Liputan Media: Diskusi “Bangkit Menuju Indonesia Lebih Baik”

Indonesia Masih Terjajah Secara Ekonomi

dr-iman-sugema-tim-indonesia-bangkit.JPGeramuslim.com. Pengamat Ekonomi INDEF Imam Sugema menyatakan, penjajahan ekonomi yang terjadi di tanah air telah berevolusi sesuai dengan zamannya, saat ini penjajahan itu sudah tidak dilakukan oleh raja-raja lagi, tetapi melalui penguasaan ekonomi, sehingga membuat masyarakat menjadi lemah secara ekonomi.

“Pandangan tidak apa-apa BUMN dijual, kan kita bisa memperoleh pendapatan dari pajak, gak apa-apa menjual BUMN yang penting bisa tetap mempekerjakan rakyat. Kita selalu dicekokik esensi kapitalisme, untuk melegalkan keberadaannya, ” ujarnya dalam Talk Show bertajuk “Bangkit Menuju Indonesia yang Lebih Baik” yang diselenggarakan DPP Hizbut Tahrir Indonesia, di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis(22/5).

Menurutnya, kesalahan persepsi dalam mengelola manajemen perekonomian bangsa ini telah membuat masyarakat menjadi lemah, bahkan bersikap kurang perhatian terhadap aset-aset yang masih dimiliki oleh negara, seperti PLN dan Pertamina hingga kini hasil audit asetnya belum selesai.

Namun, lanjut Imam, di tengah kekacauan birokrasi dan manajemen perekonomian, Indonesia patut bersyukur masih terjamah invisble hand, untuk bisa berkembang ke arah yang lebih baik.

“Kita harus bersyukur Indonesia adalah negara serba terbatas, dengan pemimpin yang seadanya, birokrasi yang amburadul, tapi bisa berkembang karena bantuan Tuhan, ” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua An Nashr Institute Munarman menilai, perkembangan bidang hukum di Indonesia justeru kian buruk, hal ini terlihat dari berbagai produk perundang-undangan di bidang ekonomi dibuat berpihak pada kepentingan asing.

“Kita tahu UU Sumber Daya Air (SDA), itu sangat liberal bagaimana air yang ada di Indonesia itu dibagi-bagikan kepada perusahaan swasta, pengalihan PDAM ketangan perusahan asing, kemudian UU Mineral dan Batu Bara (Minerba) itu juga sangat liberal membenarkan perusahaan asing mengeruk kekayaan alam tanpa kontrol dari pemerintah. Kemudian yang terakhir UU Penanaman Modal yang menyamakan persaingan dan kompetisi antara pemodal kuat dari luar negeri dengan pemodal lemah dari dalam negeri. Dari sektor ekonomi hampir semuanya UU justru lebih parah, kembali ke zaman liberal, maka disebut neoliberaslisme, ” jelasnya.

Sedangkan dari aspek hukum pidana dan perdata, Menurut Munarman, Indonesia masih memakai KUHP peninggalan Belanda sebagai hukum positif, sementara Belanda saja sudah tidak menggunakannya lagi. (novel)

 =======================================================

Jend. Ryamizard: Umat Islam dan TNI Dilemahkan Oleh Musuh Bersama

mantan-kasad-jenderal-purn-riyamizard-riyacudu.JPG

eramuslim.com. Mengadu domba umat Islam yang mayoritas penduduk Indonesia, dan upaya melemahkan kekuatan TNI merupakan bentuk peperangan pada zaman modern, karenanya umat Islam dan TNI diminta menyadari hal ini untuk memperkuat ketahanan negara. Demikian diungkapkan oleh Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Jendral TNI Ryamizard Ryacudu, dalam Talk Show bertajuk “Bangkit Menuju Indonesia yang Lebih Baik” yang diselenggarakan DPP Hizbut Tahrir Indonesia, di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis(22/5).

“Sekarang perangnya halus, kalau dulu mereka yang tidak mau tunduk langsung di bom. Tapi dalam perang modern kita tidak seperti As yang melakukan invasi, kita berupaya mempertahankan negara sendiri. Kan sudah kelihatan banyak sekali yang melemahkan bangsa ini, ” ujarnya.

Selain itu, menurutnya, kaum elit belum bijaksana menghadapi persoalan bangsa, dan belum nampak perbaikan yang signifikan dari berbagai sisi, dan bahkan akan semakin bertambah parah akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

“Dari bulan kemarin rakyat menuntut agar BBM tidak dinaikan, tidak tidak didengarkan, kalau orang asing, kita nurut. Kalau sekedar saran sih tidak apa-apa, asal jangan terus menerus mengikuti, ” tukasnya.

Ryamizard Ryacudu menegaskan, kekuatan suatu bangsa bukan terletak dari peralatan perang yang lengkap, tetapi tergantung dari semangat rakyatnya untuk bangkit memperbaiki perekonomian menjadi lebih kuat.

