Pasca Pemilu Demokrasi Layu

Demokrasi tidak pernah sama penerapannya antara satu negara dengan lainnya. Tapi demokrasi adalah sistem yang paling dianggap baik saat ini dunia. Demokrasi selalu menjadi bahan diskusi hangat menjelang Pemilu ini oleh berbagai pihak. Baik oleh masyarakat pro demokrasi maupun anti. Negara Mahasiswa FISIP (NMF) Universitas Andalas sebagai lembaga mahasiswa cukup konsen dengan berbagai isu demokrasi.

Kamis (02/04) jam 9.00-13.wib, NMF mengangkat acara Seminar Nasional degan tema “Evaluasi Demokrasi Pasca Pemilu 2009” di Gedung E.21 Unand. Hadir sebagai pembicara, Chusnul Mariyah, Ph.D (Mantan Anggota KPU Pusat), Indra Jaya Piliang (Politisi Partai Golkar), H. St. Zaili Asril (Wartawan Senior), Ardi Muluk (DPD Hizbut Tahrir Indonesia Sumbar) dan Pangi Syarwi (Presiden Mahasiswa NMF).

Seminar ini diikuti sekitar 250 orang peserta terdiri dari mahasiswa, dosen dan aktivis ormas. Seminar ini menarik karena menghadirkan pembicara nasional dan daerah Sumatera Barat. Selain itu juga hadir aktivis gerakan Islam dan aktivis mahasiswa.

HTI memandang demokrasi tidak akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Buktinya sejak terbukanya demokrasi pasca reformasi kemiskinan terus meningkat, pengangguran bertambah, HDI kita masih terpuruk di urutan 108, hutang negara membengkak, privatisasi merajalela. “Inilah adalah fakta betapa demokrasi tidak meningkatkan kesejahteraan rakyat, apalagi Pemilu legislatif dan presiden tahun ini tidak akan berpengaruh terhadap rakyat, “ungkap Ardi Muluk.

Pernyataan Ardi Muluk ditanggapi oleh Indra Jaya Piliang (IJP), ia mengatakan bahwa demokrasi adalah sistem yang memberi ruang semua orang bisa bicara bebas. IJP menjelaskan demokrasi adalah kesepakatan orang-orang yang mendirikan negara ini. “Keliru membandingkan agama dengan demokrasi, “ungkap IJP yang juga Caleg DPR RI Sumbar Dapil 2 dari Partai Golkar.

Diakui pelaksanaan demokrasi banyak bermasalah. Persoalannya bukanlah sistemnya yang salah tapi aktornya yang tidak komitmen. Pemilu sebagai instrumen demokrasi dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi dan partai politik. “Demokrasi harus kita disipilinkan, makanya saya maju sebagai caleg berjuang memperbaiki ini semua, “ungkap IJP.

Pers sebagai pilar demokrasi diharapkan bisa mencerdaskan masyarakat. Sejak reformasi, kebebasan pers diatur dalam undang-undang. “Dengan adanya otonomi daerah ini kita pers berusaha melakukan yang terbaik untuk masyarakat terutama di Sumatera Barat, “ungkap H. Sutan Zaili Asril.

H. Sutan Zaili Asril juga mengatakan demokrasi pasca reformasi belum berjalan dengan baik, bahkan birokrasi sekarang lebih buruk dari era Orde Baru. “Hasil Pemilu 2009 ini diperkirakan akan lebih buruk dibandingkan sebelumnya, ungkap St. Zaili.

Chusnul Mariyah menyorot peran perempuan dalam demokrasi. Dosen FISIP UI ini mengatakan demokrasi tanpa perempuan bukan demokratis.

Selain itu beliau juga melakukan kritikan terhadap kinerja KPU sekarang. “KPU bekerja dengan amat lambat, padahal danya besar, “ungkap Chusnul. Beliau juga menyebutkan akan ada indikasi kecurangan dalam Pemilu mendatang. Persoalan DPT adalah dampak fatal kinerja KPU. (*)

Sumber :www.padang-today.com

3 comments

  1. begitu bodoh dan tololnya orang-orang yang masih berharaap pada demokrasi yang kotor itu

  2. Nayla Syamil

    demokrasi oh demokrasi….
    banyak yg berharap dan mengandalkanmu… tapi kenapa tak mampu mewujudkan harapan2 itu… demokrasi….cuih….! talak 3!

  3. Demokrasi hanya sebagai sistem kapitalisme yang menghancurkan negara kita..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*