HTI Press. Sekalipun kegiatan ini merupakan agenda tetap tahunan, Liqa Syawal yang dilaksanakan tahun ini terasa lebih istimewa, Hal ini karena turut hadirnya sekitar 100 ulama dan asatid pejuang dan pendukung perjuangan Syari’ah & Khilafah dalam acara tersebut. Selain sebagai ajang silaturrahmi Idulfitri 1430 H, kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober di Mesjid Raya Ciromed (Merci) juga ditujukan dalam rangka menguatkan kembali persatuan dan komitmen dikalangan ulama untuk mewujudkan Mitsaq Ulama yang dihasilkan dalam MUN. Selain pengurus DPD II HTI Kab. Sumedang dan DPD I HTI Prop. Jawa Barat, hadir juga K.HM. Ismail Yusanto (Juru Bicara HTI) yang berkenan memberikan tausyiah kepada segenap hadirin. Dalam tausyiahnya, Jubir HTI menegaskan 4 point penting dan mendasar yang harus disadari oleh setiap pengemban dakwah. Keempat hal tersebut adalah : kesadaran akan kondisi buruk umat saat ini akibat dominasi kapitalisme, pengetahuan akan kondisi ideal umat Islam sebagai khaira ummah dengan tegaknya syari’ah & Khilafah, penguasaan terhadap metode perubahan melaui dakwah sesuai teladan Rasulullah SAW, dan kesiapan untuk menjadi pejuang sejati untuk mewujudkan kondisi ideal umat Islam. Sebelum tausyiah Jubir HTI, tampil terlebih dahulu 4 orang perwakilan ulama menyampaikan testimoni seputar penegakan syari’ah dan khilafan serta dukungan ulama terhadap perjuangan Hizbut Tahrir. Keempat ulama tersebut adalah : KH. Zamzam Stiawan, LC (Pimpinan Pontren Almahmud-Tanjungsari), Ustad Ujang Rohendi (Ulama Sukasari), Ust. Ali Bayanullah (pimp. Pontren Darul Bayan-Jatinangor), dan Ust. Khitob (Ulama Jatinunggal & Ketua PUI Lemah Sugih Majalengka). Paparan testimoni mereka antara lain :
Ust. Khitob :
Beliau memulai testimoninya dengan menyampaikan paradok negeri yang mayoritas penduduk muslim ini, tetapi keislamannya tidak Nampak kecuali pada aktifitas ibadah sebagian warganya saja. Negeri yang kaya raya tetapi hanya dinikmati oleh segelintir saja, sementara kebanyakan rakyatnya sengsara. Negeri yang dulu diberkahi, kini didera berbagai bencana sebagai akibat perbuatan dosanya. Selain lemahnya ketaqwaan secara perorangan, ironi negeri ini juga dikarenakan diberlakukannya system kufur oleh penguasa selama ini. Karenanya beliau yakin bahwa masa depan negeri ini akan lebih apabila segenap rakyat dan penguasanya kembali berpegang teguh pada tali Allah. Karenanya beliau sangat mendukung perjuangan penegakan syari’ah dan khilafah yang diperjuangan Hizbut Tahrir. Lebih lanjut beliau memberikan apresiasi pada Hizbut Tahrir beserta aktivisnya yang gigih dalam perjuangannya tersebut. Bahkan beliau berjanji akan mengerahkan segenap kemampuan dirinya dan potensi jaringan dakwahnya di PUI dengan seluruh lembaga pendidikan PUI (Majlis Taklim, RA, MI, dan MTs) yang tersebar di Lemah sugih (perbatasan Sumedang – Majalengka) untuk mendukung perjuangan Hizbut Tahrir.
Ust. Ali Bayanullah :
Beliau menegaskan tentang penting dan wajibnya penegakan syari’ah dalam bingkai Daulah khilafah Islamiyah. Keagungan Islam hanya akan terwujud jika syari’atnya diterapkan dan Khilafahlah satu-satunya jalan untuk mewujudkannya. Demikian juga kemualiaan umat islam hanya akan terwujud jika umat ini bersama-sama taat pada syari’ah dan sekarang perkara ini nyaris mustahil diraih karena tidak adanya institusi khilafah sebagai penyatu umat dan penenak syari’at. Menurut beliau, jangankan hukum syari’at terkait mu’amalah dan syiasyah, penegakan shalat saja tidak bias diraih tanpa adanya khilafah. Pelaksanaan shalat memang bisa dilakukan dengan kesadaran pribadi, tetapi bagaimana penegakan shalat bagi umat yang tidak sadar? Padahal sebagaimana pendapat para puqoha, orang yang tidak shalat harus diberi sanksi yang tegas berupa teguran dan pendidikan hingga had penggal leher. Siapa saat ini yang mampu melakukan hal ini?, adakan ulama sendiri bisa melakukannya? Hanya khilafahlah yang mungkin melakukanya, tegas beliau selanjutnya. Sebetulnya renungan ini telah menjadi kesadaran beliau selama ini, tetapi bagaimana mewujudkannya? Bersama Hizbut Tahrir dengan segenap konsep dan metode dakwahnya, kini beliau -sebagai Hafidz Qur’an dan tsaqofahnya yang luas- sangat semangat berjuang membangun dukungan dan jaringan dakwah dari kalangan ulama dan masyarakat pada umumnya. Diantara aktivitas dakwah yang rutin beliau lakukan adalah mempersiapkan kader dakwah dan sekaligus hafid/hafidzah melalui Pontren Darul Bayan yang dipimpinnya.