REUTERS / Stringer
Oleh TIM MCGIRK / KABUL Tim Mcgirk / kabul – Sep 16, 1:10 ET
Taliban di Afghanistan pada hari ini adalah gerakan yang sangat berbeda dari gerakan pejuang yang pemimpinnya, Mullah Omar, ketika itu naik sepeda motor dan kemudian kabur dari sergapan pasukan Amerika di Kandahar pada bulan Desember 2001. Mullah Omar memang masih pemimpin mereka, meskipun, sebagaimana seorang pejabat intelijen senior Afghanistan katakan pada TIME, ia diperkirakan bersembunyi di seberang perbatasan di Pakistan, dan bergerak diantara kota Quetta dan Zob di gurun Baluchistan yang menyengat. Saat, , Taliban mencakup berbagai kelompok yang berbeda. Dengan melihat siapa mereka adalah kunci untuk memahami mengapa mereka mendapatkan dukungan rakyat dalam melawan 63.000 tentara AS dan mitra NATO mereka setelah delapan tahun perang gerilya.
Taliban tidaklah monolitik. Kelompok itu terdiri dari beberapa lapisan: sebuah kelompok inti dari mantan komandan Taliban (termasuk Mullah Omar) yang beroperasi keluar dari tempat-tempat di seberang perbatasan di Pakistan dan yang memiliki hubungan dengan badan intelejen Pakistan ISI (walaupun Islamabad membantah keras hal ini); kelompok-kelompok yang berkaitan dengan al-Qaeda dimana lebih banyak terdapat orang-orang Arab, para pejuang Uzbek dan Chechnya yang beroperasi di wilayah timur laut Afghan yang terjal; dan sebuah kelompok terakhir, yang mungkin terbesar, yang terdiri dari suku-suku lokal yang bersekutu secara longgar dengan Taliban sebagai akibat banyaknya pejabat provinsi Presiden Hamid Karzai yang korup yang mengadu domba satu suku dengan yang lainnya. Mullah Salam, seorang tetua suku dari provinsi Helmand, yang menjadi tempat pertempuran hebat antara Taliban dan pasukan NATO, mengatakan kepada TIME mengapa ia beralih mendukung Taliban:
“orang-orang Karzai berjanji kepada saya, dan saya akhirnya mengajak mereka kepada suku saya, tetapi hal ini tidak pernah dihormati. ” Kelompok terakhir lain di Taliban juga terdiri dari orang-orang yang mencari keadilan atas pasukan NATO, serentetan daftar kemungkinan yang panjang setelah jet-jet koalisi membunuh lebih dari penduduk 30 desa di Kunduz yang sedang mengisi bahan bakar dari tanker NATO yang dibajak.
Para pejabat militer, diplomat, dan pejabat pemerintah Afghan yang diwawancarai oleh TIME semunya setuju bahwa perang melawan Taliban sedang memasuki suatu masa yang kritis, khususnya setelah tanggal 20 Agustus Pilpres yang diwarnai dengan kecurangan. Kredibilitas Karzai saat ini rusak. Setelah 30 tahun perang, orang-orang Afghanistan mengembangkan indera keenam mengenai cara bertahan hidup: mereka dapat mendeteksi perubahan kecil dari pergantian kekuasaan. Jarang mereka punya rasa cemas mengenai perubahan pihak yang menang, bahkan dalam konflik yang berlangsung. Dalam sebuah tulisan mengenai Taliban di majalah Foreign Affairs, seorang ahli masalah Afghanistan Michael Semple dan seorang ahli politik MIT Fotini Christia menulis: “Perubahan dukungan, bersekutu lagi, berputar arah – apapun anda menyebutnya – adalah cara orang Afghan berperang.”
Dan sekarang, indra keenam Afghanistan mengatakan kepada mereka bahwa Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya sudah kehilangan nurani untuk berperang. Di dalam benteng Pashtun Afghanistan, sekarang dianggap menjadi suatu ide yang baik bagi sebuah suku untuk mulai memihak Taliban, meskipun para anggota suku itu mungkin tidak setuju dengan filsafat abad pertengahan keras mereka. Massa kritis tersebut mulai berkumpul, kata para ahli. Para sesepun yang yang tadinya merupakan suku-suku netral di provinsi Kandahar sekarang mengatakan kepada para pemuda mereka untuk mengangkat senjata melawan penjajah asing, seperti yang dilakukan ayah mereka 1980-an ketika melawan Tentara Merah.
