Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mencatat bahwa sebanyak 1.500 warga sipil telah kehilangan nyawa mereka dalam pertempuran di Afghanistan sejak awal tahun hingga Agustus.
PBB mengatakan dalam laporan barunya bahwa serangan udara NATO harus bertanggung jawab atas seperempat dari korban warga sipil yang tewas di Afganistan selama beberapa bulan belakangan.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa bulan Agustus merupakan yang paling banyak memakan korban sipil dalam tahun ini karena pemilihan presiden yang dirusak oleh tuduhan kecurangan dan intimidasi Taliban.
“Dalam hal jumlah insiden keamanan yang kami lihat, ini menunjukkan angka yang tinggi,” kata Adrian Edwards, juru bicara PBB di Afghanistan.
Associated Press menyebutkan sekitar 174 warga sipil tewas di bulan Agustus.
Ratusan warga sipil lainnya meninggal baik dalam Serangan udara AS atau dalam pemberontakan yang dipimpin Taliban di negara yang dilanda konflik, menurut laporan tersebut.
Kepala jaksa di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengatakan bahwa para penyelidik sedang mempelajari bukti-bukti tentang dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan di Afghanistan.
Di sisi lain kehadiran lebih dari 100.000 tentara di Afghanistan sedang menyaksikan kekerasan tingkat tertinggi sejak invasi AS tahun 2001 terhadap negara miskin ini.
Sebuah peta keamanan oleh Dewan Keamanan Internasional dan Pembangunan di London (ICOS) menunjukkan krisis keamanan semakin parah dengan adanya aktivitas Taliban di 97% dari wilayah Afganistan.
Pemberontakan terus meningkat di selatan dan timur Afghanistan dimana Taliban telah meningkatkan serangan terhadap pasukan koalisi dengan bom jalanan dan serangan mendadak. (mediaumat.com, 28/9/2009)