Keunggulan SBY, Cerminan Rakyat Melankolik

Budayawan Sudjiwo Tedjo berpendapat bahwa seorang pemimpin merupakan cerminan masyarakat yang dipimpinnya. Nah, keunggulan sementara calon presiden SBY berdasarkan hasil quick count yang menunjukkan kecenderungannya sebagai presiden terpilih nanti merupakan cerminan masyarakat Indonesia. “Kalau aku karena dibesarkan dalam tradisi pendalangan, melihat pemimpin dan masyarakat seperti jodoh. Kalau suami penjudi, istri juga. Begitu juga sebaliknya,” tutur Sudjiwo dalam diskusi polemik bertemakan “Presiden Lanjutan” di Warung Daun Pakubuwono, Jakarta Selatan, Sabtu (11/7).

Sudjiwo mengatakan, jika presiden yang terpilih terlalu menjaga citra atau ‘jaim’ (jaga image), sosok presidennya tak jauh dari sifat itu. Dan demikianlah kecenderungannya sekarang.

Pengamat politik Sukardi Rinakit melihat kini SBY-lah yang menunjukkan kans paling besar untuk menjadi pemenang pilpres dengan karakter jaim dan melankoliknya. “Rakyat kita memang melodramatik. Mudah kasihan, mudah bosan, dan mudah lupa. Setelah terpilih, mereka lupa dengan janji-janji apa,” tutur Sukardi.

Tak dapat disalahkan memang, lanjut Sukardi, sekitar 80 persen pemilih Indonesia berpendidikan SMP dan SMU ke bawah. Para pemilih ini masih mementingkan pencitraan daripada kinerjanya. “Kinerjanya biasa-biasa, pencitraannya luar biasa, seperti yang di SMS-SMS itu. Rakyat kita masih percaya pencitraan, tradisional-tradisional begitu,” ujar Sukardi.

“Kalau JK, orang-orang tua bilang bagaimana presiden begini. Ngocol terus, ngelawak terus, pecicilan. Kalau saya terus terang suka gayanya Pak JK. Tapi pendapat orang desa beda,” tandas Sukardi. (Kompas.com, 11/7/2009)

2 comments

  1. Zakaria Trans

    InsyaALLAH, LEBIH CEPAT terapkan Syari’ah LEBIH BAIK, untuk LANJUTKAN kehidupan ISLAM ‘ala minhajin nubuwwah, bukan melanjutkan sistem sekuler seperti saat ini

  2. Yes, setuju kebanyakan mereka berfikir dngkal (sathiy), yang dilihat citra lahiriah, gagah, potongan dalam pewayangan ada Bima or Puntadewa, mereka tdk suka dengan pemimpin gaya jenaka (petruk) or sosok yangkerdil seperti gareng, dsb. Mereka juga tdk suka dengn pemimpin ceplas cplos gaya dursasana or yng medeni (menakutkan) seperti Dasamuka. Maysyarakat awam cenderung melihat sebatas gunakan tamyiz gharizi (identifikasi instink) bukan dengan parameter yang lebih rasional, mendalam n apalagi ideologis. Edukasi politik hrus diLANJUTKAN,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*