Apa yang Terjadi di Pakistan ?

Artikel berikut adalah terjemahan dari sebuah Analisa Tanya-Jawab Politik berbahasa Arab yang dikeluarkan pada bulan Oktober 2007, sebelum diberlakukannya undang-undang darurat oleh Musharaf (redaksi)

Pertanyaan: Apa yang membuat Amerika, -yang mendominasi kekuasaan di Pakistan-, untuk menyetujui amnesti dan kepulangan Bhuto ke Pakistan, walaupun kenyataannya dia tetap setia pada Inggris, tempat dia menetap selama delapan tahun? Kedua, arah yang akan ditempuh Pakistan di tengah keadaan yang berlangsung pada saat ini?

Jawab: Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat kebelakang agar mendapat gambaran yang tepat:

1. Berbagai perubahan mulai terjadi dengan cepat di Pakistan dengan berkuasanya Bush dan kaum Neo-konservatif di Amerika. Terlebih lagi setelah terjadinya serangan 11 September. Invasi Amerika atas Afghanistan adalah faktor yang krusial pada Presiden Pervez Musharraf . Musharraf merupakan agen utama Amerika di wilayah itu yang berpihak pada Amerika pada invasi itu dan perang yang lakukan AS terhadap pejuang Mujahidin di wilayah Pakistan . Musharraf lalu bergabung dengan Amerika dalam “Perang Melawan Terror” (Perang Terhadap Islam) yang sebenarnya adalah sebuah pernyataan Perang Salib Baru terhadap organisasi-organisasi dan gerakan jihadi di Kashmir, yang mempergunakan

Pakistan sebagai basis mereka dan titik tolak gerakan mereka. Bersekutu dengan Amerika, Musharraf berhasil memperlemah basis dan pangkalan para pejuang Mujahidin itu di Pakistan. Dia berhasil melakukan ini, dan inilah membedakkannya dengan pemerintahan Pakistan terdahulu yang senantiasa gagal untuk menutup kamp-kamp mujahidin. Musharraf lalu menahan dan menuntut kaum mujahidin itu dan menyebut mereka sebagai teroris. Sang Pengkhianat Besar itu memberikan hadiah terbesar, yang telah diupayakan negara itu selama beberapa dekade dengan meminta Pakistan untuk menghentikan dukungannya atas pejuang Mujahidin.

Orang Hindu sangat gembira dengan hal ini dan mereka dengan senang hati menerima frasa baru atas apa yang disebut sebagai “Terorisme Islam”, istilah yang dibuat oleh Pemerintahan Bush dalam perangnya melawan Islam. Orang Hindu menyebut perjuangan kaum Mujahidin di Kashmir sebagai sebuah bentuk terorisme. Dalam aspek ini, pemerintah India yang dipimpin Partai Konggres yang memiliki loyalitas pada Inggris tidak berbeda dengan BJP, pemerintahan sayap-kanan sebelumnya, yang cenderung berpihak pada Amerika.

2. Para pejabat Amerika tidak berhenti untuk menuntut dari Musharraf: memang benar bahwa orang yang tidak menghormati dirinya akan menyalahkan dirinya hingga dia mendapat malu yang lebih besar. Seorang pejabat di CIA mengancam lewat Koran the New York Times pada tanggal 23 Juli 2007 agar Musharraf menyerang wilayah-wilayah yang dikuasai oleh banyak kelompok suku itu. Direktur CIA Michael O’Neil mengatakan dua hari setelahnya bahwa Osama Bin Laden berada di wilayah itu di Pakistan di perbatasan dengan Afghanistan, dan mendesak Musharraf untuk melakukan lebih banyak lagi untuk memobilisasi pasukannya di wilayah perbatasan itu. Ya memang, pemerintah Amerika tidaklah puas dengan pelayanan yang diberikan angkatan bersenjata Pakistan, bahkan mereka menuntut lebih banyak lagi dari mereka dan meminta mereka untuk melakukan pekerjaan kotor dan kejam dengan mengatas namakan mereka. Pemerintah Amerika mendesak Musharraf melanjutkan pendekatan yang sama atas gerakan-gerakan Islam dan memerangi organisasi-organisasi semacam itu seperti Taliban, Harkatul Mujahidin, (sebelumnya bernama Harkatul Ansar), Jaish e- Muhammad dan mengamankan perbatasan sepanjang 1500 km dengan Afghanistan. Hal ini akan mencegah pejuang Mujahidin untuk mempergunakan wilayah Pakistan untuk melancarkan serangan atas pasukan Amerika dan NATO yang menduduki Afghanistan. Permerintah Amerika juga memaksa

