Satu tim ilmuwan internasional pekan ini melaporkan bukti kerangka manusia purba yang hidup 4,4 juta tahun lalu memperlihatkan manusia tidak berevolusi dari nenek moyang yang mirip kera.
Penyelidikan selama 17 tahun mengenai temuan kerangka yang sangat rapuh, kera darat kecil yang ditemukan di wilayah Afar Ethiopia, dibeberkan di dalam jurnal Science terbitan Jumat (2/10).
Sebagaimana dilaporkan kantor berita China, Xinhua, jurnal itu juga berisi 11 berkas mengenai temuan tersebut.
Fosil yang diberi nama panggilan Ardi itu berupa kerangka paling tua dari cabang manusia dari pohon keluarga primata. Cabang tersebut meliputi Homosapiens serta spesies yang lebih dekat dengan manusia dibandingkan dengan kera dan bonobo.
Temuan itu memberi pengertian baru mengenai bagaimana hominid–keluarga kera besar yang terdiri atas manusia, simpanse, gorila dan orang-utan- mungkin muncul dari satu nenek moyang monyet.
Sampai ditemukannya Ardi, tahap paling awal yang diketahui mengenai evolusi manusia adalah Australopithecus. Manusia kera itu berotak kecil dan sepenuhnya berkaki dua hidup antara empat juta dan satu juta tahun lalu.
Fosil Australopithecus yang paling terkenal adalah Lucy berumur dari 3,2 juta tahun, diambil dari lagu Beatles Lucy in the Sky with Diamonds. Lucy ditemukan pada 1974 sekitar 45 mil dari tempat Ardi, belakangan ditemukan.
Setelah Lucy ditemukan ada perkiraan bahwa ketika kerangka hominid jadi anatomi mirip simpanse, berdasarkan kesamaan genetika manusia dan kera. Namun fosil Ardipithecus ramidus tidak mendukung dugaan itu.
Kerangka Ardi cukup lengkap –tengkorak, gigi, tulang panggul, kaki, paha, lengan dan tangan– untuk memperkirakan tinggi dan berat tubuhnya. Ardiberjalan dengan dua kaki di tanah, tapi memanjat pohon dan juga menghabiskan waktu mereka di sana, dan kemungkinan pemangsa segala.
Sesuatu yang mengejutkan ialah Ardi tidak memiliki bagian tubuh seperti kera atau gorila, tapi lebih mirip dengan kera yang punah atau bahkan monyet. Dan kedua tangannya juga tidak mirip tangan simpanse atau gorila, tapi lebih berkaitan dengan kera yang punah sebelumnya.
Banyak ilmuwan mengatakan temuan itu menunjukkan bahwa hominid dan kera Afrika, masing-masing memiliki jalur evolusi yang berbeda. “ita tak lagi dapat menganggap kera sebagai’wali bagi nenek moyang terakhir bersama kita. Temuan (Charles) Darwin sangat bijaksana mengenai masalah ini,” kata Tim White dari University of California Berkeley, yang membantu memimpin tim penelitian tersebut.
“Darwin mengatakan kita harus benar-benar berhati-hati. Satu-satunya cara kita akan mengetahui seperti apa nenek moyang kita dan menemukannya,” katanya.
“Pada 4,4 juta tahun lalu, kita menemukan sesuatu yang sangat dekat dengan itu. Dan, persis seperti Darwin menghargai evolusi garis kera dan garis manusia telah berjalan secara terpisah sejak jalur itu terpisah, sejak nenek moyang terakhir bersama yang kita miliki,” tambah White. (inilah.com, 5/10/2009)
Para Darwinis itu Atheis tulen, tidak mengaku keberadaan tuhan. Allah menciptakan manusia menjadi mahluk yang paling sempurna ko dikatakan berevolusi dari kera, ada ada aja.
Nenek moyang kita ya Adam dan Hawa.
Para Darwinis itu Atheis tulen, tidak mengakui keberadaan tuhan. Allah menciptakan manusia menjadi mahluk yang paling sempurna ko dikatakan berevolusi dari kera, ada ada aja.
Nenek moyang kita ya Adam dan Hawa.
semoga mereka para ateis sadar atas kesalahan pandangan mereka,Alloh sebaik-baik makar,semuanya pasti atas kehendakNYA.