DUBAI (Mona Moussly)
Muslim yang berdiam di Eropa ternyata sangat setia kepada negara yang mereka tinggali di sana, suatu hal tidak terduga sebelumnya. Namun, dalam perkara moralitas, muslim di Barat memiliki pandangan yang berbeda dengan warga non-muslim sebagaimana dilaporkan dalam laporan survey mengenai ko-eksistensi yang dirilis Kamis.
Survei Gallup Indeks Ko-Eksistensi mengatakan bahwa selama ini terjadi banyak miskonsepsi dan generalisasi mengenai sikap muslim di Eropa karena para peneliti sering tidak cermat dalam mempertimbangkan pengaruh perbedaan budaya dan sosioekonomi di Eropa terhadap kehidupan kaum imigran.
“Muslim di Eropa ingin menjadi bagian yang lebih luas pada masyarakat di sana dan berkontribusi lebih banyak lagi untuk masyarakat,” demikian menurut Dalia Mogahed, Direktur Eksekutif Pusat Studi Gallup tentang Muslim. Sayangnya, banyak di antara kaum muslim yang tidak berhasil mencapai keinginan tersebut.
Para peneliti dalam laporan tersebut, Mogahed dan Mohamed Younis menyarankan bahwa gabungan antara pandangan yang kaku dan praktik keagamaan yang selama ini terjadi di negara-negara muslim ternyata turut menghasilkan konsepsi yang keliru tentang tingkat integrasi umat Islam di Eropa. Padahal kenyataannya, banyak sekali muslim yang sangat ingin untuk bisa terintegrasi ke dalam masyarakat Eropa.
“Penelitian ini membuktikan bahwa banyak sekali asumsi tentang muslim dan isu integrasi yang ternyata sangat melenceng dari fakta,” kata Mogahed lagi.
Dari tiga negara-negara Eropa, hanya 10% saja warga muslim Inggris yang merasa bahwa mereka telah terintegrasi, sementara 46% warga Perancis dan 36% warga muslim Jerman merasa telah terintegrasi ke masyarakat di negara-negara tersebut.
Demokrasi dan Moralitas
Yang tidak terduga adalah penemuan bahwa muslim Eropa tidak hanya menerima namun juga mendukung kebebasan, institusi demokrasi, keadilan dan hak asasi manusia yang selama ini menjadi karakter yang mensifati masyarakat yang selama ini mereka tinggali.
Beberapa peneliti menyatakan dalam laporan ini bahwa “Perbedaan yang mencolok antara warga Muslim dan warga non-muslim di Barat terletak pada pandangan mereka tentang seksualitas ketimbang isu demokrasi. Dengan kata lain, jurang perbedaan diantara mereka adalah isu kebebasan seksual dan isu jender. Sedangkan dalam hal demokrasi dan pemerintahan, mereka memiliki kesamaan”
Muslim di Jerman dan Inggris cenderung memilki kepercayaan yang lebih tinggi ketimbang anggota masyarakat lainnya terhadap sistem keadilan, lembaga keuangan, dan kejujuran dalam pemilu. 61% muslim di Jerman percaya kepada pemerintahan Jerman dibandingkan dengan publik jerman yang hanya 36% saja.
Homoseksualitas dan Pembunuhan demi Kehormatan
Mayoritas muslim memiliki sedikit toleransi terhadap homoseksualitas, aborsi, pornografi, seks diluar nikah, dan bunuh diri.
Warga muslim Inggris memiliki nol persen toleransi terhadap aksi homoseks. Di Perancis, dimana warga muslim memiliki persentasi tertinggi dalam toleransi pun hanya 35% saja yang mengatakan bahwa homoseks “bisa diterima secara moral.”
Tentang isu hubungan antara laki-laki dan perempuan yang belum menikah, warga non muslim membolehkannya, sedangkan warga muslim melihatnya sebagai tindakan tidak bermoral, hanya 3% warga muslim Inggris menerimanya.
Meskipun stereotipe masyarakat muslim diduga mendukung pembunuhan selama untuk melindungi kehormatan, hasil survei justru menunjukkan bahwa warga muslim di Jerman, Perancis, dan Inggris memiliki opini yang kurang lebih sama dengan warga non-muslim lainnya. Hanya 3% warga muslim Jerman dan Perancis yang mendukung aksi pembunuhan tersebut, dan hanya 2% warga muslim Inggris mengatakan bahwa pembunuhan semacam itu bisa diterima secara moral. Hal ini mirip dengan 1% dari warga non muslim di Jerman dan Inggris yang mendukung hal yang sama.
Kerudung
Dalam dua puluh tahun terakhir, kerudung atau hijab menjadi pusat perdebatan publik yang mencapnya sebagai simbol penindasan atau penolakan terhadap nilai-nilai modern.
Survei ini menemukan bahwa mayoritas warga Eropa menyatakan bahwa wanita muslim harus melepaskan kerudungnya apabila menginginkan integrasi secara total.
Ketika ditanya tentang makna pemakaian kerudung, sekitar 30% dan 40%, warga Perancis dan Jerman, baik muslim dan non-muslim, mengatakan sebagai bentuk keberanian.
Namun yang lain mengasosiasikan kerudung sebagai bagian dari penindasan terhadap perempuan, keagamaan, dan fanatisme.
Survei ini yang digambarkan sebagai yang pertama kali dilakukan melibatkan sekitar 500 warga muslim di bulan Juni dan Juli tahun lalu untuk menemukan fakta tentang integrasi muslim ke dalam masyarakat Eropa. Sekitar 1000 warga non muslim juga dilibatkan dan di survei secara acak untuk dilakukan perbandingan terhadap isu-isu tertentu. (Kamis, 07 Mei 2009 ;Harian Al-Arabiya; http://www.khilafah.com/index.php/news-watch/europe/6282-westerners-and-muslims-differ-on-morals-report )
astagfirullah…sepanas apapun bara api, jika berkumpul dengan pasir hitam maka perlahan-lahan akan padam..kita harus memanaskan lebih banyak bara api lagi..kita harus menambah lebih banyak kayu agar suatu saat pasir itupun akan memanas dan menyala..
saudara-saudaraku..
jangan biarkan bara itu mendingin…
jangan biarkan bara itu mati..
jangan biarkan bara itu menjadi pasir hitam..
say TAKBIIIR!!!
Muslim identik dengan ajaran islam, dunia barat tidak mengetahui ajaran itu, mereka mengklaim bahwa islam itu keras.
jadi ketahuian bahwa islam itu adalah damai dan agama yang lurus (rahmatan lil alamin)