Meski AS memainkan permainan yang sangat kompleks di Suriah, termasuk menggunakan pasukan militer negara-negara lain untuk mengendalikan berbagai wilayahnya, namun ada satu wilayah di mana AS memutuskan untuk tetap berpatroli di wilayah itu. Ia merupakan sebuah wilayah dengan penduduk yang sangat sedikit, tetapi lokasinya sangat strategis yang menyimpan banyak minyak. Akhirnya, pemerintahan Trump menjadi jelas sikapnya tentang minyak, meskipun belum mengakui nilai geopolitik Deir ez-Zor, yang dekat dengan Suriah, Irak dan Yordania.
Menurut The Guardian: Para pejabat AS berjuang untuk menjelaskan misi dari pasukan berkekuatan 1.000 tentara AS di Suriah, di mana mereka sering mengambil posisi di dekat ladang minyak atas perintah Donald Trump.
Dua minggu setelah memerintahkan evakuasi penuh pasukan AS, sebelum serangan Turki ke wilayah di timur laut Suriah, dan meninggalkan mitranya, kekuatan Kurdi, dalam perang melawan ISIS, Trump berubah pikiran dan mengatakan beberapa pasukan harus tetap yang tugasnya hanya untuk mengamankan minyak.
Jadi, sementara ratusan pasukan khusus AS dipindahkan dari Suriah, maka ratusan tentara lainnya, yang dilengkapi dengan kendaraan lapis baja, bergerak ke wilayah yang tujuannya ladang minyak skala kecil di provinsi Deir ez-Zor dan Hasakah, tetapi tanpa gagasan yang jelas tentang apa yang seharusnya mereka lakukan di sana.
“Kami ingin membawa pasukan kami pulang,” kata Trump pada 1 November. Trump menambahkan: “Kami meninggalkan sejumlah tentara untuk mengamankan minyak. Saya suka minyak, sehingga kami menyimpan minyak.”
Presiden menyarankan bahwa penguasaan terhadap sumber daya alam Suriah merupakan “kompensasi” yang adil atas biaya perang di sana.
Kebijakan luar negeri Barat akan tetap berpusat di sekitar penjajahan, dan kebutuhan untuk mendominasi seluruh dunia dalam rangka mengeksploitasi kekayaan dan sumber daya alamnya untuk kepentingan para elit Barat. Tapi, insya Allah, umat manusia akan segera melihat kembalinya negara yang hanya berusaha mengembalikan perdamaian, keadilan, dan kemakmuran bagi dunia seperti sebelumnya, dalam negara Khilafah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (kantor berita HT, 14/11/2019).