Meskipun pemerintah telah memutuskan kenaikan BBM rata-rata sebesar 28,7%, namun aksi penolakan masih terus berlangsung di berbagai daerah di Indonesia. Tak terkecuali di Palangka Raya, ratusan massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kalimantan Tengah, Minggu pagi pukul 09.30 waktu setempat melakukan Aksi Menolak Kenaikan harga BBM di Bundaran Besar Palangka Raya.
Menurut Humas HTI Kalteng Muhammad Khomeini dalam pernyataan sikap yang dibacakannya, menaikkan harga BBM berarti pemerintah telah jelas-jelas mengabaikan keberatan rakyat dan sama sekali tidak memperhatikan sederet solus alternatif yang diajukan oleh para ahli ekonomi untuk menaikkan harga BBM. ”BLT yang akan dibagikan kepada 19,1 juta rakyat miskin tidak akan pernah cukup. Selain jumlahnya sedikit, sifatnya juga sementara” kata Khomeini.
Menurutnya, kenaikan harga BBM tidak lain adalah jalan yang dipaksakan pemerintah untuk keberhasilan liberalisasi sektor hilir migas yang membuka kesempatan bagi pemain asing untuk berpartisipasi dalam bisnis eceran migas. Sebab, kalau harga BBM masih rendah, pemain asing tidak mau masuk. Ia melanjutkan, bahwa sesungguhnya negeri ini tidak akan pernah bisa keluar dari krisis yang terjadi, kecuali bila dinegeri ini diterapkan syariat Islam secara kaffah, sehingga akan terwujud keadilan, kesejahteraan, kedamaian, dan kemuliaan masyarakat dapat tercapai.
Sementara menurut Ketua DPD I HTI Kalteng MS Abdul Syukur, kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM merupakan penyesatan politik kepada masyarakat. ”Pemerintah selalu saja tidak menyebut kenaikan harga BBM, tapi pengurangan subsidi BBM. Padahal hakikatnya adalah kenaikan harga BBM” kata Syukur.
Menurutnya pemerintah selalu menjadikan alasan kenaikan harga BBM demi menyelamatkan APBN. Padahal, dalam APBN 2008 dinyatakan, APBN itu hanya 20 persen dari PDB atau hanya 20 persen dari ’kue’ perekonomian nasional. Sementara , menaikkan harga BBM berdampak pada keseluruhan lini sektor kehidupan. Artinya, sama saja menyelamatkan yang 20 persen, tetapi mengorbankan yang 80 persen perekonomian nasional.
Dia mengutarakan, parahnya lagi pemerintah beralasan kalau subsidi BBM mendorng pemborosan. Padahal faktanya, konsumsi BBM Indonesia berada di urutan 116 dari negara-negara di dunia. Justru Singapuran yang BBM nya tidak disubsidi, konsumsi BBM nya nomor satu di dunia.
Menurutnya, disinilah pentingnya umat Islam memiliki kesadaran politik. Sehingga dapat memahami adanya penyesatan politik. Tanpa memahami kesadaran politik umat akan mudah dijadikan bulan-bulanan. Sebaliknya, umat yang mengetahui penyesatan politik akan mampu melakukan kebangkitan dan tidak mudah dininabobokan.
(HUMAS HTI Kalteng)
Foto-foto:
http://www.metrotvnews.com/berita.asp?id=60051
Minggu, 01 Juni 2008 18:10 WIB
MASSA HIZBUT TAHRIR DI BERBAGAI DAERAH MENOLAK KENAIKAN BBM
Unjuk rasa massa HTI di Pontianak.
Metrotvnews.com, Jakarta: Hari ini ada sejumlah massa yang berunjuk rasa menolak kenaikan harga BBM sekaligus memperingati hari lahirnya Pancasila. Salah satunya massa Hizbut Tahrir Indonesia. Mereka demo di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat. Selain di Jakarta, massa Hizbut Tahrir di daerah juga ikut bergerak menolak kenaikan harga BBM. Aksi terjadi di Samarinda, Palembang, dan Pontianak.
Massa Hizbut Tahrir Samarinda melakukan long march dari Lapangan Pemuda Jalan Bhayangkara menuju simpang empat Mall Lembuswana Samarinda yang berjarak sekitar tiga kilometer. Mereka menolak kenaikan harga BBM dan pembagian bantuan langsung tunai (BLT) kepada rakyat miskin. Alasannya, hal itu tidak dapat mengurangi kesengsaraan rakyat akibat kenaikan harga BBM. Menurut mereka, masih banyak cara untuk menyelamatkan keuangan negara.
Di Palembang, ratusan massa Hizbut Tahrir long march dari Jalan Sudirman menuju Bundaran Air Mancur. Mereka menentang kenaikan harga BBM karena justru menjadi pemicu kenaikan harga bahan-bahan pokok. Massa juga menolak pemberian BLT kepada warga miskin.
Di Pontianak, wanita dan anak anak ikut dalam long march HIzbut Tahrir menentang kebijakan kenaikan harga BBM. Mereka rela berunjuk rasa di tengah terik panas bersama anak dan balita. Dalam poster-poster yang mereka bawa, mereka menolak liberalisasi sektor minyak dan gas yang hanya menguntungkan pihak asing.(DOR)
TERUS BERJUANG