Di Tahkt-e-Pul, di pinggiran kota Kandahar, seorang Mullah yang berpengaruh baru-baru ini menolak untuk memimpin pemakaman seorang mayat tentara pemerintah Afghanistan, seorang laki-laki setempat; Sementara itu seorang Taliban, yang meninggal dalam memerangi Amerika atau Inggris, dihormati sebagai seorang mujahid pemberani. Ini adalah perubahan diantara warga Afghanistan yang pada tahun 2001, setelah tahun kelam era Taliban, menyambut baik bantuan asing dan menganggapnya membawa kemajuan.
Taliban terus merangsek ke dalam kekosongan yang diciptakan oleh pemerintah Karzai, yang didasarkan pada patronase daripada kompetensi, ditambah lagi masyarakat internasional yang sering ceroboh dan kacaunya distribusi bantuan. Salah satu indikasi dari seberapa jauh Taliban telah datang: musim panas ini, Mullah Omar berusaha untuk mengkonsolidasikan cengkeraman pada para komandannya yang nakal dengan membekali mereka dengan 13 halaman Kode Etik (diantara aturan-aturannya: jangan ada pejabat pemerintah senior yang dieksekusi jika tidak ada perkataan seperti itu, dan korban sipil harus diperkecil ketika menyerang pasukan asing).
Di sebuah parit besar di provinsi selatan Helmand, Kandahar, Zabol, Oruzgan, Paktia dan Paktika, suatu bayangan Republik Islam Taliban sudah tergambar, dengan para gubernur, sebuah stasiun radio, suatu milisi penegak hukum dan pengadilan. Dalam beberapa bulan terakhir, Taliban membuka suatu kontingen Al Qaeda yang kuat dengan orang-orang asing diantara mereka, di wilayah bagian utara provinsi Kunduz, Baghlan dan Badakshan, menurut para pejabat senior Afghanistan. Di semua daerah ini, ada ungkapan baru yang mengatakan: “Pemerintah mengadili orang kaya (karena para hakim yang mudah disuap), Taliban mengadili kaum miskin.” Dan keadilan Taliban, kata mereka, biasanya adalah lebih cepat dan adil.
Tetapi suatu kemenangan Taliban tidak perlu harus dihindari. Non-Pashtun seperti suku Tajik, Hazara, dan minoritas lain jelas menolak kembalinya Taliban; bagian-bagian negara yang didominasi mereka, termasuk bagian tengah dan utara afghanistan, adalah relatif damai. Juga, sementara jumlah korban orang Amerika dan Eropa mungkin naik – 810 prajurit AS telah tewas sejauh ini dalam delapan tahun konflik – demikian juga dengan jumlah korban di pihak Taliban. Puluhan Taliban tewas setiap minggu.
Sementara itu, para kerabat Taliban Afghanistan kini terperangkap dalam pertempuran dengan tentara Pakistan, dan hal ini telah memperlambat jumlah relawan Pakistan untuk menyusup melintasi perbatasan untuk membunuh tentara Amerika. Suku-suku Pashtun di perbatasan ini, yang pernah memberikan orang-orang Afghan dengan senjata, para pejuang muda dan pelaku bom bunuh diri, tiba-tiba terpaku untuk memberikan apa pun kecuali tetesan dukungan. Mullah Omar dan para anggota lainnya yang disebut sebagai Quetta Shura, atau dewan militer, tinggal ada disisi ketakutan karena khawatir kehilangan dukungan dari militer Pakistan dan badan intelejen Pakistan ISI, yang membenci Karzai dan sekutunya di utara dan ingin melihat Taliban kembali dalam kekuasaan dan perginya pasukan NATO dari Afghanistan.
Seorang pejabat utama Afghanistan mengatakan: “Kami dan orang-orang Amerika memberi Pakistan alamat madrasah-madrasah tempat dimana Taliban melatih para rekrut muda dan pelaku bom bunuh diri, tapi ISI menolak untuk bertindak.” Sekarang pihak berwenang Pakistan akhirnya menyadari bahwa dukungan dari kebangkitan Islam di Afghanistan datang dengan risikonya sendiri dari daalam negeri, dan bahwa sikap mulai mulai berubah. Hanya dengan hilangnya sponsor Pakistan, maka Mullah Omar dan Taliban dapat dibujuk untuk melakukan gencatan senjata dengan Karzai.
– Dilaporkan oleh Muhib Habibi / Kandahar