Jakarta – Tayangan televisi yang terlalu mengekspose penangkapan terorisme dianggap tidak layak. Secara psikologis hal itu akan berdampak buruk kepada khalayak.
“Saya kira tayangan itu tidak layak. Apalagi disiarkan detik per detik bukan per menit lagi. CNN juga tidak menayangkan hal gila seperti itu,” kata psikolog Tika Bisono kepada INILAH.COM di Jakarta, Minggu (16/8).
Tika mengatakan penangkapan yang disirkan oleh salah satu stasiun televisi itu dianggap sebuah drama romantis yang sangat berlebihan. Apalagi mereka bebas mengeksploitasi serangan berupa tembakan-tembakan brutal itu. “Kita lihat secara psikologis itu akan menimbulkan kegelisahan di masyarakat. Menimbulkan suasana yang mencekam dan saling mencurigai, bahkan sampai membeci. Ini menciptakan pola pikir buruk,” paparnya.
Padalah, menurutnya serangan itu sebaiknya bukan menjadi konsumsi publik secara bebas. Media seharusnya bisa menyebarkan berita itu dengan porsi yang cukup dan ideal. Artinya penyergapan polisi itu tidak disiarkan secara langsung dan terus-menerus.
“Dampaknya itu, bikin keluarga yang menonton itu menjadi parno (paranoid). Apalagi bagi anak-anak kita. Psikologi masa itu disonansi massal. Jadi disampaikan bahwa serangan terorisme itu heboh,” ungkapnya.
Ia berharap agar pihak terkait memberikan perhatian kepada persoalan ini. Artinya harus ada keseimbangan antara informasi yang riil dengan dampak psikologis khalayak. “Saya harap tidak dijadikan konsumsi publik, tapi soal terorisme itu cukup badan intelijen saja,” tandasnya. (inilah.com, 16/8/2009)