Mantan Presiden AS, Jimmy Carter di Damaskus pada hari Kamis (11/6) menyerukan Amerika Serikat agar memulai “perundingan langsung” dengan gerakan perlawanan Islam (Hamas) untuk membantu menyelesaikan konflik Palestina-Israel.
Carter berkata dalam konferensi pers bahwa ia menyeru “pemerintah AS untuk sesegera mungkin mulai bernegosiasi langsung dengan Hamas”.
Mantan Presiden AS ini menegaskan bahwa “tidak mungkin untuk mencapai perdamaian antara warga Palestina dengan Israel tanpa partisipasi Hamas, di samping juga gerakan Fatah”.
Carter tiba di Suriah pada hari Rabu (10/6) dan dijadwalkan akan bertemu pada hari Kamis malam dengan para para pemimpin faksi-faksi Palestina yang berbasis di Damaskus, yang dipim[in oleh Kepala Biro Politik Hamas, Khaled Meshaal, sebelum ia terbang ke Yordania, Israel, dan Palestina.
Carter berkata: “Kami berharap bisa mencapai kemajuan untuk penyatuan kembali dua kekuatan besar di Palestina, yaitu Hamas dan Fatah”. Ia menegaskan tentang keinginan pemerintah AS untuk ikut serta lebih efektif dan lebih kuat dalam proses ini, sejak lebih dari 16 tahun sebelumnya”.
Carter juga menyerukan pembebasan terhadap “11.700 tahanan Palestina di Israel, termasuk 400 di antaranya adalah perempuan dan anak-anak”, dan membebaskan para anggota parlemen gerakan Hamas yang terpilih pada Januari 2006”.
Carter menegaskan bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu “belum juga memilih solusi dua-negara, tampaknya ia tidak siap untuk menanggapi permintaan Presiden Obama, termasuk membekukan pembangunan pemukiman” di Palestina yang didudukinya.
Dia menambahkan bahwa Netanyahu tersandera “oleh banyak sekutunya, yang telah menjadikan dia kepala pemerintah, serta orang-orang yang mengikuti sikap negatif tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan al-Quds dan kedaulatan Palestina”, sebagai contohnya adalah partai-partai ekstrim kanan agama yang berpartisipasi dengan berkualisi dalam pemerintah Netanyahu. (www. Islamtoday.net 12/06/2009)