(sumber : Situs Amir Hizbut Tahrir ; http://hizb-ut-tahrir.info)
Soal: Kita mengetahui bahwa pada awal krisis ekonomi di Amerika, Dolar mengalami penurunan besar terhadap Euro. Akan tetapi kita perhatikan pada akhir-akhir ini bahwa kurs Dolar terhadap Euro mengalami kenaikan. Padahal krisis ekonomi masih tetap bergolak di Amerika. Lalu apa yang mendorong kenaikan kurs Dolar terhadap Euro padahal krisis masih tetap ada di Amerika?
Jawab:
Sebagaimana Anda ketahui bahwa uang kertas fiat money tidak memiliki back up. Akan tetapi bergantung kepada perekonomian negara yang mengeluarkannya.
Krisis ekonomi global bermula di Amerika. Kurs Dolar terhadap surat berharga lainnya mengalami penurunan. Ketika krisis meluas ke Eropa, hal itu menciptakan benturan bagi perekonomian Eropa. Dan berikutnya kelemahan itu meluas ke mata uang kertas di negara-negara Eropa. Hal itu menyebabkan kenaikan kurs Dolar secara relativ. Karena penurunan juga mencakup mata uang Eropa.
Untuk lebih menjelaskan kami katakan, misal kita asumsikan satu Dolar kursnya satu Euro. Ketika krisis muncul di Amerika maka perekonomian Amerika melemah. Berikutnya kurs Dolar terhadap Euro mengalami penurunan misalnya 25 % sehingga menjadi setara dengan 75 % dari satu Euro. Artinya satu Euro setara dengan 1,25 Dolar. Ketika krisis meluas ke Eropa maka perekonomian Eropa juga melemah. Dan berikutnya kurs Euro juga melemah misalnya 10 %. Jadi kurs Euro menjadi 90 % x 1,25 Dolar. Berikutnya satu Euro menjadi sama dengan 1, 125 Dolar. Artinya satu Dolar menjadi 1/1,125 = 88 % dari Euro. Artinya seakan-akan Dolar naik dari 80 % menjadi 88 % dari Euro. Padahal hakikatnya Dolar menurun, akan tetapi terhadap Euro telah mengalami kenaikan disebabkan meluasnya krisis ke Eropa. Dan diprediksi Dolar akan kembali mengalami penurunan terhadap Euro, khususnya pasca hilangnya benturan ekonomi di Eropa. Terlebih Eropa mengambil langkah-langkah untuk meredakan krisis, di mana perekonomian Eropa lebih mampu dari perekonomian Amerika untuk meredakan benturan krisis ekonomi dan lebih mampu melakukan penyesuaian dengan krisis yang terjadi…
Begitulah, kenaikan itu bersifat relativ sesuai dengan melemahnya perekonomian negara-negara. Dan setiap kali pengaruh krisis terhadap suatu negara itu lebih besar maka penurunan mata uangnya juga lebih banyak. Dan berikutnya terjadilah kenaikan atau penurunan kus mata uangnya. Krisis telah mempengaruhi banyak negara di dunia, sehingga mata uang fiat money secara umum mengalami penurunan. Akan tetapi terhadap sebagiannya naik atau turun sesuai dengan pegaruh krisis terhadap perekonomiannya dan akan tetap tidak stabil selama krisis masih terjadi.
18 Februari 2009
Soal kedua: Krisis ekonomi masih terus menelan dunia seluruhnya. Amerika memiliki kewajiban utang yang sangat besar terhadap sejumlah negara di dunia, khususnya China. Apakah Amerika tidak bisa mencetak Dolar dan menutup utang-utangnya terhadap China. Ataukah bahwa undang-undang IMF melarang hal itu?
Jawab:
Amerika sebenarnya bisa mencetak uang kertasnya, dengan persetujuan IMF atau secara rahasia “dan hingga terang-terangan” tanpa persetujuan IMF. Amerika memiliki pengaruh riil di IMF dan memungkinkan Amerika menampakkan sebab-sebab palsu dan menyembunyikan perkara yang sebenarnya dan membuat IMF mendukungnya dalam hal itu! Akan tetapi pencetakan uang kertas dengan jalan ini akan menyebabkan penurunan kurs Dolar dan berikutnya terjadi inflasi yaitu kenaikan harga-harga. Karena itu Amerika tidak menempuh jalan itu kecuali jika Amerika memiliki kepentingan yang lebih tinggi.