Pakistan untuk melakukan perang total yang mampu mematahkan kekuatan suku-suku yang jelas jelas mendukung Taliban dan Al Qaeda. Barangkali kunjungan ke Islamabad pada bulan Juli 2007 yang dilakukan oleh Wakil Menlu AS Negroponte, yang merupakan seorang spesialis dalam hal menyulut dan memprovokasi perang saudara dan pertumpahan darah, ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan ini dengan memastikan bahwa Musharraf, yang terus mengkhianati kaum Muslim, tetap dapat terus berkuasa dan mengabdikannya dirinya untuk melayani kepentingan Amerika. Negroponte mengakui bahwa selama kunjungannya ke Pakistan itu dia mendiskusikan isu yang berkaitang dengan serangan militer di wilayah yang dikuasai suku-suku itu.

3. Musharraf dikondisikan dan dibuat terbiasa dengan kebijakannya yang kejam dan tanpa belas kasih yang digunakan oleh Amerika, dan dia terbukti tetap seorang agen yang setia kepada tuannya, yang melaksanakan perintah-perintahnya walaupun itu bertentangan dengan kepentingan rakyatnya dan negaranya sendiri. Dia adalah seorang asset dari tuannya itu dan seorang yang berhasil memenuhi semua kondisi yang ditetapkan oleh tuan-tuannya itu di wilayah rapuh seperti Pakistan. Dia melakukan hal yang sangat melukai perasaan kaum muslimin dengan mendukung agresi Amerika atas Afghanistan dan menawarkan negaranya sebagai garda depan perang yang dilakukan Amerika untuk merancang perbuatan kejinya di wilayah itu. Musharraf telah memobilisasi tentaranya di wilayah persukuan itu di perbatasan Afghanistan di Waziristan dan Balukhistan dan terus menambah tentaranya hingga 80 atau 90 ribu pasukan di sepanjang perbatasan Afghan.

Hari ini (26/10/2007) dia telah melancarkan serangan kilat kepada kaum muslim di lembah Swat wilayah Timur Laut Peshawar hanya karena kaum muslimin di wilayah itu ingin menerapkan Hukum Islam. Semuanya ini dilakukan untuk menyulut perang yang dicontohkan oleh Wahington yang ingin agen bayarannya Musharraf untuk tetap berkuasa diantara kaum muslim: Tentara Pakistan di satu sisi dan suku-suku Muslim di sisi lain, dan tetap bersikap provokatif untuk menjaga agar api tetap menyala. Dia telah menangani gerakan-gerakan yang memprotes kesetiannya atas Amerika dengan cara yang dirancang sedimikian rupa hingga memperburuk situasi daripada untuk mendinginkan suasana.

Inilah apa yang dilakukannya ketika dia dengan sengaja memerintahkan pembunuhan atas pemimpin senior Balukhistan Akbar Khan Bugti yang berusia 79 tahun pada bulan Agustus 2006. Hal ini lalu memperburuk krisis yang ada. Bugti dikenal sebagai “Singa Tua” dan pernah menduduki jabatan gubernur dan menteri di pemerintahan di akhir tahun 1970-an.

4. Setelah pembunuhan Bugti itu, tentara Pakistan telah menekan Musharraf untuk mencapai perjanjian dengan suku-suku itu untuk mengurangi meningkatnya kekerasan dan menghindari perang saudara di bulan September 2006. Amerika menentang Pakistan untuk mencapai kesepakatan itu dengan suku-suku itu karena Amerika berkepentingan untuk tetap menjaga agar kekerasan tetap ada. Amerika melalui NATO melancarkan serangan-serangan berdarah di wilayah perbatasan Bajour di bulan November 2006 untuk merusak perjanjian dengan suku-suku itu. Pejabat-pejabat Amerika lalu membuat pernyataan-pernyataan yang mengkritik perjanjian itu , dan mendesak Musharraf untuk memobilisir tentaranya di wilayah-wilayah suku itu, semuanya dilakukan untuk menggagalkan perjanjian.

