Pasukan pemerintahan Hamas menyerang para milisi milik sebuah gerakan jihad di kota Rafah. Gerakan ini dikenal dengan Jundu Ansharullah. Mereka ini membuat pertahanan di sebuah masjid. Dan mereka juga telah mengumumkan tentang berdirinya kepemimpinan Islam di wilayah selatan Jalur Gaza.
Syaikh Dr. Abdul Latif Musa pemimpin gerakan ini mengatakan dalam sebuah Khutbah Jum’at sebelum berperang dengan Hamas: “Kami mengumumkan hari ini tentang lahirnya kepemimpinan Islam yang baru di pangkuan Al Quds (Yerusalem)”. Dia menambahkan: “Kami akan mendirikan kepemimpinan ini di atas mayat-mayat kami. Dengan kepemimpinan ini, kami akan menjalankan hudud, jinayat, hukum-hukum syariah Islam, dan kami berjanji kepada Allah untuk senantiasa menaati-Nya”.
Bahkan dia menyerukan kepada pemerintahan Hamas, dengan mengatakan: “Apakah mereka akan menerapkan syariat Allah, menjalankan hudud dan hukum-hukum Islam, atau mereka berubah menjadi partai sekuler di bawah naungan Islam”. Dia menambahkan: “Pada saat pemerintahan Hamas menerapkan hukum Allah, kami kelompok Salafi siap bekerja untuk mengabdi kepada pemerintahan yang menerapkan hukum Allah ini.”
Departemen Dalam Negeri di pemerintahan Hamas melalui pernyataan yang didistribusikan ke berbagai media menuduh bahwa: “Abdul Latif Musa yang mengumumkan berdirinya kepemimpinan Islam adalah orang yang sedang sakit jiwa dan sinting. Sehingga kami tegaskan bahwa setiap bentuk pelanggaran terhadap hukum, dan membawa senjata untuk menyebarkan kekacauan akan dikejar dan ditangkap.”
Saksi mata yang dikutip oleh surat kabar politik “Ilaf al-Iliktroniyah” mengatakan bahwa “polisi Hamas menghancurkan rumah pemimpin kelompok Jundu Ansharullah, Syaikh Abdul Latif Musa, yang berada tidak jauh dari masjid yang terkepung. Sebagaimana polisi juga menghancurkan bangunan-bangunan di sekitarnya, yang di dalamnya para milisi berlindung, dan telah dikosongkan oleh penghuninya.
Juru bicara Hamas meminta: “Setiap orang yang bergabung dengan kelompok takfiriyah (yang suka mengkafirkan orang/kelompok lain) ini agar menyerahkan dirinya dan senjatanya kepada polisi.”
Sesungguhnya tuduhan Hamas bahwa gerakan ini adalah gerakan takfiriyah, dan pemimpinnya menderita sakit jiwa dan sinting tidak dapat dibuktikan dengan dalil. Sehingga kekerasan yang dilakukan polisi Hamas terhadap kelompok ini, apalagi dilakukan dengan alasan yang tidak kuat dan tidak benar, adalah benar-benar perbuatan pidana yang bertentangan dengan hukum Islam.
Semestinnya hal terbaik yang seharusnya dilakukan gerakan Hamas adalah berdialog dengan kelompok Jundu Nashrullah ini, bukan malah menyerangnya, dan apalagi melakukan pembantaian yang mengakibatkan lebih dari seratus orang meninggal!!!.
Sesungguhnya sikap otoriter Hamas di Gaza, dan pembantaian yang dilakukannya tidak memiliki pembenaran sedikit pun selain untuk meyakinkan Amerika dan negara-negara Arab anteknya akan kekuatan Hamas dan kemampuannya untuk mengendalikan keamanan, serta kemampuannya untuk memerangi organisasi-organisasi yang disebut ekstrimis. Padahal organisasi-organisasi itu di masa mendatang diharapkan dapat bekerja sama dengan gerakan Hamas.
