Dalam referendum terkait dengan pelarangan pembangunan menara yang berlangsung di Swiss pada 29/11/2009, bahwa 57,5% suara rakyat Swiss mendukung pelarangan pembangunan menara, yang mereka anggap sebagai bagian dari salah satu indikasi di antara indikasi Islam.
Dengan demikian, mayoritas rakyat Swiss memperlihatkan secara terbuka kebencian mereka terhadap Islam, sementara kebencian yang mereka sembunyikan dalam hati mereka adalah lebih besar dari semua itu.
Menanggapi hal itu, surat kabar The Guardian berkomentar: “Seandainya dilakukan referendum tentang masalah yang sama dengan yang dipilih oleh rakyat Swiss di negara-negara seperti Perancis, Inggris, Austria, dan Belanda, tentu hasilnya tidak akan jauh berbeda.”
Partai Rakyat sebagai pihak yang memberikan suara untuk mendukung pelarangan menilai bahwa hasil pemungutan suara itu sebagai “ekspresi demokrasi dan kebebasan”.
Jadi, melarang orang lain mengekspresikan kebebasannya, dan memperlihatkan kebenciannya kepada orang lain, maka itulah yang mereka namakan dengan kebebasan dan demokrasi.
Dengan ini, kaum Muslim yang selama ini tertipu oleh Barat dan dagangannya, yaitu demokrasi dan kebebasan menjadi mengerti dan memahami makna dari masing-masing secara realitas.
Dan hendaklah para politisi dan pemikir Barat menyadari bahwa kebijakan integrasi yang selama ini mereka serukan dan mereka pasarkan sesungguhnya sedang mereka hancurkan dengan demokrasi mereka. Sehingga dalam hal ini, mereka tidak boleh menyalahkan kecuali diri mereka sendiri. (kantor berita HT, 3/12/2009)
Jangankan di Swiss, di Aceh aja yang jelas-jelas negeri syariat mereka ribut.