Inilah yang terjadi: Rice mengkritik perjanjian itu dalam pidatonya di depan Konggres tanggal 16/2/2007. Pada hari yang sama Wakil Presiden Amerika Dick Cheney berbicara menentang perjanjian ini selama kunjungannya ke Pakistan. Bagian Musharraf adalah memenuhi keinginan tuannya itu dengan memobilisir secara provokatif tentara Pakistan di sepanjang perbatasan dan wilayah persukuan itu untuk meningkatkan ketegangan sehingga memuluskan jalan untuk menggagalkan perjanjian itu.

Hal ini jelas menunjukkan bahwa Amerika tidak ingin meredakan ketegangan, bahkan lebih menyukai meningkatnya peperangan di wilayah itu sehingga kaum muslimin tetap terus disibukkan dengan hal ini dan tidak menentang pendudukan Amerika di Afghanistan. Amerika lalu mendapatkan Musharraf sebagai seorang asset karena dia menerapkan agenda-agenda Amerika di wilayah itu dengan sepenuh hati. Lalu, sebagai cara untuk menyiapkan Pakistan melakukan serangan lanjutan atas Al-Qaeda dan tempat persembunyian mereka, Juru Bicara Gedung Putih Tony Snow menyatakan bahwa Al-Qaeda merupakan ancaman yang nyata bagi Pakistan dan mereka mempelajari kemungkinan-kemungkinan untuk melancarkan serangan terhadap target-target khusus dari dalam wilayah Pakistan. Hal ini mendorong PM Pakistan Shaukat Aziz untuk menyatakan bahwa Pakistan mampu untuk melakukan operasi semacam itu sendiri dan dia mengatakan bahwa negaranya pasti tidak akan membiarkan siapapun untuk memakai wilayah Pakistan untuk melancarkan serangan terhadap organisasi-organisasi teroris manapun. Dengan demikian, dengan memberikan kesan bahwa Pakistan dengan beraninya menolak untuk mengizinkan Amerika untuk melancarkan serangan di dalam wilayahnya, Pakistan telah berketetapan pada dirinya sendiri untuk terlibat dan melakukan serangan-serangan semacam itu!

5. Konsekuansi dari kejadian-kejadian ini, serangan yang membabi buta dilancarkan atas Masjid Lal (Mesjid Merah) di pertengahan bulan Juli 2007, sebagai akibat telah berakhirnya perjanjian dengan suku-suku itu dan situasi seperti perang yang sesungguhnya telah muncul. Tapi situasi mirip perang ini bukanlah antara Amerika dan kaum muslim seperti yang seharusnya terjadi, tapi antara suku-suku muslim dengan Angkatan Bersenjata Pakistan, yang atas perintah sang pengkhianat Musharraf dan rezimnya, memperkuat angkatan bersenjata dalam konfrontasinya dengan suku-suku itu.

Penasehat Keamanan Dalam Negeri Steven Hadley mengumumkan bahwa mereka mempertimbangkan penguatan militer, dan mereka melihat hal ini sebagai perkembangan positif yang mereka dukung. Demikianlah kebencian Mushararaf terhadap suku-suku itu jelas terlihat. Hal ini lebih jauh lagi ditampakkan selama serangan yang dilakukan terhadap Mesjid Merah dimana dia membantai ulama secara brutal dan menolak semua usaha mediasi yang hampir membuahkan hasil. Dia menjadikan para ulama dan maula di sana untuk menerima penghinaan selama serangan itu maupun setelah dilakukan penangkapan terhadap mereka. Betapa dia sangat membenci dan memusuhi suku-suku itu!

6. Untuk urusan Kashmir, Amerika berkeinginan untuk mempertahankan status-quo di perbatasan itu, dan hal ini untuk menjaga ‘perasaan’ India karena Amerika ingin India bisa mengawasi kebangkitan China di Timur Jauh dan Asia Selatan. Musharraf telah melakukan beberapa hal untuk menormalkan hubungan dengan India setelah kedua Negara itu setuju untuk melakukan gencatan senjata di Kashmir bulan November 2003, dan melanjutkan kesepakatan perdamaian dengan perjanjian perdamaian di bulan Januari 2004. Hal ini memuluskan jalan untuk membuka kembali jalur perlintasan bus diantara kedua negara sebagai isyarat simbolis untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan kemudian menormalkan situasi.

