Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah, pada hari Senin 9/7/2018 mengumumkan bahwa lembaganya telah mendokumentasikan paruh pertama tahun ini, dimana rezim Suriah setidaknya telah menjatuhkan 2.908 barel peledak yang menewaskan 169 warga sipil, di antaranya 44 anak-anak dan 52 perempuan, juga telah mendokumentasikan terjadinya sekitar 200 pembantaian yang menyebabkan 2.257 warga sipil hilang nyawanya (aljazeera.net, 9/7/2018).
**** **** ****
Berita tersebut sejalan dengan apa yang ditulis oleh dua orang penulis, Adam Lammon dan Jacob Eishen dalam sebuah artikel yang dipublikasikan oleh majalah Amerika The National Interest bahwa serangan militer yang dilancarkan oleh pasukan Assad di provinsi-provinsi selatan, di Dara’a dan Quneitra telah mendapatkan lampu hijau Amerika, meskipun terdengar nyaring semua gembar-gembor dan pepesan kosong pernyataan media.
Namun sekarang semua mata tertuju ke Idlib untuk mengetahui trik terbaru Amerika dan geng-gengnya agar dapat memaksakan “solusi politik” penghisap darah dan pencabik tubuh melalui semua senjata yang dilarang. Tidak ada cara bagi Amerika untuk dapat melakukan itu semua kecuali dilakukannya melalui mereka yang diklasifikasikan sebagai “para perwakilan dari revolusi” guna menjadi serbet legitimasi solusi beracunnya yang tidak lain hanyalah tambal sulam dan pemanis bibir saja, mulai dari amandemen konstitusi dan sandiwara pemilu yang tidak ada manfaatnya sama sekali, justru dengannya Amerika kembali menancapkan hegemoninya atas Suriah.
Sebagaimana pengakuan Yasser Arafat, pada puncak serangan Yahudi di Lebanon tahun 1982, atas apa yang dikenal dengan resolusi 242, di mana ia menyatakan pengakuan atas entitas Yahudi di bumi Isra’ dan Mi’raj, maka sekarang pun Amerika membutuhkan “tanda tangan” dari “para perwakilan oposisi” yang akan diklaim sebagai sebuah solusi yang dapat diterima untuk Suriah. Solusi inilah yang mewujudkan pesan Barat secara telanjang: Anda tidak punya harapan untuk lepas dari dominasi Barat, sehingga setiap pemikiran yang memberontak terhadap sistem yang diberlakukan oleh Barat setelah runtuhnya negara Khilafah, maka itu berarti ancaman terhadap negara dan rakyat. Untuk itu, belajarlah dari apa yang terjadi di Suriah!
Karena itu kita harus membuang dan meninggalkan siapa saja yang mempromosikan solusi Amerika, yang diemban oleh de Mistura dan teman-temannya, di mana mereka ini adalah orang-orang yang air liurnya mengalir di belakang Jenewa dan yang sejenisnya, yang akan membuat mereka terhina dan dipermalukan di dunia dan di akhirat, serta dilaknat Allah, para malaikat dan semua manusia. Mereka tidak akan pernah berhasil dalam menjinakkan umat untuk menerima sangkar penjara perbudakan yang diinginkan Amerika, yang dipaksakan kepada kita melalui alat-alatnya di dalam rezim dan oposisi.
Apa yang terjadi baru-baru ini di Dara’a, dan apa yang akan terjadi di Idlib, mengungkapkan bahwa konflik selanjutnya akan berada tidak jauh dari tabiat sistem politik berikutnya. Jadi, kami katakan bahwa senjata pembunuhan dan penghancuran tidak akan berhasil dalam meluluhkan kehendak umat untuk membebaskan diri dari kaum salibis Barat dan antek-antek lokalnya. Sejarah memberitahu kita bahwa setelah beberapa abad kaum salibis menyeret ekor kekecewaan dan rasa malu, serta menarik diri kembali ke negaranya karena sudah tidak berdaya. Terkadang terjadi sejumlah kemunduran, pasang surut kekuatan, kerugian dan keuntungan dalam perjuangan umat untuk membebaskan diri dari dominasi musuh salibisnya dan antek-anteknya, agar bisa kembali pada syariah Tuhannya, namun nasib perang tersebut telah diputuskan terlebih dahulu. Allah SWT telah berjanji, sedangkan janji Allah itu pasti benar, “Sesunguhnya Kami akan menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi.” (TQS Ghafir [40] : 51). [Dr Othman Bakhash]
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 11/7/2018.