HERAT, AFGHANISTAN — Pasukan pimpinan NATO membunuh seorang anak perempuan berusia 12 tahun dan mencederai dua warga sipil di Afghanistan barat, Minggu, ketika mereka melepaskan tembakan ke arah sebuah kendaraan yang bergerak di dekat konvoi pasukan, kata polisi.
Seorang jurubicara pasukan Italia yang bermarkas di kota Herat, Afghanistan barat, mengkonfirmasi penembakan itu namun mengatakan, pasukan yang khawatir akan serangan telah memperingatkan kendaran itu agar menjauh.
Anak perempuan itu dan keluarganya sedang berkendaraan menuju Herat dari sebuah provinsi berdekatan untuk menghadiri pesta pernikahan ketika konvoi pasukan bergerak dari arah berlawanan, kata jurubicara kepolisian untuk Afghanistan barat, Abdul Rauf Ahmadi.
“Pasukan asing melepaskan tembakan ke arah kendaraan sipil itu dan menewaskan seorang anak perempuan berusia 12 tahun, mencederai seorang pria dan seorang wanita,” kata Ahmadi kepada AFP.Anak itu tertembak wajahnya, kata pamannya, Ahmad Wali, yang mengemudikan kendaraan tersebut.
Pasukan internasional di Afghanistan yang memerangi gerilyawan sangat khawatir atas serangan-serangan bom bunuh diri, yang beberapa diantaranya dilakukan oleh kendaraan yang membawa peledak, dan tidak mengizinkan warga sipil mendekati mereka.
Seorang jurubicara militer Italia mengatakan, pasukan telah beberapa kali memperingatkan kendaraan itu agar berhenti.”Pasukan khawatir dan melepaskan tembakan peringatan ke udara dan kemudian ke arah kendaraan itu. Kami tidak tahu apakah ada orang yang terluka dalam kendaraan tersebut,” katanya.
Sebagian besar pasukan asing di Herat berasal dari Italia, yang menempatkan sekitar 2.350 prajurit yang menjadi bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO.Sekitar 70.000 prajurit asing di bawah komando NATO dan AS berada di Afghanistan sejak akhir 2001 untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda sekutu mereka.
Pemerintah baru AS berencana mengirim 21.000 prajurit tambahan tahun ini untuk menstabilkan Afghanistan, yang dikhawatirkan sejumlah politikus dan analis Barat akan tergelincir ke dalam anarki.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom-bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur.
Semakin banyaknya prajurit asing yang tewas membuat sejumlah negara Barat enggan mengirim pasukan mereka ke daerah-daerah dimana kelompok dukungan Al-Qaeda itu beroperasi paling aktif.Jumlah prajurit internasional yang tewas di Afghanistan tahun ini mencapai lebih dari 80, sebagian besar akibat serangan-serangan gerilya, menurut situs berita icasualties.org yang mencatat korban-korban di Afghanistan dan Irak.Lebih dari 295 prajurit internasional tewas di Afghanistan tahun lalu dan tahun sebelumnya 230. (Republika online, 04/05/2009-08:10)
Apa yang ditakutkan dari pasukan takut matinya AS dan sekutunya,sesungguhnya para pejuang Allah berjuang mencari sahid tapi mereka justru berjuang untuk mencari kehidupan …Seandainya seluruh umat Islam bersatu dalam naungan daulah Khilafah dengan izin Allah pasukan takut mati itu sangat sangat mudah dikalahkan.ALLAHU AKBAR