Situasi ini diusulkan oleh Perdana Menteri India Manmohan Singh yang menyatakan pada tanggal 15 July, 2007 bahwa wilayah Kashmir yang terpecah dapat menjadi symbol kerjasama diantara India dan Pakistan, dan menegaskan bahwa perundingan-perundingan yang bertujuan untuk mengakhiri konflik selama 60 tahun itu bisa terus berlangsung. Manmohan Singh lalu menegaskan kembali posisinya mengenai perbatasan Kashmir.

Dia mengatakan: “… perbatasan itu tidak dapat dirubah tapi dapat menjadi tidak relevan”. Dia mengatakan dalam sebuah pidato ketika menerima gelar penghargaan di Jammu, ibukota musim dingin provinsi Jammu dan Kashmir, yang copy laporannya dikirimkan ke Reuters melalui e-mail, yang menyebutkan: «Tidak diragukan lagi ada pembagian wilayah dan perbatasan, , tapi jalur yang dikontrol dapat menjadi jalur bagi perdamaian untuk terjadinya aliran barang, jasa untuk masyarakat dan kebebasan berpikir.” Singh menambahkan : «Saya berharap dan yakin bahwa suatu saat Jammu dan Kashmir dapat menjadi sebuah symbol kerjasama diantara India dan Pakistan daripada menjadi sebuah simbol konflik.

Situasi saat ini menunjukkan bahwa solusi ini diberlakukan oleh Musharraf dengan India dan semua pernyataan yang berkaitan dengan Kashmir dari sisi Pakistan pada periode belakangan ini terjadi dalam kerangka ini. Sejak perjanjian tahun 2004 itu, hak untuk menentukan nasib sendiri bagi penduduk Kashmir diabaikan dan semua perjanjian dilakukan di luar lingkup ini. Pemerintah Musharraf tidak lagi menuntut suatu penyelesaian yang berdasarkan resolusi internasional. Dan tentu saja isu jihad bagi Kashmir ditinggalkan, dengan maksud mencapai tujuan-tujuan praktis. Ini menyiratkan hal bahwa segala sesuatunya bergerak menuju penyelesaian yang menerima status quo sebagai solusi final bagi Kashmir.

7. Lalu, Musharraf memutus hubungannya dengan Islam dan kaum Muslim: Dia telah berdiri di sisi Amerika dalam melakukan serangan terhadap Afghanistan, memobilisir tentaranya hingga terjadinya pertumpahan darah di wilayah yang dikuasai suku-suku itu, melakukan pembantaian di Waziristan dan Balukhistan, dan menyerang Mesjid Merah dengan senjata pemusnah, menyerahkan Kashmir, menghinakan kaum cendekiawan dan pelajar sekolah-sekolah Islam, dan mencoba untuk menghentikan dakwah Islam. Daftar kejahatannya akan panjang! Musharraf telah ditolak dan menjadi orang yang tidak tersentuh ( untouchable) bagi kaum muslim dan tidak mendapatkan dukungan bagi pencalonan dirinya untuk masa kedua jabatan kepresidenannya.

Maka Amerika tidak memiliki pilihan selain mencari dukungan dari kaum sekular yang setia pada Inggris dalam usahanya untuk terus menjaga kaki tangannya itu untuk tetap berkuasa . Dan itu diperoleh dengan membuat kesepakatan dengan Benazir Bhutto dan partainya. Setelah perjanjian ini, Bhutto tiba-tiba menjadi orang yang bersih dan dikesankan sebagai seorang pemimpin yang memiliki integritas, sementara melupakan kenyataan bahwa dia pernah dituduh melakukan korupsi dan penyimpangan oleh Musharraf sendiri dan dibuang dari negaranya.

Seperti yang diperlukan dalam perjanjian itu, Musharraf mengeluarkan peraturan tanggal 5/10/2007 yang memberikan pengampunan bagi Benazir beberapa saat sebelum dilakukan pemilihan presiden yang dimajukan tanggal 6 Oktober, 2007 dari yang seharusnya dilakukan i setelah pemilihan anggota parlemen di bulan Januari 2008. Dia sebenarnya takut pendukungnya tidak dapat terpilih pada pemilu parlemen yang akan dilakukan pada bulan Januari 2008, dan karena itu dia tidak dalam posisi untuk memastikan pemilunya sendiri untuk jabatan presiden. Inilah sebabnya kenapa dia memajukan pemilihan presiden sebelum dilakukan pemilu anggota parlemen. Ini menyebabkan sebagian orang untuk memberi dukungan padanya dalam pemilu pendahuluan yang di ‘menangkan’ oleh Musharraf’.