Alangkah baiknya jika kekuatan besar yang digunakan Hamas untuk melawan kelompok jihad yang kecil ini, oleh Hamas digunakan untuk melawan musuh-musuh umat Islam yang telah banyak mengotori setiap kehormatan (tempat suci) yang ada di Palestina. (kantor berita HT, 17/08/2009)
Ada opini lain tentang berita ini:
Gaza – Infopalestina: Anggota biro politik Hamas, Dr. Khalil Hayyah mengungkapkan penyesalannya atas peristiwa bentrokan di Rafah sebab pemerintahan Palestina di Gaza sudah mengerahkan upayanya untuk dialog dengan anggota Jundullah.
Dalam pernyataan persnya kemarin Senin (17/8) Al-Hayyah menegaskan, “Kami dengan motivasi nasional dan Islam harus menjaga agar jangan tertumpah darah Palestina dan seharusnya itu untuk menghadapi Israel saja. Namun sayangnya para pemuda itu melakukan aksi yang mengancam keamanan dan terlibat dalam aksi peledakan di sana-sini, belum lagi statemen pengkafiran mereka terhadap masyarakat Palestina dan keluar dari undang-undang dan hukum”.
Ia menegaskan bahwa meski demikian, mereka adalah saudara kami, namun mereka keluar dari hukum, sehingga secara terpaksa Hamas harus menghadapi mereka karena ada pelanggaran keamanan.
Al-Hayyah menegaskan, mereka adalah para pemuda yang condong kepada sikap ekstrimis dan menempuh jalan kekerasan. Pihak pemerintah Palestina di Jalur Gaza sudah berusaha melakukan dialog dengan mereka untuk menjauhkan mereka dari tindakan berbahaya, namun mereka mengkafirkan semua orang. Yang jelas, “Kami sudah mendoakan dengan penuh rahmat kepada Dr. Abdul Latif Musa dan semua korban dalam bentrokan dari kedua pihak,”
Ia menegaskan bahwa Dr. Abdul Latif Musa menyerukan bolehnya darah Palestina dan gerakan Hamas sudah mengajaknya berdialog dengan ulama dan tokoh agama di Palestina daripada menghalalkan darah. Ia berharap masalah ini berakhir dan para pemuda itu bertaubat. (bn-bsyr)
Masya Allah,kenapa sesama muslim jadi saling menumpahkan darah.Bukankah sudah jelas,ada musuh nyata d depan mata yang senantiasa mengancam kselamatan kaum muslimin di palestina.
Wahai saudara-saudara ku,bersatulah melawan Israel!!!
Bersatulah d bawah naungan Islam&khilafah dengan menerapkan syariah&semua hukum Allah…
Assalamu’alaikum
Ada juga opini lain tentang masalah ini, dari sumber: http://sahabatalaqsha.com/nws/?p=684.
Terkuak: Dahlan dan Intelijen Negara Arab, Dalang Pemberontakan Kelompok Salafi Musa Di Gaza
16/08/2009 – 20:28
Oleh Sahabat Al-Aqsha
Sahabatalaqsha.com -Gaza- Sumber-sumber Palestina yang terpercaya mengungkapkan bahwa pemerintah Palestina di Jalur Gaza (Hamas-pent), telah menemukan beberapa surat keterangan (piagam) sebelum terjadinya penggerebekan tempat perlindungan kelompok takfir (senang mengkafirkan pihak lain di luar kelompoknya-pent) yang menamakan diri mereka jundu ansharullah (tentara penolong agama Allah) di Rafah, yang isinya menegaskan adanya upaya kelompok tersebut untuk menyerang kantor keamanan di Jalur Gaza serta membunuh para pimpinan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), dan untuk itu mereka mendapatkan imbalan dari salah satu negara Arab serta orang-orang dekat Muhammad Dahlan, wakil pemimpin Gerakan Fatah.
