Enam warga Muslim di Turkistan Timur “Xinjiang” pada hari Senin (12/10) dijatuhi hukuman mati setelah didakwa terlibat dalam aksi perlawanan rakyat (intifada) di Urumqi, ibukota wilayah Muslim pada awal Juli. Ini merupakan persidang pertama terkait dengan insiden yang terjadi di kota-kota besar Turkistan Timur, seperti yang disiarkan oleh televisi pemerintah Cina.
Televisi pemerintah Cina melaporkan bahwa satu terdakwa lagi dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Dari nama-nama ketujuh orang yang dijatuhi hukuman itu menunjukkan bahwa mereka berasal dari suku Uighur, yaitu etnis yang berbahasa Turki, yang merupakan warga mayoritas di Turkistan Timur, di baratlaut Cina.
Pengadilan dimulai pada hari Senin pagi untuk mempertimbangkan tiga isu yang mempengaruhi ketujuh terdakwa tersebut. Menurut keterangan beberapa saksi yang disiarkan oleh televisi pemerintah, bahwa daerah di sekitar pengadilan disolasi, dan dijaga ketat oleh aparat keamanan.
Keamanan ditingkatkan dengan tajam di Urumqi, ibukota Xinjiang, di mana 14 ribu warga sipil telah dikerahkan untuk berpatroli di jalan-jalan siang dan malam, seperti yang dilaporkan oleh radio pemerintah Cina.
Pers pemerintah Cina mengumumkan pada akhir September, bahwa pengadilan akan melakukan persidangan pertama terhadap 21 orang terkait kasus kerusuhan yang menewaskan hampir 200 orang. Mereka didakwa dengan sukarela melakukan pembunuhan, dan pembakaran yang menyebabkan kerusakan harta benda.
Kerusuhan itu pecah pada tanggal 5 Juli di Urumqi, setelah berlangsungnya demonstrasi damai oleh para demonstran yang menuntut pengungkapan atas kasus pembunuhan dua warga Muslim di Cina bagian selatan.
Medi-media Cina mengumumkan tentang penangkapan sekitar 1.600 orang setelah kerusuhan, tetapi pihak kepolisian mengatakan bahwa pihaknya hanya menangkap 718 orang saja.
Pada hari Sabtu, dua hari sebelum sidang pertama dalam kasus Urumqi, seorang pria dijatuhi hukuman mati dan yang satunya lagi divonis hukuman seumur hidup atas tuduhan keterlibatannya dalam sebuah perkelahian yang terjadi di sebuah pabrik di selatan Cina, yang menyebabkan dua warga Muslim meninggal, yang kemudian disusul dengan pecahnya kerusuhan berdarah pada bulan Juli itu.
Kaum Muslim di Turkistan Timur menegaskan bahwa kota-kota dan daerah-daerah mereka sangat rawan dengan berbagai operasi penempatan bagi etnis Cina Budha, yang bertujuan meleburkan mereka ke dalam masyarakat paganisme, dan mengubah mereka menjadi kelompok minoritas di daerah mereka sendiri. (mediaumat.com)