8. Perpecahan dalam pemerintahan Pakistan menjadi jelas terlihat pada isu pemberian amnesti pada Bhutto, ketika sejumlah anggota dari partai yang berkuasa menolak amnesti itu dan menyebutnya sebagai “tidak adil”. Menteri Urusan Agama ‘Aijaz ul Haq, anak dari diktator militer terdahulu yang mengeksekusi ayah Benazir Zulfiqar Ali Bhutto tahun 1979 mengatakan: “Kami telah menyatakan keberatan pada amnesti yang diajukan itu, kami tidak mendukungnya”. Dengan jelas merujuk pada pemimpin oposisi, sang menteri menekankan ‘tidak mengabulkan amnesti bagi para politisi korup, khususnya mereka yang melakukan penggelapan uang senilai 1.5 juta dolar”. Oposisi semacam itu yang ada dalam pemerintahan koalisi Musharraf bukanlah hal aneh dan tidak diharapkan.

Struktur partai Musharraf, Liga Muslim Pakistan (Q), dibuat dengan mengkombinasikan orang-orang yang desersi dari partainya Nawaz Sharif, Liga Muslim Pakistan dan Partai Rakyat Pakistan( pimpinan Benazir Bhutto). Musharraf telah menggunakan ancaman yang menakutkan dan mengenakan tuduhan korupsi terhadap orang-orang yang menentangnya. Amat jelas bahwa pandangan yang bersebrangan di saat terjadinya krisis ini pada partai semacam itu tentu saja cukup mengherankan. Tapi isunya lebih besar daripada sekedar soal partai Musharraf dan itulah sebabnya kenapa oposisi internal dalam kelompoknya cenderung ngawur. Walaupun ada penentangan semacam ini, Musharraf dan Benazir Bhutto menanda tangani perjanjian pembagian kekuasaan pada tanggal 4 Oktober 2007 suatu hal yang didesak oleh pemerintah Amerika dan Inggris dan diikuti oleh keluarnya peraturan amnesti tanggal 5 Oktober 2007 , 24 jam sebelum dilakukannya pemilu presiden yang diizinkan Pengadilan untuk dilakukan sesuai jadwal.

Ini adalah alasan -berbeda dengan anggota-anggota oposisi lain- anggota partai PPP pimpinan Benazir tidak memboikot pemilu hingga memastikan adanya kuorum dan masa jabatan bagi Musharraf yang kedua kali. Dibawah keputusan itu, diberikan pengampunan bagi para politisi yang dituduh korupsi selama periode tahun 1998 hingga 1999. Draft ini dirancang sedemikian rupa hingga mengecualikan amnesty bagi PM Nawaz Sharif, yang disingkirkan dalam kudeta tidak berdarah oleh Musharraf tahun 1999, karena kasus-kasus kriminal yang dikenakan padanya terjadi tahun 2000.

Dengan demikian formula khusus dilakukan untuk mengecualikan pengampunan terhadap Nawaz Sharif walaupun sebelumnya dia juga adalah antek Amerika. Ini dikarenakan Nawaz Sharif membangkitkan kemarahan Amerika karena gagal mengkontrol mobilisasi angkatan bersenjata Pakistan di wilayah Kargil di Kashmir tahun 1999, ketika mereka mabuk kemenangan melawan pasukan India. Kemenangan itu telah merusak kemungkinan berkuasanya Vajpayee, yang pro-Amerika. Amerika kesal dengan hal ini dan karena itu menempatkan Musharraf untuk berkuasa tahun 1999 dan menyingkirkan Nawaz Sharif. Musharraf melaksanakan perintah-perintah AS dan menarik mundur pasukannya dari dataran tinggi Kargil tanpa menduduki wilayah itu. Amerika tidak memaafkan Nawaz Sharif karena ‘kesalahannya’ itu meskipun dia telah melayani AS bertahun-tahun.

