AS Menekan Somalia yang Menjadi Sekutunya untuk Menghadapi Gerakan Jihad Islam

Sebelumnya pemerintah AS menolak untuk turut melibatkan pasukannya di Somalia setelah insiden tewasnya orang-orang Amerika pada tahun 1993, pada waktu itu Amerika hanya mencukupkan diri dengan mendukung para pemimpin pasukan, dan negara-negara tetangga Somalia, khususnya Ethiopia dan Kenya. Amerika bergantung  pada kekuatan-kekuatan ini untuk menghadapi kekuatan jihad Islam.

Namun, pemerintah Amerika sekarang justru mendukung pemerintah Syeikh Syarif Sheikh Ahmad, penguasa Somalia interim untuk melawan pasukan Islam ini. Untuk itu, Menteri Luar Negeri Amerika dalam konferensi pers yang diadakan dengan presiden Somalia, Sheikh Syarif Sheikh Ahmad di ibukota Kenya, Nairobi yang menjanjikan bantuan sebesar 150 juta dolar untuk pemerintah Somalia dalam dua tahun kedepan, di samping berbagai bentuk dana lainnya.

Setelah pertemuannya dengan Syarif, Clinton menyatakan tentang keyakinannya terhadap pemerintahannya. Dia menggambarkan bahwa yang terbaik untuk mengembalikan stabilitas di Somalia diserahkan kepada Somalia sendiri. Seorang anggota parlemen Somalia yang setia kepada Amerika, Muhammad Ahmad Nur dalam sebuah wawancara dengan aljazeera mengatakan: “Pemerintahan Somalia mendapat apa yang diinginkannya berupa dukungan militer, politik, dan bantuan keuangan dari Amerika Serikat.”

Di sisi lain, seorang juru bicara Gerakan Pemuda Mujahid menanggapi pertemuan pers antara Clinton dan Syarif sebagai sebuah kehinaan, “tidak ada kebanggaan sama sekali melihat pertemuan orang yang mengklaim bertanggung jawab dengan seorang wanita yang merupakan agen Fir’aun Dunia”. Bahkan ia menilai pertemuan itu sebagai “sebuah konspirasi terhadap rakyat Somalia”. (al-aqsa.org, 13/08/2009)