Keinginan sebagian elite Partai Golkar untuk merapat dalam koalisi Partai Demokrat menunjukkan partai ini tidak memiliki basis ideologi yang jelas, kata pengamat politik Universitas Gadjah Mada AAGN Ari Dwipyana.
Jika sampai merapat ke koalisi Demokrat, maka Partai Golkar akan menjadi partai pragmatis yang cenderung mengejar posisi dalam kekuasaan, katanya di Yogyakarta, Rabu.
Dia juga memperkirakan, Golkar akan menghadapi rekonsolidasi dari partai-partai koalisi Demokrat, jika berupaya mendekat ke Demokrat. “Partai-partai yang selama ini telah berkoalisi dengan demokrat tentunya tidak akan begitu saja bisa menerima kehadiran partai Golkar, terutama jika nanti dikaitkan dengan `pembagian` posisi di kabinet,” katanya.
Ia mengatakan, kemungkinan bergabungnya Golkar ke Partai Demokrat disatu pihak juga akan semakin memperkuat pendukung pemerintah sehingga konsolidasi pemerintah lebih kuat.
“Dengan demikian maka stabilitas pemerinrtahan lima tahun ke depan relatif terjaga, karena kekuatan oposisi tidak akan sebanding,” katanya.
Ari mengatakan, di pihak lain kelemahannya adalah akan memunculkan komplikasi baru di internal pemerintahan karena kehadiran Partai Golkar dalam koalisi yang baru dilakukan pascapilpres ini akan mempengaruhi partai yang lebih dulu bergabung.
“Partai yang lebih dulu bergabung tentunya juga berharap ada kuota tertentu untuk jabatan di pemerintahan, sehingga kehadiran Golkar akan mempengaruhi kuota tersebut,” katanya.
Ia mengatakan, selain itu jika Golkar bergabung dnegan koalisi maka mekanisme `chek and balance` tidak akan terjadi karena kekuatan pemerintah sedemikian besar sedangkan opisisi cenderung mandul. “Ini yang kemudian akan memunculkan perimbangan kekuasaan dan kepentingan kontrol pemerintah tidak akan terbangun dengan baik,” katanya.
Ia menambahkan, bergabungnya Golkar juga akan membuat kontituen Golkar kecewa karena mengharapkan Gokar menjadi kekuatan yang mandiri. (Republika online, 15/7/2009)
inilah demokrasi,apapun sah-sah saja untuk dilakukan demi kekuasaan.bermulut manis,menjilat ludah sendiri,membohongi rakyat…Memuakkan! buang saja demokrasi,Ideologi tidak jelas,ganti dengan Khilafah dgn ideologi yg JELAS : ISLAM
badut-badut politikus oportunis bergentayangan. sodok sana-sini, saling sikut, pagi dele sore tempe, ….. demokrasi harus di-LANJUTKAN ke tong sampah peradaban, ganti dengan KHILAFAH!!!
Ide rendah demokrasi, hanya bicara kursi, kursi dan kursi kekuasaan! Demokrasi punya solusi bagi problem kehidupan?? Kosong!!
mana mau jelas, kalo org yg mengelolanya buta islam.