Jakarta – Indonesia memang bukan pilihan utama penanaman modal asing (PMA). Tapi, untuk investasi jangka pendek, negeri ini ternyata menjadi lokasi yang paling favorit. Sedikit demi sedikit dana asing mulai masuk.
Pekan ini, misalnya, dana asing yang masuk ke Indonesia kembali menunjukan tanda-tanda meningkat. Muara pergerakan dari modal jangka pendek ini adalah pasar modal dan obligasi.
Masuknya dana asing tersebut, sebetulnya merupakan bagian dari gejala global. Di Amerika, para pemilik uang mulai meninggalkan negeri itu karena terpengaruh oleh perubahan Undang-undang Kartu Kredit yang melarang bank menaikan suku bunga dan melonggarkan ketentuan kualitas kredit.
“Sebagian dana migrasi itu diinvestasikan dalam saham atau obligasi pemerintah,” kata seorang analis Kresna Securities. Khusus untuk Indonesia, masuknya dana asing ini dipicu oleh pemilihan presiden yang berlangsung relatif aman.
Pasangan SBY-Boediono, capres dan cawapres terpilih, rupanya merupakan figur yang bisa diterima pasar. Selain itu, para pemilik uang juga meyakini kondisi keamanan di Indonesia cukup terjamin.
“Meskipun terjadi insiden penembakan atas karyawan Freeport dan meningkatknya korban virus H1N1, namun hal itu tak membuat panik para pemilik uang,” kata analis tadi.
Seperi disebutkan di atas, muara dari pergerakan modal jangka pendek ini adalah pasar modal dan obligasi. Pada perdagangan Rabu (15/7), IHSG ditutup menguat tajam 66,699 poin (3,24%) ke level 2.123,278 setelah sehari sebelumnya juga menguat 36,4 poin (1,8%).
Saham PT Bumi Resources (BUMI) melanjutkan kenaikan sehari sebelumnya menguat Rp 80 (4,3%) ke Rp 1.940 per lembar. Kenaikan cukup tinggi juga dicatat oleh saham PT Global Mediacom (BMTR) 1,28% melanjutkan sehari sebelumnya yang melambung 8,3%.
Yang lebih menggembirakan lagi, masuknya modal asing jangka pendek ini membuat nilai tukar rupiah kembali berotot. Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (15/7) menguat 53 poin terhadap dolar AS menjadi 10.107. Sehari sebelumnya rupiah juga menguat 65 poin.
Penguatan rupiah ini diharapkan bakal mendorong daya beli masyarakat. Karena itu, seorang analis menyarankan investor mengoleksi saham retail dan konsumen. Saham-saham seperti UNVR, INDF, KLBF, MAPI, dan BMTR diperkirakan berpeluang naik harganya. Nah, mari kita lihat, prediksinya benar atau salah? (Inilah.com, 16/7/2009)
welcome privatisasi BUMN,
modal asing??? sudah jelas asing yang artinya gak jelas alias modal subhat, TINGGALKAN!!!