Kompas.com hari ini (Sabtu, 19/9), kembali memberitakan Iran dengan nada sinis. Di awal pemberitaannya, Kompas berupaya mengesankan ribuan warga Tehran yang turun jalan dalam rangka Hari Al-Quds Sedunia sebagai para pendukung oposisi Iran yang melakukan protes terhadap pemerintah negara ini. Kompas.com memberitakan, “Puluhan ribu pendukung oposisi Iran turun ke jalan di Teheran, Jumat (18/9), saat peringatan Hari Quds dan terlibat bentrok dengan aparat keamanan. Ini merupakan aksi protes kubu oposisi pertama dalam dua bulan terakhir, sejak protes menentang hasil pemilu presiden Iran pada Juli.”
Lebih lanjut Kompas melaporkan, polisi antihuru-hara bersenjata tongkat memukuli pemrotes yang melempari mereka dengan batu di Alun-alun Haft-e-Ir. Polisi juga melemparkan gas air mata untuk membubarkan pemrotes. Padahal polisi antihuru-hara berupaya mengamankan mereka dari massa yang saat itu melakukan pawai Hari Al-Quds Sedunia. Tidak seperti yang diberitakan Kompas, para pendukung oposisi Mir Hossein Mousavi, kandidat yang kalah dalam pemilu presiden kesepuluh Iran, hanya berjumlah segelintir orang. Melihat sekelompok perusuh yang menyusup dalam pawai Hari Al-Quds Sedunia dengan menyuarakan yel-yel yang tidak sesuai dengan momentum saat itu, para polisi segera mengantisipasi kondisi sehingga tidak terjadi bentrokan massa Sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Fars, polisi akhirnya berhasil membubarkan mereka di perempatan jalan Kalej, jalan Qods dan jalan Palestina.
Kompas di bagian lainnya melaporkan, saksi mata juga menuturkan bahwa demonstran propemerintah mencoba menyerang pemimpin oposisi, Mir Hossein Mousavi, yang ikut turun ke jalan di pusat kota Teheran. Ditambahkannya, laporan tersebut tidak bisa diverifikasi karena Iran melarang media asing meliput aksi protes oposisi.
Dalam laporan tendensius tersebut, Kompas berupaya menyampaikan pesan bahwa Iran tidak mempunyai kebebasan karena media massa dilarang memuat demontrasi damai pada Hari Al-Quds Sedunia. Padahal data yang ada sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Fars, menyebutkan lebih dari 104 wartawan lokal dan asing melaporkan pawai tahunan rakyat Iran pada hari Al-Quds Sedunia. Berdasarkan data yang ada, 21 televisi, 9 koran, 9 kantor berita, 3 radio dan 9 organisasi photography meliput langsung pawai akbar tersebut. Dilaporkan pula, televisi Jepang (NHK), televise Swiss (SF), televisi Irak (Al-Furat), televise Arab Saudi (MBC), televisi Turki (TRT), televisi Lebanon (LBC), televise Jerman (ARD), televise Dubai, televise Lebanon (Al-Manar), televise Al-Jazeera berbahasa Inggris, melaporkan secara langsung pawai akbar tersebut. Adapun kantor-kantor berita yang meliput Hari Al-Quds Sedunia di Tehran adalah Kyodo, AFP, Reuters, EFE, Associated Press, Anatoli, DPA, Xinhua, ANA. Dengan demikian, Kompas sangat tendensius dalam melaporkan Iran karena menyebut tidak dapat diverifikasinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam Hari Al-Quds Sedunia di Tehran, khususnya informasi yang berhubungan dengan penyerangan terhadap pemimpin kelompok oposisi di negara ini. Melalui alas an tersebut, Kompas berupaya memberitakan informasi-informasi dari Iran secara sewenang-wenang.
Lebih lanjut Koran Kompas melaporkan, biasanya, pada Hari Quds, warga Iran berkumpul bersama-sama untuk unjuk rasa pro-Palestina di sejumlah kota. Sejak pagi, pendukung oposisi tumpah ruah di jalan mengenakan kaus dan ikat tangan berwarna hijau. Sambil membawa potret kecil Mousavi, mereka mengacungkan tanda V (victory). Beberapa di antara mereka juga menyerukan agar pemerintah mundur.Dilaporkan pula, hanya beberapa ratus meter dari lokasi unjuk rasa kubu oposisi di Keshavarz Boulevard, ribuan pendukung Presiden Mahmoud Ahmadinejad juga turun ke jalan. Mereka mengusung foto besar Ahmadinejad dan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Dari laporan tendensius yang diberitakan Kompas dapat disimpulkan bahwa media ini tengah berupaya mengesankan bahwa Hari Al-Quds Sedunia yang digelar di Tehran tidak murni menyatakan solidaritas atas bangsa Palestina. Padahal hanya sekelompok kecil saja yang menyuarakan yel-yel yan tidak sesuai dengan momentum hari itu. (irib.ir, 19/9/2009)
Ini tidak aneh….karena kita tahu siapa di balik KOMPAS itu !
Kan mereka cuman main terjemah dari reuters atau CNN. Sudah banyak berita internasional yg asal nerjemahin tuh..!
kompas duh kompas…..
kapan mau tobat?
sudah tidak aneh lagi, beginilah wajah kompas yang sesunggunya……
Berita-berita bohong seperti ini akan menjadi bumerang yang merugikan buat media sekuler seperti kompas, sebagaimana media TV sekuler lainnya. Ini akan menurunkan ketidakpercayaan pembacanya atau pemirsanya terhadap berita-berita lainnya meskipun berita lainnya tersebut benar adanya.
Saat ini para pembaca & pemirsa sudah cukup cerdas menganalisa selain itu pertukaran informasi sudah sangat cepat melalui media internet. Opini & berita bohong akan cepat ketahuan.
punten emg ada apa d belakang kompas??
msh awam,tlg dibagi infonya…
Allah yang menciptakan manusia…
Dialah yg paling tahu bagaimana manusia itu…
Allahu Akbar !!!