Beri Beasiswa Kepada Simbol Kerusuhan, Oxford Dihujat Iran

Iran mengecam keras Universitas Oxford. Hal tersebut terjadi setelah salah satu fakultas di Oxford memberikan sebuah beasiswa. Yang menjadi masalah, beasiswa tersebut diberikan untuk menghormati Neda Agha-Soltan, yang tewas tertembak dalam kerusuhan pasca pemilihan presiden Iran.

Kedutaan besar Iran melayangkan sepucuk surat dan menyatakan bahwa pemberian beasiswa tersebut bermotif politik dan hanya akan merendahkan kredibilitas keilmuan Oxford.

Dalam sepucuk surat yang dikirimkan oleh kedutaan besar Iran di London, Iran mengatakan bahwa kematian Agha-Soltan, 26, dimanfaatkan oleh para lawannya.

Iran menuding Universitas Oxford telah bergabung dalam kampanye bermotif politik, Iran juga mengatakan bahwa beasiswa tersebut hanya akan membuat Oxford dipandang miring oleh institusi akademis di seluruh dunia.

Tampaknya Universitas Oxford melibatkan diri dalam sebuah kasus kriminal, yang masih dalam tahap penyelidikan oleh kepolisian Iran, tambah surat tersebut.

Pihak kedutaan menerangkan bahwa kematian Agha-Soltan tidak seperti yang selama ini digambarkan oleh media.

“Kematiannya adalah sebuah skenario yang rumit dan direncanakan dan telah dikecam oleh partai-partai politik Iran.”

Pihak kedutaan menambahkan, “Hal ini tidak ada hubungannya dengan posisi dan tujuan universitas, serta tidak akan membantu dan justru memperburuk hubungan Iran dan Inggris.

Beasiswa kelulusan senilai $4.000 dalam jangka waktu dua tahun, ditawarkan kepada para mahasiswa ilmu filsafat. Beasiswa tersebut diluncurkan setelah seorang penyandang dana mengajukan gagasan untuk membuat beasiswa tersebut.

Menanggapi hal tersebut, pihak universitas mengatakan bahwa beasiswa tersebut sepenuhnya menjadi urusan Queen’s College. Paul Madden dari Queen mengeatakan bahwa beasiswa tersebut akan membantu warga Iran yang kurang mampu untuk dapat menuntut ilmu di Oxford.

Neda Agha-Soltan berubah menjadi simbol kerusuhan politik di Iran setelah menjemput ajal dalam sebuah unjuk rasa di Teheran dalam upayanya untuk menentang terpilih kembalinya Presiden Mahmoud Ahmadinejad.

Sejumlah rekaman video amatir yang menunjukkan Agha-Soltan terbaring berlumuran darah dipasang di internet dan disiarkan di seluruh dunia, hal tersebut memicu kecaman terhadap tindakan pemerintah Iran terhadap para pengunjuk rasa anti-Ahmadinejad.

Polisi Iran mengklaim bahwa kematian Agha-Soltan telah diatur. Para pejabat Iran mengklaim bahwa alumnus fakultas ilmu filsafat tersebut dibunuh oleh MI6 atau CIA untuk mendiskreditkan pemerintah yang berkuasa.

Ahmadinejad meminta adanya investigasi terhadap kematian Agha-Soltan, ia mengatakan bahwa ada laporan yang dibuat-buat mengenai kejadian tersebut dan juga propaganda media asing.

Hubungan diplomatik antara Inggris dan Iran, yang sudah tegang, menjadi semakin memburuk setelah pemilihan presiden Iran.

Queen’s College mengatakan bahwa pihaknya merasa senang karena telah memberikan beasiswa tersebut dan menunjuk Arianne Shahvisi, yang mempelajari ilmu filsafat dan fisika, sebagai penerima pertama beasiswa tersebut, hal itu tertuang dalam pernyataan resmi di situs internetnya.

Queen’s mengutip ucapan Shahvisi yang mengatakan bahwa beasiswa tersebut amat berarti baginya, karena ia adalah seorang gadis muda keturunan Iran yang juga mempelajari ilnu filsafat.

Dia menyampaikan bela sungkawa kepada keluarga Agha-Soltan. “Saya harap dengan cara menyelesaikan studi saya di Oxford, maka saya dapat memberikan keadilan bagi putri mereka yang berani.” (suaramedia.com, 12/11/2009)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*