Jika saja antek-antek yang lain memperhatikan dan mengambil pelajaran dari hal ini bahwa kekuatan penjajah hanya memakai agen-agennya itu untuk kepentingan mereka saja dan membuang mereka di saat mereka telah mencapai tujuan-tujuan mereka! Setelah keluarnya keputusan Amnesti tanggal 5 Oktober 2007, setelah memastikan terpilihnya kembali Musharraf tanggal 6 Oktober, Mahkamah Agung meneliti validitas pemilihan presiden tanggal 17 Oktober 2007. Meskipun keduanya telah bertemu beberapa kali, MA masih belum menyatakan penilaiannya atas masalah ini. Sementara itu Bhutto kembali ke Pakistan pada tanggal 18 Oktober 2007 dengan harapan dapat menjadi perdana menteri untuk ketiga kalinya. Sebelumnya dia memangku jabatan sebagai Perdana Menteri dua kali dari tahun 1998 hingga 1990 dan tahun 1993 hingga 1996.

9. Amerika berusaha sebaik-baiknya untuk bekerja sama dengan Bhutto, untuk memastikan Musharraf tetap berkuasa. Walaupun Bhutto mulai merubah cara yang dilakukannya sebagaimana yang dilakukan oleh oposisi, ketika Musharraf menjadi PM untuk yang kedua kalinya. Beberapa bulan sebelumnya Amerika mengadakan pembicaraan di London dengan Inggris dan Bhutto, hingga terciptalah kerangka besar untuk pembagian kekuasaan dengan Musharraf sebagai presiden dan Bhutto sebagai Perdana Menteri. Amerika sadar benar bahwa Bhutto tidak mau menerima jabatan perdana menteri dengan kekuasaan yang dibatasi seperti situasi sekarang. Mereka tahu bahwa Bhutto akan mencari cara pembagian kekuasaan dengan presiden, namun mereka juga sadar bahwa lebih baik jika Musharraf tetap berkuasa walaupun dia kehilangan beberapa kewenangan.

Bagi AS hal ini jauh lebih baik daripada kehilangan Musharraf sama sekali dan berarti akan kehilangan pengaruh di Pakistan. Kemudian, berdasarkan kerangka dasar yang disiapkan oleh Amerika itu, dimulailah pembicaraan baik secara langsung antara Musharraf dan Bhutto beberapa kali, maupun dengan perwakilannya, terkadang di London dan terkadang di Uni Emirat Arab. Setelah dilakukan konsensi serah terima dan tawar menawar yang dilakukan kedua belah pihak, Musharraf setuju untuk menghilangkan segala rintangan hukum bagi kembalinya Bhutto dan menghapusnya dari segala tuduhan korupsi, dan melalui cara legislatif, jika perlu, akan membuat Bhutto untuk mengambil alih jabatan PM untuk yang ketiga kalinya, apabila dia setuju untuk tidak memboikot parlemen seperti yang dilakukan oleh partai-partai oposisi di parlemen. Dia juga setuju bahwa tidak ada anggota partainya yang akan mempermasalahkan keputusan Musharraf ke Mahkamah Agung untuk melepas seragam militer segera setelah dinyatakan terpilih sebagai presiden.

Dan rangkaian kejadian-kejadian berikut terjadi setelah kesepakatan itu: Perwakilan Partai Rakyat Pakistan pimpinan Bhutto tidak abstain dalam voting di parlemen seperti yang dilakukan oleh perwakilan partai-partai lain. Komisi Pemilihan Umum meloloskan amandemen UU Pemilu yang berkaitan dengan pemilihan Kepala Negara, dimana ketika itu ketua komisi yang adalah pendukung partai Bhutto dan yang menentang Musharrah melakukan abstain dan dengan demikian memuluskan jalan untuk mencabut pasal 63, yang merupakan kendala bagi terpilihnya Musharraf jika masih berseragam militer.

