Rakyat Indonesia Berlepas Dari Kejahatan Yahya Khalil Staquf dan Pelecehannya Atas Warga Palestina

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Fadli Zon menyebutkan bahwa perlu bagi pemerintah untuk meminta klarifikasi dari Yahya Khalil Staquf terkait kunjungannya ke entitas Yahudi, dan kehadirannya dalam simposium yang diselenggarakan oleh Komite Yahudi Amerika (AJC) di Israel. Sebab dalam hal ini meskipun Staquf pergi ke entitas Yahudi dan bertemu dengan Benjamin Netanyahu dalam kapasitasnya sebagai pribadi, namun posisinya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) melekat pada dirinya, apalagi kunjungannya itu hanya akan memicu kegaduhan dalam negeri (tribunnews.com, 17/06/2018).

*** *** ***

Sungguh besar kejahatan Yahya Khalil Staquf, Katib Aam Nahdlatul Ulama (NU) yang berkunjung ke entitas Yahudi, lebih dari itu ia bertemu dengan Benjamin Netanyahu, dan berjabat tangan dengan tangannya yang berlumuran darah kaum Muslim. Akibatnya reaksi dan kecaman pun berdatangan dari rakyat Indonesia, khususnya dari para pemimpin mereka atas kejahatan Yahya Khalil Staquf. Semua itu karena dua hal penting: Pertama, perbuatannya ini adalah pelecehan terhadap warga Palestina dan perjuangan mereka, , khususnya, serta terhadap kaum Muslim pada umumnya, mengingat posisi al-Quds bagi kaum Muslim, sebab demi al-Quds inilah generasi kaum Muslim telah berkorban harta dan jiwa mereka selama berabad-abad yang lalu. Kedua, perbuatannya ini adalah pembenaran atas entitas Yahudi bahwa kaum Muslim tidak satu kata dalam menghadapi kasus bumi yang diberkati, Palestina. Apalagi Staquf ini adalah salah satu pemimpin Nahdlatul Ulama (NU) dan anggota Dewan Penasehat Presiden (Wantimpres), meskipun ia dalam melakukan kejahatan ini dalam kapasitasnya sebagai pribadi.

Selain itu, bukannya ia menyatakan dukungan bagi warga bumi yang diberkati, Palestina, selama kunjungannya yang berselimut dosa, justru ia mengucapkan kata-kata buruk terkait Islam, ketika ia menjelaskan bahwa al-Qur’an dan al-Hadis hanyalah dokumen sejarah yang menjelaskan fakta-fakta yang terjadi di era Rasulullah dengan nilai dan semangat yang sesuai dengan keadaan tertentu, sehingga konteksnya terbatas untuk waktu tertentu. Dengan demikian, (menurutnya) harus ada perubahan ketika fakta-fakta dan kejadian-kejadian berubah seiring dengan perubahan waktu. Sungguh pernyataannya ini adalah untuk memuaskan Yahudi, entitas perampas, ketika ia ditanya pada seminar tentang penafsiran al-Qur’an dan al-Hadis yang sesuai dengan semangat perdamaian yang diinginkan oleh entitas perampas ini.

Ya benar, bahwa kaum Muslim di Indonesia berlepas dari kejahatan Yahya Khalil Staquf, di mana berbagai reaksi datang atas perbuatannya yang keji dan ucapannya yang kotor, bahkan reaksi itu datang dari beberapa loyalisnya. Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU), Said Aqil Siroj mengatakan bahwa kunjungan Yahya Staquf tidak mewakili Nahdlatul Ulama, dan tidak ada kaitannya sama sekali. Pernyataan serupa dikeluarkan oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, KH Ma’ruf Amin. Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi juga mengatakan bahwa kehadiran Yahya Staquf tidak mewakili pemerintah Indonesia, di mana hal itu ditegaskan juga oleh Presiden Joko Widodo. Sehingga muncul permintaan yang kuat untuk mencopot Yahya Staquf dari jabatannya karena besarnya kejahatan yang dilakukan, baik dari jabatannya di Nahdlatul Ulama (NU) atau Dewan Penasehat Presiden (Wantimpres).

Adapun seruan untuk perdamaian dengan entitas Yahudi, yang masih dibenarkan oleh minoritas loyalis Yahya Staquf, maka hal itu dibatalkan oleh kejahatan Yahudi, mulai dari pembantaian, pengusiran dan pendudukan terhadap hak warga di Palestina, sehingga masalah ini tidak lagi memerlukan dalil bagi mereka yang masih memiliki hati dan pikiran. Bagaimana mungkin ada gencatan senjata dengan perampas tanah dan kehormatan kami? Dan bagaimana mungkin ada gencatan senjata di tangan orang lemah yang menjulurkan lidahnya di belakang dunia, seperti Yahya Staquf, sedang Yahudi telah menipu para nabi dan rasul? Kaum Muslim tidak akan mendapatkan kembali Palestina yang diduduki oleh Yahudi kecuali dengan kemuliaan jihad, sebagaimana para pendahulu kaum Muslim telah berhasil merebut kembali dari tangan Tentara Salib. Allaah SWT berfirman: “Dan bunuhlah mereka di mana saja kalian jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (TQS Al-Baqarah [2] : 191). [Ady Sudiana]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 23/06/2018.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*