWT juga menanamkan keberanian yang didasari keyakinan kepada kaum Mukmin dengan jaminan bahwa Allah SWT adalah Penolong sekaligus Pelindung mereka dari berbagai fitnah yang dilancarkan oleh orang-orang kafir kepada mereka. Allah SWT berfirman:
نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ
Kamilah Pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Di dalamnya kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan apa yang kalian minta (TQS Fushshilat [41]: 31).
Bahkan Allah SWT memberitahu kaum Mukmin bahwa orang-orang yang memfitnahi mereka akan dibalas dengan azab-Nya. Allah SWT berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ
Sungguh orang-orang yang menimpakan cobaan kepada kaum Mukmin laki-laki dan perempuan. kemudian mereka tidak bertobat, maka bagi mereka azab Jahanam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar (TQS al-Buruj [85]: 10).
Terkait ayat di atas, Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan bahwa orang-orang yang membuat fitnah terhadap kaum Mukmin, jika tidak segera bertobat dan menghentikan tindakan mereka serta tidak menyesal atas fitnah yang pernah mereka timpakan atas kaum Mukmin pada masa lalu, maka mereka bakal ditimpa dengan siksaan yang membakar.
Wahai Para Penerus Perjuangan Rasulullah saw.:
Oleh karena itu, keberanian dan keyakinan sudah sepantasnya berada di dalam diri seorang Mukmin, pejuang kebenaran, pelanjut pembawa Risalah Islam yang rahmatan lil alamin. Ragam tudingan—seperti radikal, anti kebhinekaan, anti Pancasila dan NKRI serta tudinghan lain yang tidak berdasar—kepada para pejuang Islam yang menghendaki penerapan syariah Islam secara kâffah adalah fitnah yang harus dihadapi dengan sikap tenang dan penuh keberanian.
Tentu kita menolak cara-cara kekerasan dalam berjuang menegakkan Islam di muka bumi ini. Mengubah pikiran dan keyakinan manusia agar mau menerapkan Islam secara kâffah tidaklah dengan senjata dan cara-cara kekerasan, tetapi dengan cara berdiskusi, adu argumentasi, bahkan mungkin berdebat untuk menyibak kepalsuan dari sebuah kebatilan dan sekaligus menampilkan kebenaran Islam secara nyata.
Alhasil, sekali lagi penting kita sadari bahwa kaum Mukmin yang sudah lurus dalam menempuh jalan yang dicontohkan Rasulullah saw. dalam menegakkan Islam pasti akan menghadapi banyak fitnah. Itu wajar, sesuai sunnah Rasulullah saw. dan para pejuang kebenaran sebelum beliau. Datangnya fitnah dari segala penjuru dengan aneka ragam bentuknya tidak lain demi menggagalkan perjuangan kaum Mukmin dalam menegakkan kebenaran Islam. Musuh-musuh Islam memang akan selalu berbuat makar. Namun, yakinlah bahwa makar mereka akan dibalas oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Mereka membuat makar, Allah pun membalas makar (mereka). Allah adalah Sebaik-baik Pembalas makar mereka (TQS Ali Imran [3]: 54).
WalLâhu a’lam. []
Komentar al-Islam:
Perppu Pembubaran Ormas Radikal Diumumkan Besok (Rabu, red.) (Republika.co.id, 11/7/2017).
- Yusril Ihza Mahendra: Tidak Ada Kegentingan yang Memaksa yang Memungkinkan Presiden Keluarkan Perpu Mengubah UU Ormas (Hizbut-tahrir.or.id, 11/7/2017).
- Artinya, dengan mengeluarkan Perppu untuk membubarkan Ormas, Pemerintah telah melanggar UU yang berlaku.
- Jika Pemerintah melanggar UU yang dibuatnya sendiri, jangan salahkan jika masyarakat makin tidak percaya kepada Pemerintah yang semakin bertindak sewenang-wenang.