PBB Memperingatkan Semakin Memburuknya Situasi Kemanusiaan di Somalia

Biro PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan pada hari Rabu memperingatkan bahwa situasi krisis kemanusiaan yang menyelimuti Somalia semakin memburuk dengan meningkatnya intensitas peperangan antara pasukan pemerintah dan kelompok bersenjata; meningkatnya kekeringan; dan krisis ekonomi yang telah menyelimuti negara ini. Sehingga, hampir setengah dari jumlah penduduk, atau lebih dari tiga juta orang yang bergantung pada bantuan kemanusiaan.

Elisabeth Peres—juru bicara Biro—mengatakan bahwa pada bulan Mei tahun ini, 200 ribu orang yang melarikan diri dari peperangan, tindak kekerasan, dan ketidakamanan di ibu kota, Mogadishu. Sebagaimana lebih dari satu juta pengungsi asal Somalia jatuh dalam cengkraman kekeringan.

Peres berkata: “Somalia sedang menderita kekeringan yang parah. Negara ini sudah lebih dari empat tahun tidak mengalami musin hujan yang baik. Sementara satu dari enam anak yang umurnya di bawah lima tahun menderita malnutrisi (kekurangan gizi). Sehingga situasinya benar-benar sudah suram dan meminta perhatian serius.”

Dia menambahkan: “Problem yang sama adalah ketidakamanan, dan kurangnya akses untuk sampainya bantuan kemanusiaan. Sehingga kami tekankan bahwa kami meminta kepada para donor agar memberi dukungan yang lebir besar.”

Biro untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan bahwa telah memperoleh 52 persen saja dari nilai yang diserukan dan diluncurkan untuk kepentingan operasi kemanusiaan di Somalia, yang diperkirakan mencapai 849 triliun dolar.

Somalia telah mengalami situasi kemanusiaan yang sulit sejak gagalnya pemerintah pusat sebelum dua dasawarsa terakhir sebagai negara yang berspekulasi masuk ke dalam kekacauan pada semua aspek kehidupan. Berbagai organisasi kemanusiaan memperingatkan dampak dari bencana kemanusiaan karena kekeringan, dan tidak adanya lembaga yang meredakan dampak tragedi yang dihasilkan dari perang yang berkesinambungan dan kurangnya curah hujan.

Di sisi lain, sebuah organisasi bantuan Perancis mengumumkan tentang pembebasan enam orang karyawannya yang diculik di pusat Somalia pada bulan November lalu, bertepatan dengan beredarnya berita tentang kematian enam orang asing di wilayah Puntland, yang memiliki aturan semi-otonom di Somalia.

Pada bulan Juli lalu, tiga orang staf organisasi lainnya diculik di perbatasan kota di timurlaut Kenya. Kemudian para penculik membawa mereka masuk ke dalam wilayah Somalia. Dan hingga saat ini nasib mereka masih belum juga diketahuinya. (mediaumat.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*