BPS: Penduduk Miskin Berkurang

JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, hasil survei pada Maret 2009, jumlah orang miskin di Indonesia sebanyak 32,53 juta jiwa atau 14,15 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.

“Hasil ini menunjukan penduduk miskin berkurang 2,43 juta jiwa dibandingkan dengan (hasil survei) Maret 2008 yang mencapai 34,96 juta jiwa atau 15,42 persen (dari total populasi),” kata Deputi Statistik Sosial BPS, Arizal Manaf, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.

Ia menambahkan, penduduk miskin didominasi penduduk pedesaan yaitu 20,62 juta jiwa atau 17,35 persen dari total penduduk di desa. Sedangkan penduduk miskin di perkotaan sebesar 11,91 juta jiwa atau 10,72 persen dari total penduduk kota.

Jumlah orang miskin di perkotaan, bila dibandingkan survei Maret 2008, mengalami penurunan sebesar 850 ribu jiwa. Sedangkan di pedesaan bila dibandingkan Maret 2008, penduduk miskin berkurang 1,5 juta jiwa.

Ia mengatakan, penurunan jumlah kemiskinan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, naiknya upah riil buruh tani dan bangunan. Upah buruh riil petani di pedesaan rata-rata naik sebesar 13,22 persen. Sedangkan upah buruh bangunan di perkotaan rata-rata naik 10,61 persen.

Kedua, nilai tukar petani pangan selama periode April 2008-Maret 2009 mengalami kenaikan sebesar 0,88 persen. Sedangkan untuk nilai tukar petani di sektor perikanan (nelayan) naik 5,27 persen. “Sehingga ada tambahan pendapatan,” katanya.

Ketiga, menurut dia, penurunan itu juga didukung oleh kebijakan pemerintah seperti bantuan langsung tunai (BLT), biaya operasional sekolah (BOS) dan juga Kebijakan Beras untuk masyarkat miskin (raskin).

“Ini ada dampaknya, kan dengan kebijakan itu maka pendapatan bertambah (BLT), disisi lain pengeluaran juga berkurang (BOS dan raskin),” katanya.

Inflasi Stabil

Ketika ditanyakan, apakah kebijakan tersebut bila dilakukan pada bulan Maret saja sesuai dengan survei yang dilakukan yaitu pada bulan Maret akan mempengaruhi, Arizal menjawab, survei dilakukan pada bulan Maret, dan hal itu mengukur kemiskinan di bulan Maret 2009, namun hal itu juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi sebelumnya. “Jadikan kebijakannnya tidak hanya di bulan Maret,” katanya.

Arizal menambahkan, selain peningkatan pendapatan, penurunan kemiskinan tersebut juga didukung oleh kondisi inflasi yang stabil sebesar 7,92 persen pada periode Maret 2008-Maret 2009. Dan peningkatan harga beras rata-rata pada Maret 2008-Maret 2009 yang lebih rendah dibandingkan laju inflasi.

Sementara itu, dalam survei kali ini, jumlah orang miskin tersebut diperoleh berdasarkan garis kemiskinan atau jumlah pengeluaran sebesar Rp200.262 perorang per bulan.

“Artinya orang dinilai miskin bila memiliki pendapatan setiap orangnya rata-rata sebesar Rp200.262, perorang, bukan per keluarga,” katanya

Ia mencontohkan, seseorang yang bekerja dengan penghasilan Rp500 ribu yang memiliki satu orang istri tanpa anak, yang berarti dia cuma berdua dengan istrinya maka pendpatan perkapitanya Rp250.000 per orang perbulan. Berarti hal ini tidak termasuk dalam penduduk miskin yang berpendapatan perorang sebesar Rp200.262.

Angka garis kemiskinan tersebut meningkat bila dibandingkan garis penghitungan untuk Maret 2008 yang sebesar Rp182.636

Penghitungan Rp200.262 ribu tersebut terdiri dari Rp147,339 untuk makan per bulan dan Rp52.923 untuk pengeluaran non makanan seperti tempat tinggal dan pakaian per bulan.

