KH. Nashruddin: Kita Hidup di Buminya Allah, Tapi Kok Gak Mau dengan Syariah-Nya?”

HTI Press– “Kita ini hidup di buminya Allah, minum airnya Allah, tapi kok tidak mau hidup dengan syariah-Nya Allah. Ini gimana?” ucap KH. Nashruddin (seorang ulama di Semarang) dalam acara Halqoh Islam dan Peradaban (HIP) edisi spesial jelang Ramadhan,  yang diselenggarakan DPD HTI Jateng kali ini, menyajikan tema “Peran Ulama dalam Perjuangan Penegakan Syariah dan Khilafah” pada hari Ahad lalu (16/8)

Acara ini merupakan kelanjutan dari Muktamar Ulama Nasional di Jakarta pada 21 Juli 2009 lalu. HIP kali ini menampilkan pembicara KH. Nashruddin (seorang ulama di Semarang), Ustadz Misbahul Munir (ulama Brebes), serta KH. M. Shiddiq al-Jawi (DPP HTI).

KH. Nashruddin menyajikan permasalahan aqidah umat Islam saat ini. “Kita ini hidup di buminya Allah, minum airnya Allah, tapi kok tidak mau hidup dengan syariah-Nya Allah. Ini gimana?” kata beliau. Dengan kondisi negara sekuler sekarang, kata beliau, ulama hanya bisa memberikan wacana tentang syariah. Kalau ingin syariah bisa diterapkan ulama harus memperjuangkan pelaksanaan negara yang bermabda’ Islam dan berdasar syariah Islam. Sementara Ustadz. Misbahul Munir menampilkan berbagai macam problem yang terjadi di daerah dengan tidak diterapkannya syariah Islam. Beliau mencontohkan berbagai kemungkaran yang terjadi di kabupaten Brebes. “Semua itu hanya bisa diatasi jika ditegakkan syariah Islam”, kata beliau.

Adapun KH. Shiddiq al-Jawi memberikan deskripsi tentang sistem khilafah, serta pemetaan ideologi dan sistem pengaturan kehidupan di dunia. Beliau tegaskan bahwa kewajiban menegakkan khilafah merupakan suatu hal yang jelas, serta menjadi kesepakatan seluruh mahzhab dalam Islam. Secara pemetaan, khilafah berbeda dengan demokrasi. Karenanya, negara khilafah juga berbeda dengan negara republik. Hanya dengan itulah umat Islam bisa menerapkan syariah secara kaffah. “Kaffah itu artinya ‘kabeh’(b. Jawa, artinya ‘semua/total’ –peny.). Karena dalam kitab Negara Kertagama, dijumpai kata ‘kapwah’, yang kemudian kita menyebutnya ‘kabeh’. Saya sendiri belum meneliti hubungan persisnya, tapi kalau dilacak-lacak kok begitu!” seloroh beliau dengan gaya khasnya. Beberapa pertanyaan muncul, diantaranya, mengapa khilafah tidak ditegakkan dengan jihad saja. KH. Nashruddin menjelaskan bahwa jihad bukan hanya urusan kampung, tapi urusan internasional, sehingga harus dengan kekuatan internasional. KH. Shiddiq al-Jawi menegaskan bahwa jihad dalam rangka memerangi kemungkaran negara kafir dan menegakkan dakwah Islam seluruh dunia harus dengan negara. Sehingga harus ditegakkan negaranya dulu. Selanjutnya, beliau meminta dukungan para ulama untuk menegakkan khilafah. Acara yang dihadiri sekitar 65 ulama dan ustadz ini berlangsung pada hari Ahad, 16 Agustus 2009, jam 08.30 – 15.00, bertempat di Agung Resto, Hotel Graha Agung, Kompleks Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Semarang.

3 comments

  1. Allahu Akbar…..!!!

  2. Marwan Al_Madani

    Allohu Akbar lanjutkan perjuangan terus saudaraq, wahai para ulama pewaris nabi kami merindukanmu, dukunglah kami,sokonglah kami, luruskan kami dan berjuanglah disamping kami hingga izzah itu tegak, hingga bendera tauhid itu berkibar menyatukan umat dari afrika hingga indonesia,ayo kita jemput Khilafah

  3. AFFIFFA AL-LIWA

    MUDAH-MUDAHAN QT TDK TERMASUK ORANG-ORANG YANG DURHAKA PADA ALLAH. DAN ALLAH MENGABULKAN DOA QT AGAR DAULAH CEPAT BERDIRI MANAUNGI SELURUH UMAT.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*