Setelah sukses menggelar Workshop Ulama pada akhir Maret lalu, DPD II HTI Tasikmalaya kembali mengetuk pemikiran publik Tasikmalaya dengan menggelar Halqah Islam dan Peradaban (HIP) di Gedung Dakwah Islamiyah, Tasikmalaya dengan tajuk “Manifesto Hizbut Tahrir; Jalan Baru untuk Indonesia”. Kegiatan yang digelar pada tanggal 7 Juni 2009 itu menghadirkan narasumber KH. M. Aminudin Busthomi, M.Ag (Sekum MUI Kota Tasikmalaya) dan Ust. Lutfi Afandi, SH (Humas DPD I HTI Jawa Barat) dan dihadiri sekitar 150 ulama, asatidz dan tokoh ummat, termasuk perwakilan dari Kodim 0612 dan Polresta Tasikmalaya.
Dalam paparannya, Ustadz Lutfi Afandi menjelaskan, Manifesto Hizbut Tahrir sebagai tawaran solusi untuk mengeluarkan Indonesia dari keterpurukannya saat ini dengan menegakkan syariah dan khilafah. Dijelaskan juga bahwa segenap persoalan yang dihadapi Indonesia saat ini sebagai akibat dari diterapkannya sistem kapitalisme-sekularis, termasuk demokrasi di dalamnya.
Menanggapi buku Manifesto Hizbut Tahrir, KH. Aminudin Busthomi, menyambut baik dengan manyatakan bahwa Hizbut Tahrir termasuk salah satu kelompok yang terang-terangan membela al-haqq. Ditegaskan pula bahwa syariah dan khilafah bukanlah pilihan, melainkan kewajiban bagi setiap muslim. Syariah Islam pasti bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik dan berkah dunia-akhirat karena jelas rujukannya, teladan dan garansinya. Berbeda dengan demokrasi yang telah ‘merampas’ kedaulatan Allah sebagai pembuat hukum, sampai kapanpun tidak akan mampu melahirkan kesejahteraan bagi masyarakat banyak. “Manifesto Hizbut Tahrir ini harus disosialisasikan secara komprehensif dan massive ke masyarakat karena pada dasarnya yang dibawa oleh Hizbut Tahrir adalah al-haqq”, tegas Amin.
Sesi dialog yang berlangsung cukup hangat dan dinamis membuktikan keberpihakan audiens –sebagai representasi publik Tasikmalaya – terhadap syariah dan khilafah sudah cukup kental dan menguat. (a.n. Humas DPD II HTI Tasikmalaya)