Pesta Demokrasi yang digelar bangsa Indonesia untuk pemilu Legislatif dan Presiden, tahun ini tidak hanya pemborosan, tetapi juga gagal membangun bangsa Indonesia lebih baik. Demikian paparan Ust Rahmad S Labib , pembicara inti dalam Halqoh Islam dan Peradaban yang digelar HTI Jateng, 15 Maret 2009 Di Dewan Riset Daerah Jateng.
Acara yang mengambil tema Demokrasi VS Kesejahteraan tersebut menghadirkan keynote Speakers Mantan Rektor Undip dan sekaligus Budayawan Semarang Prof. Ir. Eko Budiharjo,MSC. Beliau menjelaskan bahwa Demokrasi di Indonesia sudah kebablasan, bagaimana mungkin bahwa secara teori Negara dengan jumlah partai lebih dari 30 bisa berjalan baik? Padahal yang ideal adalah 2 atau 3 partai saja, demikian papar beliau.
Sementara panelis dari Matla’ Institut Ir. Eko Agung Nugroho, MM menjelaskan bahwa demokrasi yang terjadi saat ini sebenarnya tidak akan merubah suatu masyarakat secara lebih sejahtera selama masih bersandarkan pada ideologi kapitalisme dan sekulerisme. Yang terjadi adalah corporate state, artinya yang punya dana dan modal besarlah yang berkuasa mempengaruhi kebijakan Negara. Ini persis seperti yang terjadi di Negara-negara kapitalsime lainnya, dimana pemilki modal sebenarnya yang mengatur Negara.
Rahmad S. Labib kemudian menjelaskan bahwa perbedaan antara demokrasi dengan konsep Islam adalah bahwa kedaulatan dalam sistem demokrasi adalah di tangan Rakyat, maka rakyatlah yang membuat hukum. Di sinilah muncul hawa nafsu yang antara satu dengan lainnya saling bertentangan. Sedang Kedaulatan dalam sistem Islam adalah di tangan syara’ (Allah SWT), maka manusia hanya mempunyai kekuasaan untuk mengatur sementara hukum mengacu pada aturan al Kholiq. ( I’lamiyah)