Pasukan Amerika di Irak Diambang Kegagalan

Sungguh telah terjadi eskalasi serangan harian terhadap pasukan pendudukan Amerika di Irak dan tentara bayaran Irak yang loyal pada Amerika.

Dengan tewasnya tiga tentara AS dalam ledakan besar di wilayah selatan Baghdad. Jumlah pasukan AS di Irak yang tewas bulan ini saja bertambah tiga belas orang tentara, dan jumlah ini tidak termasuk pasukan pendudukan yang tewas pada bulan sebelumnya.

Amerika dan para anteknya berpikir situasi di Irak sudah stabil, sehingga pasukan keamanan Irak dan tentara Irak yang disebut dengan “ash-Shahawat/kebangkitan” akan mampu memegang kendali keamanan di Irak, dan dapat meringankan militer AS menanti tugas lebih sulit di Afghanistan.

Tetapi perkembangan yang terjadi di lapangan justru sebaliknya. Beberapa ledakan yang direncanakan untuk menyerang setiap yang berhubungan dengan Amerika atau yang membantu orang-orang Amerika terjadi di setiap sudut Irak. Rencana kebangkitan itu kini sudah mulai busuk. Para antek Amerika yang berasal dari berbagai aliran begitu ambisinya, sehingga masing-masing berusaha menguasai kekuasaan sendirian. Sungguh hal ini telah membuyarkan rencana Amerika yang hendak mendamaikan di antara para anteknya yang berasal dari aliran-aliran yang berbeda itu.

Setelah hengkangnya pasukan pendudukan Inggris, yang telah menyadari kegagalan rencana pendudukan Irak sudah di depan mata, maka sekarang tinggal Amerika satu-satunya yang tersisa di Irak. Sedikit demi sedikit Amerika mulai menjalankan langkah pertama dari rencana besarnya, lari dari Irak. Untuk langkah pertama, Amerika mulai meninggalkan kota-kota di Irak. Itu dilakukan untuk meminimalisir kerugian serius yang mungkin terjadi di lapangan, serta untuk menghindari serangan harian yang setiap saat datang tanpa terduga dari gerakan jihad.

Sesungguhnya apa yang dilakukan Amerika dengan membentuk sistem politik di Irak berdasarkan pembagian kekuasaan dan aliran (sectarian) adalah faktor utama bencana yang terlihat di Irak, seperti ketercerai-beraian dan kekacauan. Solusi pembagian kekuasaan berdasarkan aliran tidak mungkin menciptakan stabilitas di negara manapun di dunia, maka bagaimana jika hal itu dijalankan di negeri Islam?

Solusi yang dirancang Amerika itu hanya berhasil di sebagian saja dengan terbentuknya pasukan yang besar yang terdiri dari para tentara bayaran . Akan tetapi keberhasilan ini hanya berlangsung sebentar, sebab tidak lama kemudian muncul kembali konflik politik antara antara masing-masing aliran yang saling bertentangan.

Kegagalan rencana Amerika di Irak telah nyata sekarang. Dan inilah yang mempermudah aktivitas mengembalikan rakyat Irak untuk bergabung dengan gerakan perlawanan. Sehingga hanya dengan waktu sebentar jumlah pasukan mereka sudah banyak kembali.

Sesungguhnya pasukan pendudukan Amerika di Irak tidak akan pernah berhasil mencapai tujuannya, bahkan meski hanya sehari pun Amerika tidak akan pernah berhasil menguasai Irak, justru hari-hari sulit sedang menanti di depannya, sebelum akhirnya mereka benar-benar lari keluar meninggalkan semua wilayah Irak. (mb/al-aqsha.org)

2 comments

  1. MASIH MUJAHIDIN IRAK SAJA SUDAH GAGAL BELUM TENTARA KHILAFAH YANG MENYERANG, YA JADI BANGKAI HARI PERTAMA KALIAN MENYERANG.

  2. untuk Orang Mu’Min yang masih takut dengan Orang kafir : ooii para calon mujahidin,,, si serdadu kafir, meski setiap personel dilengkapi dengan senjata yang paling mematikan sekalipun tuh tidak mempunyai nyali sedikitpun dalam bertempur, coba aja periksa celana dalam jenazah mereka, dipenuhi air kencing saking takutnya mereka mendengar letusan senapan rakitan kalian.. gak ada alasan untuk takut,, terus serang mereka, jangan gentar sedikitpun, surga Allah menanti kalian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*