Pada saat yang sama, sekretaris Liga Muslim Pakistan mengatakan pada pers bahwa presiden akan melepaskan seragam militernya hanya setelah dia terpilih kembali. Tanggal 27 September 2007, ketika dia mulai kampanye, Musharraf mengatakan bahwa dia akan mematuhi ketentuan Mahkamah Agung mengenai soal seragam militer itu, walaupun hal ini telah dinyatakan secara jelas di pasal 63 yang dibuat Komisi Pemilu (KPU). Tanggal 29 September, KPU memeriksa 43 pengajuan nominasi dan memilih 6 orang termasuk Musharraf dan Amin Fahim, orang kepercayaan Bhutto yang mengatakan bahwa dia akan menarik pengajuaanya jika pengajuan Musharraf diterima! Jadi Musharraf, pesaingnya Wajihuddin Ahmad dan tiga calon lain tetap bisa bersaing. Tanggal 1 Oktober, ketika daftar akhir para calon resmi diumumkan, 85 anggota parlemen mengundurkan diri, termasuk para pendukung Nawaz Sharef tapi para perwakilan partai Bhutto, PPP, tetap ada di Parlemen! Tanggal 2 Oktober salah seorang menteri Musharraf mengumumkan bahwa tuduhan-tuduhan kriminal tidak akan dikenakan pada Benazir Bhutto, dan langsung menambahkan bahwa jika Musharraf terpilih lagi sebagai kepala Negara dia akan mengundurkan diri sebagai kepala angkata bersenjata.

Sementara itu Ashfaque Kiyani, orang dekat Musharraf dan mantan ketua ISI, dipromosikan sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Bersenjata sehingga memastikan bahwa hanya dialah yang akan menjadi Kepala Angkatan Bersenta! Musharraf percaya bahwa Bhutto akan menerima dia sebagai kepada Angkatan Bersenjata jika dia menjadi perdana menteri, atau paling tidak tidak menolaknya. Mungkin dapat disebutkan pula bahwa Ashfaque Kiyani adalah orang yang mengepalai delegasi resmi pembicaraan yang mengatas namakan Musharraf.

Kemudian hal-hal itu terjadi mulus sesuai rencana, keputusan amnesti dikeluarkan tanggal 5 Oktober 2007, Musharraf memenangkan pemilu tanggal 6 Oktober 2007 walaupun hasil resmi tidak diumumkan atas petunjuk Mahkamah Agung dan Bhutto tiba di Pakistan tanggal 18 Oktober 2007, kecuali terjadinya upaya pembunuhan atas Bhutto ketika itu dalam konvoi sepeda motor para pendukungnya. Tampaknya tidak mungkin Musharraf berada di belakang usaha pembunuhan ini karena dia masih dibutuhkan paling tidak pada tahap ini dan hingga pemilu yang baru pada awal tahun, namun, seperti yang telah kami nyatakan, beberapa pihak di pemerintahan, khususnya mereka yang setia terhadap Zia Ul Haq, yang menentang amnesti bagi Bhutto. Tapi fakta bahwasanya kesepakatan itu penting baik bagi Amerika maupun Musharraf pada saat ini.

Dari paparan di atas, jelaslah mengapa Amerika menerima Bhutto walaupun dia setia pada Inggris tempat dimana dia menetap selama masa pengasingannya. Langkah yang ditempuh Pakistan di tengah-tengah kejadian itu adalah bahwa Pakistan sejak terbentuknya negara itu hampir enam puluh tahun yang lalu telah memiki pemerintah yang setia: orang yang setia pada Inggris dan Amerika, sekarang untuk yang pertama kalinya terjadi dalam sejarah, negara itu punya dua kepala pemerintahan: Musharraf yang setia pada Amerika, dan Bhutto yang setia pada Inggris, itupun apabila mereka terus melanjutkan komitmennya pada kesepakatan itu, dan hal ini tampaknya akan membuat situasi di Pakistan mudah terjadi konfrontasi dan konflik dalam waktu tidak terlalu lama lagi.

Sebelumnya telah dinyatakan bahwa Amerika tidak punya pilihan selain untuk memberikan dukungan pada Bhutto untuk menyelamatkan Musharraf dan dengan begitu bisa mempertahankan pengaruhnya di Pakistan, walaupun hal ini tidak jelas dikarenakan pindahnya kewenangan kepadanya dan akhirnya ke Inggris. Diharapkan bahwa keduanya dapat menghormati kesepakatan paling tidak hingga pemilu mendatang, karena baik Musharraf dan Bhutto perlu untuk: Musharraf perlu memperoleh koalisi di parlemen dari partainya dan partai Bhutto untuk memastikan pengesahan undang-undang parlemen, sementara Bhutto perlu dukungan parlemen untuk tetap survive di pemerintahan sebagai pemimpin dari koalisi yang mayoritas.