Ia menambahkan, untuk makanan tersebut, setara dengan 2100 kalori setiap hari setiap orang. “Hal ini sesuai dengan kebutuhan minimum konsumsi orang menurut ahli gizi,” katanya.

Selain itu, ia mengatakan, penghitungan untuk non makanan diwakili sekitar 51 jenis komoditas yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan bagi orang kota dan 47 jenis komoditi yang diperlukan sebagai orang desa.

“Kalau yang tidak perlu seperti rekreasi, kan penduduk miskin tak perlu rekreasi, ya tidak dimasukan dalam penghitungan,” katanya.  (Republika online, 02/07/2009)

6 comments

  1. standar perhitungan yg tidak rasional. sangat merendahkan orang miskin.
    naudzubillah….

  2. Apakah dg angka kemiskinan turun artinya pemerintahan ini berhasil ????! 32.53 juta itu banyak banget !!
    Coba, mana ada pejabat negeri ini yg mau menggantikan posisi mereka ??! Yang ada tentu perlombaan untuk bermewah-mewahan.

    Ingatlah…kalian semua, hai para pemimpin, pasti kelak kalian akan ditanya oleh ALLAH mengenai urusan kalian dalam hal ini !!!

    Bertaubatlahlah kalian semua hai para pemimpin !!!
    Segera terapkan SYARIAH dan tegakkan KHILAFAH, sehingga semua orang mendapat barokah dari ALLAH dan kalian semua selamat !!!

    Allahu akbar !!!

  3. ummar abd aziz

    Jangankan sejuta, dua juta apalagi sampe 15juta. seorangpun ga boleh laper. coba deh pemimpin kita niru Ummar bin Khatthab Ra. Beliau rela mikul dua karung gandum karna mendapati keluarga yang kelaparan, dan beliaupun melakukan inspeksi sendiri terhadap warga negara. Bukan seperti sekarang, boss hanya terima laporan, udah gitu laporannya asal boss senang, trus sistemnya demokrasi kapitalisme. jadi ya lengkap sudah penderitaan. Makanya saudaraku, mari kita berjuang demi Tegaknya KHILAFAH dan SYARIAH. Allahu Akbar!!!

  4. kurang satu faktor lagi yang menyebabkan penduduk miskin berkurang: mereka tewas karena gizi buruk, kena penyakit & ga sembuh-sembuh coz ga ada biaya berobat,dll. Mungkin ini adl salah satu keberhasilan pemerintah dalam memberantas kemiskinan yaitu: memberantas orang miskin!

  5. MUKE GILE PENIPU TUH BPS! BPS ITU BUTA!
    BPS: Penduduk Miskin Berkurang.YA…YA…YA..YA BERKURANG HARTANYA KARENA UNTUK BAYAR PAJAK,HIDUPNYA TETAP TETAP DIINJAK-INJAK

  6. Andrian Willyan Djaja

    Ada beberapa kelemahan :
    1. Perhitungan pendapatan masing2 penduduk dipukulratakan, yang artinya hanya berdasarkan asumsi dan tidak memperhitungkan adanya faktor lain, yaitu kebutuhan tiap2 penduduk berbeda-beda.
    2. Definisi yang tidak jelas terhadap orang miskin : apa itu orang miskin ? Dalam laporan BPS diatas, orang miskin adalah yang pendapatannya Rp.200.262,- per orang per bulan. Apakah seperti itu kebutuhan atau pengeluaran orang tersebut per bulan ? Apakah orang miskin tidak perlu sekolah yang notabene mahal ? Apakah orang miskin tidak perlu kesehatan yang notabene juga mahal ? Apakah orang miskin tidak perlu transportasi yang juga mahal ?
    3. Perhitungan Rp.200.262,- untuk makanan dan tempat tinggal yang tidak masuk akal. Membayar Rp.52.923 untuk tempat tinggal ? Berapa harga tempat tinggal saat ini, walaupun sekedar menyewa ?
    Pemerintahan sekuler hanya membawa kesengsaraan, ganti dengan Islam dan Khilafah ala Minhajun Nubuwwah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*