Di tempat yang sama, Anggota DPP Hizbut Tahrir Indonesia Hafidh Abdurrahman mengatakan, penjajahan secara fisik sudah berakhir, namun penjajahan non fisik masih tetap ada, Amerika Serikat sudah memasang tiga strategi untuk menjajah negara lain.

Pertama, menjadikan negara yang dijajahnya tidak bangkit dari keterbelangkangan, kemudian AS juga telah menjadikan rakyat yang terjajah itu tidak peduli, dan tidak mau melawan. Dan, yang ketiga, AS menjadikan rakyat yang dijajahnya mengalami pecah belah.

Ia mencontohkan, kasus Sunni dan Syiah yang terjadi di Irak, sedangkan di Indonesia, AS mencoba melemparkan isu pengkategorisasian moderat, liberal, radikal dan fundamentalis. Dan mereka berupaya menarik yang moderat dan liberal.

“Ini strategi yang dasyat yang tidak disadari oleh umat Islam, sehingga akhirnya kita tidak bisa bangkit, ” pungkasnya. (novel)

================================================================

Bangsa Ini Tidak Sadar Dijajah

Jumat, 23 Mei 2008 | 00:25 WIB

ketua-dpp-hti-hafidz-abdurrahman-ma.JPGJakarta, Kompas – Bangsa Indonesia perlu disadarkan bahwa saat ini sudah dijajah kekuatan asing. Tidak heran kalau rakyat Indonesia menderita berkepanjangan dan sulit bangkit dari keterpurukan. Kondisi ini diperburuk lagi oleh tiga fondasi ekonomi, baik pangan, energi, maupun keuangan, yang tidak dikelola dengan baik.

Hal ini disampaikan Hafidh Abdurrahman dari Hizbuth Tahrir Indonesia dan Iman Sugema dari Komite Indonesia Bangkit dalam acara diskusi ”Bangkit Menuju Indonesia Lebih Baik” di Jakarta, Kamis (22/5). Diskusi ini antara lain juga menghadirkan pengamat politik Fachry Ali, dan Ryamizard Ryacudu sebagai pembicara.

Hafidh mengatakan, bangsa Indonesia perlu dibangkitkan kesadarannya bahwa saat ini sedang dijajah. Jika sudah sadar dijajah, maka akan muncul perlawanan.

”Sebagian bisa bilang bahwa mereka sudah sadar dijajah, tetapi kok belum ada perlawanan,” ujarnya.

Ryamizard mengatakan, apa pun tantangan yang dihadapi Indonesia memang harus dihadapi. Indonesia mempunyai banyak modal untuk bisa menjadi bangsa yang besar.

”Namun, prasyaratnya, kita semua harus bersatu dan jangan terpecah belah seperti sekarang ini. Mudah disulut konflik yang tidak menguntungkan bagi kemajuan bangsa sendiri,” ujarnya.

Menurut Ryamizard, bangsa ini memang harus berani mandiri. Kalaupun pada awal kemandirian dilakukan rakyat sengsara, rakyat sudah siap.

”Sekarang rakyat sudah sengsara dan miskin. Yang takut dan selalu ngomong khawatir rakyat sengsara itu sebenarnya kekhawatiran dirinya akan sengsara. Mereka yang diuntungkan selama ini pasti takut melihat bangsa ini mandiri,” ujarnya. (MAM)

 GALLERI FOTO 

direktur-an-nashr-institute-munarman-sh.JPG

fachry-ali-ma-pengamat-sosial-politik.JPG

ketua-dpp-hti-hafidz-abdurrahman-ma.JPG

host-talk-show-100-th-kebangkitan-indonesia-hm-luthfie-hakim.JPG

ketua-mui-pusat-kh-a-chalil-ridwan.JPG

peserta-memenuhi-ruang-komisi-12-3-gedung-bppt-jakarta.JPG

spanduk-yang-dipasang-di-lantai-1-gedung-bppt-jakarta.JPG

5 comments

  1. keren!!
    aku datang lho
    acaranya berlangsung hampir 2 jam. tapi tetap semangat sampai akhir.
    didokumentasi sama Infokom kok. multi kamera. bagus.
    Cari cdnya yuuk

  2. Ayo, segenap elemen rakyat dan TNI-Polri bersatu memperkuat ketahanan negara.
    Allohu Akbar!!!

  3. betul2, pejabat indonesia dibawah ketiak AS. manut, nurut, lulut sama tuannya (AS). jangan dibiarkan kondisi seperti ini. Ayo SELAMATKAN INDONESIA DENGAN SYARIAH.

  4. iman ti bandung

    Betul Pak Ryamizard, bangsa ini memang harus berani mandiri. Kalaupun pada awal kemandirian dilakukan rakyat sengsara, rakyat sudah siap…

  5. Ryamizard Ryacudu menegaskan, kekuatan suatu bangsa bukan terletak dari peralatan perang yang lengkap, tetapi tergantung dari semangat rakyatnya untuk bangkit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*