Khilafah Penjaga Palestina

HTI Press–Penindasan terhadap kaum Musilim yang terjadi di Palestina menjadi bukti lemahnya Umat Islam. Tidak adanya Khilafah Islamiyah membuat negeri yang termasuk mendapatkan keistimewaan ini justru hancur lebur. Bahkan bangsa Yahudi tidak segan-segannya membantai kaum Muslimin.
“Sungguh tidak ada yang bisa menjaga Palestina kecuali Khilafah. Setelah runtuhnya Khilafah, Palestina pun hancur,” kata Perwakilan Ulama Palestina, al-‘Alim Husain Qasim saat Mukhtamar Ulama Nasional di Jakarta, Selasa (21/7).

Menurut al-Alim, secara riil ketika Khilafah hancur dan hukum Islam telah lenyap, Palestina pun hancur. Bahkan umat Islam ikut rusak, hancur dalam keadaan yang memprihatinkan. Bencana pun datang silih berganti menimpa negeri-negeri Islam dan rakyatnya.

“Wilayah-wilayah Islam mulai dari Palestina, Kashmir, Afghanistan hingga Irak diduduki oleh kaum Kafir penjajah. Apa yang terjadi di Pakistan dan Sudan adalah contoh nyata yang ada di depan mata kita,” katanya.
Al-Alim mengakui, tidak ada satu persoalan dalam sejarah yang bisa mengalahkan masalah Palestina, baik dari segi perhatian, ambisi maupun konflik. Padahal melalui sabda Rasulullah SAW ini, Allah SWT telah mengingatkan kaum Muslim akan pentingnya Palestina, keutaman dan keistimewaannya. Namun ternyata tanah penuh berkah ini sekarang sedang diduduki orang-orang asing, yaitu kaum Yahudi.

Mereka melakukan pembantaian terhadap penduduknya dan melakukan banyak kerusakan. Kaum Muslim mengetahui semua itu, bahkan mereka menyaksikan sendiri apa yang terjadi melalui berbagai media massa, namun mereka tidak tergerak sedikit pun untuk membebaskan, bahkan tidak mampu berbuat apa-apa. “Kenapa? Kenapa, wahai Saudara-sudaraku?’ tegasnya.

Menurut al-Alim, ada beberapa hukum syara’ yang terkait dengan kondis Palestina kini. Pertama, hukum Islam tentang Palestina adalah bahwa seluruh tanah Palestina merupakan tanah umat Islam. Dengan demikian haram melepaskannya atau menyia-nyiakannya meskipun hanya sejengkal saja, baik tanah yang diduduki pada tahun 1948  maupun tanah yang diduduki pada 1967. “Siapa saja yang melakukan semua itu, sungguh telah melakukan dosa besar,” ujarnya.

Kedua, persoalan Palestina bukanlah masalah warga Palestina dan bangsa Arab saja. Tetapi merupakan masalah seluruh umat Islam. Sehingga, tanggung jawabnya secara syar’i ada di pundak setiap Muslim di seluruh penjuru dunia. Sedangkan membebaskan Palestina merupakan kewajiban terbesar. Sebaliknya, berdiam diri atas persoalan Palestina dan membiarkan kaum Yahudi menduduki, termasuk perbuatan haram yang terbesar.

Ketiga, masalah Palestina bukan hanya masalah para pengungsi, pemukiman, hak untuk kembali, masalah perbatasan, air, kompensasi (ganti atas kerugian) atau masalah-masalah yang serupa. Namun masalahnya, tidak lain adalah masalah tanah dan tempat suci umat Islam yang dirampas kaum Yahudi, sehingga kaum Muslim wajib berjuang dengan sungguh-sungguh, benar dan serius untuk menyelamatkan wilayah Palestina.
Keempat, dalam akidah kaum Muslim tidak ada syariat kecuali apa yang terdapat dalam al-Quran dan as-Sunah. Karenanya, setiap keputusan internasional yang terkait dengan Palestina merupakan keputusan batil. “Seorang Muslim tidak boleh menerimanya, apalagi berusaha untuk menerapkannya,” ujarnya.
Kelima, rela terhadap apa yang ditawarkan oleh Presiden Amerika, Obama dalam pidatonya di Kairo pada 4 Juni 2009, terkait solusi Palestina berdasarkan solusi dua negara, menurut hukum Islam jelas haram. Tidak boleh diterima, bahkan wajib ditolak dan ditentang.

Keenam, apa yang dilakukan Otoritas Palestina dan organisasi-organisasi Palestina dengan pengawasan bangsa Arab atau internasional, seperti perundingan untuk mengakui negara Yahudi merupakan pengkhianatan terhadap Allah, Rasul-Nya dan terhadap orang-orang Mukmin. Karena itu kaum Muslim wajib menentangnya. [Ijul’28]