Menurut The Washington Post: Para pejabat Eropa bersikeras pada hari Jumat (15/2) bahwa mereka akan tetap berkomitmen pada kesepakatan nuklir Iran, sehari setelah Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence menuntut agar negara-negara kekuatan utama Eropa mengikuti Amerika Serikat dengan keluar dari perjanjian. Pence juga menuduh negara-negara Eropa berusaha mengabaikan sanksi Amerika Serikat.
Berpidato di Konferensi Keamanan Munich, di mana para pemimpin dari seluruh dunia mulai berkumpul pada hari Jumat (15/2), kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini berpegang teguh pada komitmen benua untuk mengikuti kesepakatan Iran, mengatakan bahwa 28 negara Uni Eropa menganggap perjanjian itu sebagai jaminan efektif atas perdamaian.
“Saya percaya jika itu bukan karena Uni Eropa dan negara-negara anggotanya, dimulai dengan Prancis, Jerman, dan Inggris, saya yakin bahwa perjanjian nuklir dengan Iran sudah lama mati,” katanya. “Kami percaya bahwa hal itu fundamental dan penting untuk keamanan kami.”
Komentar itu muncul setelah Pence menggunakan pidatonya di Warsawa pada hari Kamis (14/2) untuk menyampaikan serangan yang paling langsung hingga saat ini dari seorang pejabat AS atas upaya Eropa untuk menyelamatkan perjanjian. Pence menuduh kekuatan Eropa membantu “rezim keji” Iran dengan platform keuangan baru yang bertujuan untuk memungkinkan perdagangan dengan Iran terus berlanjut, bahkan ketika Amerika Serikat berusaha untuk mengakhirinya.
Pidato Pence yang intens itu tampaknya tidak banyak mengubah jalannya kebijakan Iran di Eropa, atau bahkan memancing banyak reaksi. Mogherini tidak secara langsung menyebutkan pernyataan Pence, dan pernyataan Uni Eropa atas pertemuan yang diadakan dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di Brussels pada hari Jumat (15/2) tidak menyebutkan masalah tersebut.
Di era Presiden Obama, AS yang menawarkan kepada Eropa hadiah minyak Iran, di mana pada saat itu AS memprotes keras pasukan darat Iran untuk mendukung rezim yang didukung AS di Suriah dan Irak. Eropa, yang haus energi, mengakui kesepakatan nuklir Iran, dan memberikan Iran penerimaan diplomasi yang sepadan untuk memungkinkan AS menggunakan pasukannya tanpa oposisi internasional. Akan tetapi sekarang setelah pekerjaan Amerika telah selesai dilakukan, pemerintahan Trump masih terus berusaha untuk menyuap Eropa.
Di antara ciri khas elit penguasa Iran, khususnya, adalah mereka percaya bahwa mereka sangat cerdas dalam memanipulasi politik internasional untuk kepentingan mereka. “Revolusi” Iran memiliki sejarah panjang kerja sama rahasia dengan “Setan Besar” Amerika. Kembali dalam skandal Iran Contra tahun 1980-an dan dalam kekacauan saat ini, Iran percaya bahwa kondisi ini masih akan memberi keuntungan kedua belah pihak: Kerjasama dengan Amerika Serikat akan memungkinkannya untuk mengkonsolidasikan kehadiran militer dan kebijakan untuk “Syiah” di Lebanon, Suriah dan Irak, serta menghubungkan mereka dengan Mediterania. Sementara perjanjian nuklir akan memulihkan hubungan diplomatik, di samping akses ke perdagangan internasional, dan pertukaran mata uang asing yang sangat dibutuhkannya. Namun fakta yang menyedihkan adalah bahwa Iran dieksploitasi oleh Amerika Serikat setiap saat. Pada 1980-an, Amerika memainkan permainan ganda dengan menggunakan konflik dengan Iran untuk mencoba memantapkan diri di Irak. Ketika itu, Amerika menggunakan Iran sepenuhnya ketika dekat dengan pengusiran dari Suriah dan Irak. Dan sekarang Amerika Serikat ingin mengusir Iran seperti serbet usang. Jadi, kapan para penguasa Iran akan menyadari bahwa aliansi dengan kekuatan asing kafir selalu membawa bencana?!
Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan orang Nashrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (TQS AL-Maidah [5] : 51).
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 22/2/2019.