LONDON–Bentrokan kekerasan antara pendemo anti-Islam dengan pengunjuk rasa tandingan dari sekelompok Muslim di beberapa kota di Inggris telah membuat cemas pemerintah. Bahkan seorang menteri membandingkan gangguan itu situasi pengobaran kebencian era fasis pada 1930-an.
Kekerasan telah menghantam Luton, Brimingham dan London dalam beberapa bulan terakhir dan melibatkan sekumpulan grup-grup ultrakanan seperti Liga Pertahanan Inggris yang tak pernah dikenal sebelumnya, pada satu sisi, dan organisasi antifasis dan pemuda muslim di sisi lain.
Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan akhir pekan lalu, Menteri Komunitas, John Denham, menuding demonstran anti-Islam secara langsung telah mengaduk masalah. “Taktik mencoba memprovokasi respon demi harapan menuai kekerasan dan kerusakan lebih luas sudah lama dilakukan kelompok ultrakanan dan ekstrimis,”.
“Anda dapat lihat kembali pada 1930-an jika anda ingin–Cable Street,” ujar Denham.
Ucapan Denham mengacu pada konfrontasi pada 1936 yang dipercikkan oleh keputusan pemimpin fasis Inggris, Oswald Mosley, untuk berbaris hingga melewati kawasan padat penduduk Yahudi kala itu, di East End, London. Para pengikut pro-Nazi yang dipimpin Oswald bertemu dengan grup pendemo Yahudi dan komunis di Cable Stree. Pertempur selingkup wilayah tersebut pun tak terelakkan.
Liga Pertahanan Inggris menolak label fasis, seraya berargumen kelompok mereka hanya menentang Islam militan. Dalam situs online mereka, grup tersebut mengklaim pertikaian pada saat u! njuk rasa merupakan hasil provokasi kelompok Muslim dan grup sayap kiri. Namun grup tersebut tidak merespon saat ada permintaan komentar masuk ke situsnya.
Jurubicara Dewan Muslim Inggris, Inayat Bunglawala, mengatakan pernyataan Liga hanya menentang Islam militan hanyalah kedok untuk menyembunyikan misi anti-Islam mereka yang sesungguhnya. “Orang-orang ini bukan yang mendukung kohesi dalam masyarakat,” ujar Inayat.
Inayat menambahkan, Dewan Muslim telah melihat sejumlah insiden anti Muslim yang kian berulang, termasuk penyerangan dengan bom api ke sejumlah masjid pada beberapa bulan lalu. “Ini benar-benar perkembangan yang mengkhawatirkan,” kata dia.
Sejumlah Media Inggris telah berupaya melacak keberadaan asli Liga terebut hingga ke Luton, kota yang penuh campuran etnis di utara London. Di kota itu, terutama pada bulan Maret, pernah terjadi protes-protes kecil namun berulang, menentang Tentara Inggris. Sejumlah umat Islam melakukan aksi pe! nyambutan parade tentara Inggris yang pulang dari Irak dengan ! membawa poster berbunyi “Penjagal” dan “pembunuh bayi”.
Ketegangan semakin mendidih pada Mei, ketika demonstrasi oleh grup ultrakanan menamakan diri United People of Luton, bergerak hingga wilayah bisnis komunitas Asia Selatan. lalu menyerang kawasan tersebut dan menghancurkan sejumlah mobil.
Pada bulan Agustus, penerus lain, bernama Liga Pertahan Inggris muncul dan mencoba melakukan demonstrasi besar-besaran, di mana mereka bentrok dengan para pengunjuk rasa anti-fasis. Bulan ini, Liga melakukan percobaan protes kedua di Birmingham yang dengan cepat berubah ke kekerasaan.
Sekitar 200 orang–banyak dari mereka keturunan Asia selatan–terlihat berkelahi, melempar proyektil dan berlari dari polisi anti-huru-hara. Dalam kejadian itu polisi menahan 90 orang.
Pada Jumat (12/9) pekan lalu, grup yang mengaku terang-terangan Islamofobia, Stop Islamification of Europe, menjanjikan protes malam hari di luar sebuah masjid di barat laut Londo! n, bertepatan dengan peringatan ke-9 tragedi 11 September WTC sekaligus bulan Ramadhan.
Namun hanya sedikit pengunjuk rasa yang terlihat. Mereka terlihat sangat kalah jumlah dengan para Muslim yang datang untuk membela masjid.
Polisi segera menghalau para pengunjuk rasa pergi dari kerumunan Muslim yang marah. Namun sebuah bidikan kamera televisi menangkap adegan pemuda Muslim bergerak cepat ke jalan berteriak “Allahu Akbar!” mengibarkan bendera bersimbol Islam dan melemparkan proyektil ke polisi anti-huru-hara. Scotland Yard melaporkan menahan 10 orang.
“Mereka memberi alasan yang diinginkan para fasis dan ultra-kanan tersebut dan saya pikir tindakan itu memalukan,” ujar seorang anggota parlemen Inggris, Tony McNulty.
Sementara, Liga ultrakanan telah menjanjikan lebih banyak protes di London, Luton, Manchester dan Leeds dalam beberapa pekan ke depan. (Republika online, 14/9/2009)