Sebagai contoh, media massa melansir berita bahwa Amerika mencetak uang antara “2 triliun – 4 triliun” Dolar selama kekacauan minyak yang menyebabkan naiknya harga minyak hingga mendekati 150 Dolar per barel. “Dan Amerika tidak jauh dari kekacauan itu”. Lalu Amerika mencetak uang kertas itu untuk bisa membeli sejumlah besar minyak baik secara langsung maupun tak langsung untuk ditambahkan ke cadangan minyaknya. Amerika dalam hal itu melihat adanya kepentingan bagi Amerika yang melebihi naiknya harga minyak dan anjloknya kurs Dolar. Akan tetapi Amerika menghentikan itu bersamaan dengan mulai intensnya krisis ekonomi global. Karena pasar-pasar Amerika tidak siap menanggung inflasi tambahan disebabkan bangkrutnya banyak perusahaan, memuncaknya masalah kredit, menurunnya produksi dan konsumsi …
Sekarang Amerika tidak mungkin mencetak uang kertas tanpa imbalan ekonomi yang meningkat. Hal itu akan terus berlangsung sampai sejauh yang bisa diperkirakan.
Akan tetapi Amerika pada suatu saat menemukan adanya kepentingan dalam mencetak uang meski tanpa imbalan, maka Amerika akan melakukannya. Amerika adalah satu-satunya negara yang mata uangnya mengendalikan sebagian besar cadangan devisa negara-negara lain, disamping pengaruh riilnya di IMF.
Atas dasar itu, saat ini seandainya Amerika mencetak uang kertas untuk menutupi utang-utang yang menjadi kewajibannya, maka hal itu tidak akan menguntungkan karena dua sebab:
Pertama, karena kurs Dolar akan menurun. Setiap kali jumlah uang kertas bertambah maka setiap kali itu pula harganya menurun. Berikutnya, masalah ekonomi akan terjadi antara debitor dan kreditor. Jika kreditor adalah negara besar semisal China maka itu akan berpengaruh dalam hubungan-hubungan ekonomi antara kedua negara dan akan menambah krisis ekonomi Amerika lebih dari yang seharusnya, khususnya Amerika dan Eropa ingin China berkontribusi dalam menyelesaikan krisis bukannya berlepas tangan.
Kedua, bertambahnya penawaran uang kertas tanpa imbalan ekonomi akan menyebabkan naiknya harga-harga komoditi di dalam negeri Amerika. Hal itu merupakan sesuatu yang tidak diharapkan oleh pasar ekonomi Amerika…
Karena semua itu, kecil kemungkinannya Amerika mencetak uang kertas baru tanpa imbalan ekonomi yang meningkat. Hal itu setidaknya dalam jangka pendek yang bisa diprediksi.
Akan tetapi seperti yang kami katakan, kemungkinan untuk itu tetap ada. Jika Amerika menemukan bahwa di sana terdapat kepentingan yang lebih tinggi bagi Amerika, baik secara politik maupun ekonomi, maka Amerika akan melakukannya dengan dorongan tersebarnya Dolar di cadangan-cadangan devisa banyak negara di dunia dan dengan dorongan pengaruh riilnya di IMF.
16 Mei 2009
saatnya mulai menggunakan dinar (koin emas 22 karat 4.24 gram produksi logam mulia aneka tambang) dan dirham sebagai mata uang karena nilainya tidak pernah turun dan tidak mengalami inflasi.
Penyebab yg mendasar karena nilai mata uang dunia saat ini tidak ditopang dg emas (gold standard) tetapi malah dollar standar. Shg perekonomian dunia selalu dipermainkan oleh Amerika sbg negara yg pny otoritas terhadap dollar. Sayangnya masalah ini belum tersentuh pengambil kebijakan di negeri ini. Ditambah lagi tabiat negara2 pengemban ekonomi kapitalis seperti Amerika, yang serakah dan sedang giat-giatnya melaksanakan neo-imperialismenya di bidang ekonomi.
Capitalism has been proven to have caused the economic crisis. Let’s abandon it and establish syariah economic system!!