Dan walaupun keduanya adalah orang sekular dan memerangi Islam dan kaum muslim. Pernyataan-pernyataan mereka menunjukkan hal ini, walaupun yang mereka sembunyikan adalah lebih besar lagi, namun kedua agen dan antek-antek dari tuannya itu memiliki konflik kepentingan, dan ini menyiratkan bahwa masa bulan madu mereka tidak akan berlangsung lama. Ini dikarenakan kekuatan-kekuatan besar yang berebut pengaruh tidak akan menerima rintangan apapun ada di tengah jalan, khususnya ketika itu adalah partai-partai yang pro Amerika, yang punya kecendrungan hegemonistik dan arogansi.

Karena itu masuk akal bahwa Amerika dan Musharraf akan menghadapi rintangan hukum dan fisik yang akan dikenakan pada Bhutto dan bahkan akan membuangnya di pengasingan jika itu bisa dilakukan! Di saat yang sama, Bhutto, seorang dengan kelicikan khas orang Inggris, dan dengan kepiawaian politiknya, mungkin mampu melakukan manuver untuk menghadapi Musharraf untuk merendahkan kredibilitasnya dan keberadaanya di Istana Presiden, dan mencopotnya jika mampu, baik dengan manipulasi politik atau melalui perangkat hukum dengan cara menyuruh orang-orangnya untuk mengajukan Musharraf ke pengadilan.

Aspek yang negatifnya: sejak terjadinya kerusuhan dan instabilitas politik karena adanya konflik itu, kehidupan rakyat menjadi semakin sulit dan sengsara. Sedangkan aspek positifnya adalah bahwa Allah akan menghilangkan kekuatan mereka dengan membuatnya saling bertikai satu sama lain, dan Dia akan membuat satu penindas untuk melakukan balas dendam pada yang lainnya sebelum Allah sendiri menghukum keduanya. Dia adalah Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Insya Allah, hal ini membawa kebaikan dan kemenangan bagi rakyat. Dan Allah berkuasa penuh atas apa yang Dia kehendaki, tapi kebanyakan orang tidak mengetahuinya.

15th Shawwal 1428 A.H26th October 2007

( Riza Aulia sumber : www.khilafah.com )

7 comments

  1. iman ti bandung

    Akh Riza, Jzkml translatenya…

  2. Kejadian di Negeri Muslim Pakistan semestinya menjadi pelajaran bagi umat Islam, bahwa meminta pertolongan atau menghamba kepada orang-kafir sungguh akan merugi. kapan kita bangkit? Wahai umat Islam mana rosonya?

  3. Khilafahlah yang akan membebaskannya….

  4. SEMOGA INDONESIA SADAR! BAHWA PENTINGNYA KHILAFAH

  5. khalifha adalah sistem yang benar, dan akan terjadi lagi pada zaman era globalisasi kita buktikn

  6. yaa Allah yaa robbi
    dengan sgala doa hamba panjatkan
    dengan sgala daya hamba pergunakan

    yaa Allah ya robbi
    Allah yang maha tahu singkaplah..
    topeng kedok kebaikan mereka……
    agar semua umat tahu………..
    bagaimana busuk dan rusaknya dunia…
    ketika dunia dipimpin oleh gembong
    teroris USA=ASU

    Yaa Allah ya robbi
    Allah yang maha bijak
    bukalah tabir kedholiman mereka
    UK, USA dan antek-anteknya)
    biar umat paham
    bagaimana jahatnya mreka
    ketika berkuasa.

    Yaa Allah ya robbi
    Allah yang maha agung
    segrakan tegaknya
    khilafah islamyiah
    agar umat dan dunia
    bisa hidup tentram dan damai
    dibawah panji-panji
    aliwa dan aroya
    amin ya robbal alamin.

    yaa alloh ya robbi
    kabulkanlah doa hamba

  7. Sejarahnya pakistan tidak terlepas dari keinginan “memfasilitasi” orang-orang muslim.. kok ceritanya klise ya… senyatanya dengan seharusnya beda.. dinegeri ini juga ada yang “berkeinginan” tapi “samimawon” jauh panggang dari api … Khilafah ya kali solusinya… bisa buktikan ??

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*