Konflik Perbatasan Dunia Islam; Warisan Penjajahan Kolonial

Penangkapan yang dilakukan baru-baru ini terhadap 15 pelaut Inggris oleh Angkatan Laut Iran telah membuka mata atas isu-isu perbatasan dan territorial di dalam dan di luar dunia Islam. Hal ini menyisakan pertanyaan yakni mengapa angkatan bersenjata Inggris berada di wilayah itu, Irak atau Iran, perselisihan ini terpusat pada klaim dan klaim balasan pada apakan angkatan laut Inggris berada di perairan Irak atau tersesat ke dalam wilayah Iran.

Iran menangkap para personil militer itu di wilayah Shatt al Arab, dengan mengklaim bahwa para pelaut Inggris itu berada pada perairan Iran sementara Inggris membantah bahwa personil mereka berada di perairan Irak. Kemudian, Menteri Pertahanan Inggris mengeluarkan map yang rinci untuk mendukung cerita versi mereka dan memperkuat klaim bahwa para personilnya itu ditawan di perairan Irak. Craig Murray, mantan dutabesar Inggris untuk Uzbekistan, menambah kebingungan ini dengan mengatakan bahwa tidak ada batas laut yang pernah dibuat antara Iran dan Irak. Sebagai mantan kepala bagian kantor urusan kelautan Inggris, Murray mengatakan bahwa tidak ada perbatasan yang disepakati di wilayah perairan Shatt al Arab, karena disana juga ada perbatasan darat. Tapi perjanjian itu tidak melampaui garis pantai dalam keadaan air pasang. Bahkan perjanjian yang terbatas itu sering kali diperdebatkan tidak berlaku lagi.

Sejak diberlakukan tahun 1975, telah terjadi peperangan yang memperebutkan wilayah itu, dan review sepuluh tahunan – yang sebenarnya perlu dilakukan mengingat perairan dan tepi pantai di wilayah itu meluas dengan drastis – tidak pernah dilakukan.Isu yang lebih luas lagi yang ditimbulkan dari masalah ini adalah perselisihan masalah perbatasan tanah dan perairan dan perselisihan sesudahnya di dalam dunia Islam. Perbatasan yang ada saat ini adalah merupakan peninggalan perairan yang seringkali terjadi, territorial dan garis batas yang ditentukan oleh negara-negara penjajah barat – terutama Inggris dan Perancis – di abad 19 dan awal abad 20. Dalam menentukan batas wilayah ini, Negara-negara penjajah itu memiliki tujuan-tujuan yang amat jelas. Pertama, perbatasan-perbatasan itu dibuat sedemikian rupa sehingga hal ini bisa membuat kaum muslimin sering kali bertengkar satu sama lain. Kedua, dengan batas itu diharapkan , bahwa perhatian yang diberikan untuk menyelesaikan perselisihan ini akan mengalihkan perhatian kaum muslimin untuk memikirkan peran yang dilakukan kaum kolonialis itu dalam memecah belah dunia Islam satu sama lain. Ketiga, dengan berkonsentrasi pada isu perbatasan ini, waktu dan tenaga kaum muslimin akan terkuras habis dan teralihkan dari usaha mempersatukan umat dan berhenti untuk hidup dalam banyak Negara dan Negara-negara kecil.

Perbatasan yang dibuat oleh penjajah Inggris dan Perancis secara sengaja bermain pada wilayah etnis dan kesukuan, dengan memisahkan keluarga-keluarga dan desa-desa dalam Negara-negara yang berbeda melalui perbatasan yang dibuat-buat. Secara alami, akan terjadi gejolak karena orang akan mencari jalan untuk bersatu kembali. Perbatan-perbatasan ini dan keinginan untuk memihak pada suatu wilayah Negara daripada memihak pada Islam saja telah mendorong bangkitnya sentiment nasionalistis dan membuat umat tetap terpisah dalam garis batas Saudi, Irak, Pakistan, Arab, Iran, Kurdi dan Afrika. Banyak Negara pada saat ini telah membuat perbatasan negaranya hanya dengan bantuan pensil dan skala. Daripada atas kehendak rakyatnya. Itulah sebabnya mengapa banyak konflik telah terjadi dan masih tetap terjadi di dunia Islam hingga hari ini. Contoh atas hal ini banyak sekali. Anda saksikan bangsa Kurdi yang dipecah ke dalam empat Negara yang berbeda; Turki, Iran, Syria dan Irak. Mereka dibuat sibuk dengan harapan kosong akan memiliki Negara mereka sendiri sejak Inggris menduduki Irak tahun 1917 dan prospek Negara Kurdistan terus muncul untuk memecah kaum muslimin di wilayah itu. Di anak benua India, perbatasan dibuat tahun 1947 dengan sedemikian rupa sehingga mengakibatkan munculnya Negara Pakistan Timur dan Barat yang lemah. Kemudian dimunculkan nasionalisme dan pemisahan untuk memisahkan kaum muslimin di wilayah itu. Iran dan Irak terlibat perang selama hampir 10 tahun yang dimulai tahun 1980 atas perairan Shatt al Arab yang sama-sama diperselisihkan dimana pelaut Inggris ditangkap. Klaim Irak atas Kuwait dapat dilacak dari keadaan Timur Tengah setelah PD I.

Perselisihan yang terus berlangsung lama dapat juga disaksikan di Levant dan Kashmir. Perbatasan-perbatasan palsu itu tidak saja membuat Umat menjadi makanan empuk nasionalisme, tapi mereka juga membiarkan kekuatan penjajah asing untuk ikut campur dalam masalah-masalah kaum muslimin. Pembentukan Israel mungkin adalah contoh terbesar daru ikut campurnya penjajah itu. Sebuah Negara buatan didirikan di jantung dunia Islam dan disokong oleh Barat dengan bantuan penguasa-penguasa pengkhianat yang ditempatkan oleh penjajah itu di neger-negeri perbatasan Israel. Selama puluhan tahun, Israel telah menjadi alasan bagi Negara-negara penjajah seperti Inggris dan Amerika untuk ikut campur dalam masalah-masalah kaum muslimin. Negara itu telah menjadi pembenaran bagi kehadiran Amerika dan Barat di wilayah itu, dengan dalih untuk ikut membantu menyelesaikan masalah Palestina. Ironi atas Inggris dalam perdebatan perairan tadi tidaklah akan hilang di dunia Islam. Namun, apa yang dibutuhkan pada saat ini adalah bahwa kaum muslimin dis seluruh dunia perlu mencampakkan kesetiaan dan loyalitas yang mereka miliki atas klaim sejengkal tanah dan wilayah dimana mereka tinggal dan melewati kesetiaan atas perbatasan yang palsu itu yang telah diterapkan pada kita yang membuat umat ini lemah dan terpecah.

(Riza Aulia/Sumber http://www.khilafah.com/kcom/analysis/middle-east/perpetual-boundary-and-border-disputes-britains-colonial-legacy-to-the-muslim-world.html)

One comment

  1. …Apa yang dibutuhkan pada saat ini adalah kaum muslimin di seluruh dunia perlu mencampakkan kesetiaan atas perbatasan yang palsu yang telah membuat umat ini lemah dan terpecah.
    Komentar:
    Campakkan perbatasan palsu, dan bergabunglah di bawah naungan KHILAFAH !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*