Intelijen Irak Menuntut Koran The Guardian

Aparat Intelijen Nasional Irak menegaskan akan memperkarakan koran London The Guardian kepengadilan karena mempublikasikan apa yang disebut “pernyataan dusta dan palsu” dengan mengatasnamakan intelijen Irak. Dikatakan bahwa intelejen dalam dakwaan yang diajukan kepengadilan menuntut pengadilan agar menutup kantor perwakilan koran The Guardian di Baghdad yang membolehkan kepada penulis laporan dan berita untuk menyebarkan kebohongan dengan skenario yang tidak dapat meyakinkan akal sehat sekalipun rakyat biasa.

Juru bicara Intelijen Nasional Irak, dalam sebuah pernyataan (Kamis, 7/5) menjelaskan: “Sesungguhnya koran ini mempublikasikan laporan pemberitaan palsu melalui salah satu reporter yang tidak pernah berkunjung ke Irak meski hanya satu jam, sejak lima tahun lebih sehingga dari mana ia memiliki keberanian untuk dapat menggunakan keperluan penulisan, dan informasinya dapat dikatakan sebagai laporan atau berita layak, tidak menipu banyak orang karena berisi cerita yang tidak berdasarkan fakta dan realitas di lapangan”. Bahkan dia meragukan validitas berita dengan mempertanyakan: “Mengapa reporter The Guardian begitu meremehkan persoalan dengan hanya mewawancarai tiga anggota aparat intelijen?”

Berdasarka dari berita itu diketahui bahwa mereka berpangkat perwira, atau salah seorang dari mereka menduduki jabatan tinggi, seperti yang tertulis dalam laporan palsu dan dusta itu. Atau bagaimana mereka bisa menceritakan secara terbuka informasi yang harus (dalam kenyatannya) informasi itu sangat rahasia dan disembunyikan?!

Koran Inggris The Guardian pada hari Kamis (30/4) mengutip dari para mantan perwira pada intelijen Saddam Hussein yang kini mereka bekerja di struktur Intelijen Nasional Irak, dimana mereka berkata bahwa al-Maliki membangun negara itu untuk partainya dan keluarganya.

Koran The Guardian mengutip dari perwira terkemuka, namun tidak mengungkapkan identitasnya dalam struktur intelijen, dimana sebagian dari mereka menyatakan bahwa al-Maliki punya hubungan khusus dengan Amerika Serikat. Dikatakan bahwa al-Maliki “sedang menjalankan kediktatoran. Semua urusan kantor dijalankan sendiri bersama para anggota partainya dan sukunya. Bahkan dia membentuk jaringan pengadilan yang sekarang sedang menjalankan pemerintahan Irak. Sehingga dia tidak membangun negara Irak, tetapi negara untuk partainya dan keluarganya”.

Perwira Irak itu menambahkan: “Kami memiliki banyak laporan tentang kegiatan mereka, berbagai gerakan para Jenderal, unit-unit militer, korupsi yang mereka lakukan, dan insiden-insiden yang terjadi dalam pemerintahan dan dalam berbagai kontrak, yang informasinya telah mereka terima. Akan tetapi kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan kepada mereka, karena kami tidak percaya kepada pemerintahan al-Maliki”.

Koran tersebut menyatakan bahwa mereka para pengkritik menuduh al-Maliki membatasi otoritasnya hanya dilingkup kantornya, dan memberikan kepada para penasehatnya kekuasaan mengatur pemerintah dalam pemerintah, bahkan melebihi kewenangan para menteri dan anggota parlemen sekalipun. Dia dia juga mengangkat para jenderal yang loyal sebagai kepala unit militer tanpa persetujuan parlemen.

Koran The Guardian mengatakan bahwa al-Maliki, menurut para pengkritik, setidaknya dia telah membentuk satu struktur intelijen yang didominasi oleh anggota partai dan anggota keluarganya. Dan juga membuat pasukan berupa satuan anti-teroris dan pasukan Bagdad yang kedua pasukan ini berada di bawah perintahnya langsung.

Komentar:

Saddam Amerika menggantikan Saddam Inggris? Untuk mengetahui siapa sebenarnya al-Maliki tidak memerlukan banyak bukti dan pengakuan …. Sebab bagi semua orang, masalahnya telah jelas sejelas sinar matahari di siang hari.

Apa yang terlihat adalah fakta dimana Amerika menyadari bahwa keberlangsungan keberadaannya, pengaruhnya, dan dominasinya di Irak membutuhkan adanya rezim Saddam Hussein babak kedua.

Sementara kebohongan demokrasi dan kemerdekaan bagi bangsa Irak sudah menjadi komoditas yang tidak laku lagi, dan topeng yang telah busuk sehingga tidak lagi mampu mempengaruhi siapapun. Sedangkan sungai darah yang mengalir di Irak terus diperlihatkan oleh para penjajah dan anjing-anjing peliharaannya.

Dan masalahnya yang terbesar adalah keberadaan mereka, orang-orang yang telah menjual dirinya dengan harga sangat murah kepada para penjajah, dan al-Maliki bukan satu-satunya (anjing peliharaan) mereka. (mediaumat.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*