Sumber-sumber itu mengatakan –sebagaimana dilaporkan situs Aljazeera.net hari, ini 16 Agustus, bahwa surat-surat keterangan itu diperlihatkan pada acara rapat kabinet dua bulan yang lalu. Ketika itu, Perdana Menteri mengusulkan untuk mengajak kelompok itu berdialog dan berupaya agar kelompok itu menjauhkan diri dari cara-cara kekerasan dan mengkafirkan pihak lain.
Sumber-sumber yang tidak mau disebutkan namanya itu mengatakan bahwa mediasi yang dilakukan para ulama agama dan para pemimpin komite-komite Perlawanan Masyarakat kembali gagal. Bahkan Abdul Latif Musa, pimpinan kelompok itu justru menjawabnya dengan menyiarkan apa yang ia namakan sebagai “imarat islamiyah (pemerintahan Islam) yang dimulai dari Rafah” hari Jum’at yang lalu.
Musa dan para pengikutnya dari kelompok itupun tewas pada kejadian baku tembak dengan pihak pemerintah Palestina di Rafah. Baku tembak itu terjadi sesudah kelompok pimpinan Musa itu membunuh utusan pemerintah (Hamas) yang datang ke markas mereka untuk mengajak mereka berdialog, dengan cara melemparkan bom ke arah utusan tersebut dan menembakinya bertubi-tubi. Setelah kejadian baku tembak itu, pihak keamanan segera melakukan serangkaian pemeriksaan dan penyelidikan untuk mengetahui apakah ada unsur-unsur terkait dengan kelompok itu yang belum diketahui dan dikhawatirkan akan melakukan tindakan-tindakan yang lebih berbahaya lagi.
Sumber-sumber tersebut juga menyebutkan bahwa aparat keamanan dalam negeri pemerintahan Palestina di Gaza menemukan bukti-bukti adanya korespondensi khusus yang ditujukan kepada kelompok ini yang menyeru untuk memerangi pemerintah, mengganggu keamanan dan memengaruhi para anggota Brigade Al Qassam dan Hamas agar bergabung dengan kelompok tersebut. Surat-surat itu juga menyebutkan keterangan tentang penerimaan kelompok itu atas sejumlah uang dan berbagai sarana dari para agen intelijen Negara-negara Arab serta orang-orang dekat Muhammad Dahlan.
Sebagaimana yang pernah diberitakan Sahabatalaqsha.com, Muhammad Dahlan adalah salah seorang petinggi Gerakan Fatah yang pernah menjabat sebagai penanggung jawab keamanan wilayah Jalur Gaza sebelum wilayah itu berada di bawah kendali Hamas. Untuk itu ia menerima bayaran yang besar dari pemerintah AS. Anak emas Zionis inipun memiliki banyak relasi di negara-negara Arab dan asing lainnya.
Sumber-sumber Palestina itu juga mengatakan bahwa pemerintah (Hamas) akan mengadakan konferensi pers di Gaza untuk menjelaskan duduk perkara masalah ini berikut keterangan-keterangan terkait yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Dalam pada itu, Syaikh Hamid Ali, salah seorang da’i senior yang juga salah satu pimpinan dari Jama’ah Salafiyah di Kuwait, mengecam keras ajakan sebagian dari golongan itu (salafi-pent) untuk menentang dan memisahkan diri dari pemerintahan Palestina di Jalur Gaza (Hamas). Da’i senior itu justru menyerukan untuk menjauhi terjadinya petaka itu (menentang dan memisahkan diri dari pemerintahan Palestina di Jalur Gaza-pent) yang hanya akan menguntungkan penguasa penjajah Zionis
JANGAN HANYA MEMIKIRKAN KEHIDUPAN DUNIA ! WAHAI UMAT ALLAH ! JIKA MENGAKU ISLAM,TENTUNYA BERSAUDARA.TANDA AKHIR ZAMAN ITU SUDAH MULAI TERLIHAT.MARI BERSATU DAN TEGAK KAN HUKUM ALLAH DAN BERPEDOMAN UMAT YAITU AL-QURAN.