Konflik Baru Amerika-Eropa di Selatan Sahara Afrika Raya

Al Quds Al Arabi mengutip dari surat kabar Aljazair, Al Khabar edisi hari Jumat (14/08) bahwa “Pentagon menyampaikan kepada otoritas Aljazair beberapa hari lalu tentang keinginan para pimpinan pasukan Amerika di Eropa untuk mengirim delegasi keamanan dan militer yang senior guna menghadiri pertemuan yang terdiri dari para pemimpin staf, masing-masing dari Aljazair, Mali, Mauritania, dan Nigeria”. Surat kabar itu melaporkan bahwa “delegasi Amerika yang dipastikan hadir ke Aljazair dipimpin oleh wakil-wakil dari Badan Intelijen Amerika (CIA)”.

Menurut laporan surat kabar Aljazair bahwa pemerintah Aljazair menolak permintaan Pentagon (Departemen Pertahanan Amerika Serikat) agar delegasi militer Amerika diperkenankan menghadiri pertemuan tersebut.

Surat kabar Al Khabar mengatakan: “Sesungguhnya otoritas Aljazair menolak permintaan itu karena beberapa alasan, terutama membuang kesan yang akan ditimbulkan oleh partisipasi Amerika dalam pertemuan itu. Misalnya, dalam masalah memerangi terorisme di wilayah pesisir berbeda antara keinginan Amerika dengan apa yang diinginkan oleh Aljazair dan negara-negara pesisir, yang lebih memilih untuk memberikan keamanan sendiri jauh dari intervensi asing”.

Surat kabar mengutip dari sumber yang tidak mau diungkap identitasnya, “bahwa perselisihan memanas antara Amerika dan Eropa terkait metode operasi militer yang harus dilakukan di daerah pesisir. Sementara Amerika menyarankan untuk mempercepat pemusnahan tempat-tempat penyebaran kelompok jihad salafi di utara Mali, melalui pasukan lokal yang didukung oleh Aljazair dan Libya. Sedangkan, Komisi Eropa menyerahkan kepada Perancis, Inggris dan Spanyol untuk membantu Mali, Nigeria, dan Mauritania baik militer maupun materi”.

Hal ini dimengerti bahwa Aljazair dan beberapa negara Afrika lainnya yang pro-Eropa menolak menjadi tuan rumah proyek (Africom) Amerika untuk membangun kepemimpinan Amerika bagi pasukan Amerika di sana.

Demikianlah, konflik AS-Eropa di negara-negara Arab Afrika terus berlanjut. Sedangkan para penguasa negara-negara ini hanyalah antek yang melayani kepentingan tuan mereka, yaitu Eropa dan Amerika. Mereka sama sekali tidak mempedulikan kepentingan bangsanya, dan juga dengan konflik internasional yang terjadi di dalam negaranya. (kantor berita HT, 17/08/2009)

2 comments

  1. Orang-orang rakus ber-Iblis, pada saatnya yaa berantem sendiri. Yang aneh justru yang menjadi kaki tangannya.

  2. sungguh diantara mereka memang selalu ada perpecahan. mereka bersatu hanya untuk mencari keuntungan, dan mengapa pemimpin kaum muslim mau jadi boneka yang mengerikan, yang menindas rakyatnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*