JAKARTA–Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti menyatakan, perilaku elite dalam upaya menggalang koalisi saat ini menunjukkan betapa etika politik kelompok elite masih rendah.
Berbicara dalam satu diskusi di Jakarta, Selasa, Ray menyatakan, dalam membangun koalisi terlihat kalangan elite hanya mendasarkan pada kemungkinan meraih kemenangan daripada kepentingan rakyat.
“Seolah-olah politik hanya angka-angka,” kata alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terlahir dengan nama Ahmad Fauzi itu.
Karena hanya mendasarkan koalisi pada angka-angka, lanjutnya, kalkulasinya hanya pada populer atau tidak pasangan yang akan digandeng, pasangan cocok atau tidak.
“Bukan pada apakah koalisi yang dibangun ada manfaatnya bagi rakyat atau tidak,” katanya.
Bahkan, lanjutnya, `hiruk-pikuk` koalisi telah menenggelamkan persoalan yang sangat penting terkait pelaksaan pemilu lalu, yakni hilangnya hak pilih jutaan warga negara.
Hal senada dikemukakan Direktur Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan (Pedoman Indonesia) M Fadjroel Rachman yang menyebut perpolitikan Indonesia mengarah pada “machiavellian”, yakni politik merebut dan mempertahankan kekuasaan dengan segala cara.
“Ini mencemaskan,” kata Fadjroel yang sempat mendeklarasikan diri sebagai calon presiden independen tersebut.
Menurut dia, perilaku politik di negara ini telah mengarah pada apa yang disebut sebagai “politik persatean” yakni politik tanpa nilai, ideologi, dan paltform.(Republika online, 29/04/2009-18:54)
Maklum bang, demokrasi kan hanya ilusi, ide busuk rendah seperti sampah! Tak ada solusi dari demokrasi untuk kehidupan ini, kecuali ilusi …