Ismail Yusanto: Skandal Century, Momentum Kembali pada Syariah

HTI Press. Tabir kebusukan penguasa yang terlibat dalam skandal Bank Century semakin terkuak sehingga menimbulkan sejumlah reaksi keras dari masyarakat. Terkait dengan itu, sekitar seratus tokoh, ulama, dan aktivis Islam mengadakan pertemuan di Kantor Pusat DPP HTI untuk menyatukan persepsi dalam menyikapinya pada Kamis (3/12) malam di Crown Palace, Tebet, Jakarta Selatan.

Nampak hadir dalam acara itu, diantaranya adalah Ust. Ferry Nur (Sekjen KISPA), Ust. Fikri Bareno (Sekjen Al Ittihadiyah), Ahmad Wirawan Adnan ( anggota TPM), Ust. Mujtahid Hashem (Direktur Voice of Palestine) Zahir Khan (Ketua Solidaritas Kashmir), Ichsanuddin Noorsy (Pengamat kebijakan Publik) dan Ust Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI.

Dalam acara yang bertajuk Rembug Umat Bersihkan Indonesia dari Rezim dan Sistem Korup itu, Ismail menyatakan bahwa terungkapnya skandal Bank Century merupakan bukti yang kesekian kalinya yang menunjukkan bahwa bukan hanya sistemnya tetapi rezimnya pun korup.

Pertemuan ini, ujar Ismail, bukan untuk sekedar mempersoalkan Sri Mulyani dan Boediono, bahwa kedua orang ini yang paling bertanggung jawab. Bukan pula untuk  mempersoalkan isu bahwa SBY itu adalah faktor utama, karena sebagai kepala negara tidak bisa tidak, SBY memang harus bertanggung jawab.

“Tetapi lebih dari pada itu kita harus mengencangkan usaha untuk menyadarkan masyarakat!” ajak Ismail. Century gate ini merupakan momentum bagi para pengemban dakwah untuk membuat masyarakat itu semakin tidak percaya kepada pemerintahan sekuler dan momentum membalikan pandangan masyarakat pada syariah Islam.

“Itu merupakan tugas kita sehingga kita mengadakan pertemuan di malam ini,” ujar Ismail. Setiap pengemban dakwah jangan hanya menginginkan Indonesia ini sekedar bersih dari korupsi tetapi lebih dari itu haruslah menginginkan Islam sebagai dasar dari solusi bagi semua problematika semua masalah umat ini.

Sebab kalau kita berbicara soal korupsi, skandal perbankan itu berulang kali terjadi dan penyelesaiannya tidak pernah tuntas. Itu semua lantaran diterapkannya sistem sekuler dan bercokolnya rezim yang korup. Sejujur apapun pejabatnya, bila menerapkan sistem kufur ini maka Indonesia tidak akan pernah berkah.  “Sehingga posisi kita tidak boleh bergeser bahwa solusi atas segala problematika adalah kembali kepada Islam!” tegas Ismail.

Suasana silaturahmi itu semakin hangat saat Noorsy menyatakan bahwa sebagai warga kelas menengah peserta yang hadir haruslah peduli dengan masalah ini. “Diakui atau tidak, kita duduk di sini sebagai jalur perlawanan”, ujar Noorsy.

Semua mengatakan setuju, saat Ust Rahmat Kurnia, Ketua Lajnah Fa’aliyah DPP HTI menanyakan apakah peserta setuju menjadikan pertemuan ini merupakan jalur perlawanan terhadap kezaliman penguasa.

“Minimal perlawanan kita ini dengan kata-kata!” ujar Noorsy. Kemudian ia mencontohkan perjuangan Nabi Muhammad SAW yang terus berkata-kata melawan kezaliman penguasa saat itu.

“Awalnya kan Nabi hanya didukung kelas menengah seperti Khadijah dan Abu Bakar” papar Noorsy. Kemudian keyakinan dan pemahaman Nabi pun diterima oleh kelas bawah hingga menjadi kekuatan yang besar yang berujung pada rontoknya penguasa dan sistem korup saat itu.

Jadi, ini bukan sembarang kata-kata, tegas Ismail, tetapi kata-kata yang bertuah yang dapat membuat dunia berubah. Mempunyai dasar yang kuat dari Allah SWT. Itulah dakwah. Yang insya Allah akan membuka mata akal dan mata hati masyarakat sehingga tidak ada lagi harapan ke masa depan kecuali hanya dipimpin oleh  rezim bertakwa yang menerapkan syariah dalam bingkai Khilafah.

Kemudian Rahmat mengingatkan peserta untuk secara lantang menyuarakan kebenaran. “Di depan kita ini sudah jelas nampak kemunkarannya ada tiga pilihan buat kita,” ujarnya. Pertama, diam. Berarti mejadi setan bisu. Kedua, bebicara dengan mendukung kebathilan. Berarti menjadi setan bicara.

Padahal kaum Muslim selalu berdoa, aku berlindung kepada Allah SWT dari godaan setan yang terkutuk. “Jadi jangan lantas kitanya yang jadi setan dong,” larangnya. Maka tidak ada pilihan lain kecuali pilihan yang ketiga, yakni melakukan amar makruf nahyi munkar. “Kesimpulannya kita harus berjuang. Setuju?” tanyanya. Kemudian secara serempak peserta menyatakan kesepakatannya.

Karena semua menyadari sabda Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Al-Hakim, yang artinya, “Orang yang berdiam diri dari kebenaran (tidak mau mengingatkan/melakukan upaya perubahan) adalah seperti setan bisu.[]

3 comments

  1. M Risnan Ramelan

    Mari kita berjuang untuk memberikan pencerahan kpd masyarakat Indonesia dengan cara membeberkan kasus Century Gate ini dengan tranparans hingga terbukti bahwa rezim yang ada sekarang ini memang Korup sebagai akibat penerapan System yang kapitalistis sekuler.Dengan harapan persepsi masyarakat berubah dan berpihak kepada kebenaran dan keadilan yang fitri dan segera menerapkan Syariat Islam dengan System Khilafahnya.Mari kita dukung KPK agar Bibit dan Chandra segera meneruskan usahanya untuk membongkar kasus Century Gate ini sampai keakar-akarnya sebab kita mulai ragu akan kinerja Idrus Marham. Allahu Akbar!

  2. telah nyata kebobrokan sistem ekonomi kapitalis gagal mensejahterahkan dan justru menyengsarakan, penegakan supermasi hukum juga hanya imajinasi jika masih berharap hal itu tegak di sistem yg rusak ini. Kekeliruan dlm menunggalkan hukum alloh tlh menjerumuskan bangsa ini ke jurang kehinaan, tidak ada solusi selain kembali menerapkan hukum2 Islam, semoga pristiwa2 ini mj momentum perubahan menuju tegaknya Khilafah, insyaalloh

  3. Dengan Kapitalisme, para begundal-begundal leluasa merampok harta kekayaan rakyat….
    Dan hanya orang-orang Bodoh yang masih mau hidup dengan sistem Kapitalisme…

    Ayo jadilah orang-orang SMART dan TAQWA yang menjalani hidup ini dengan menerapkan syariat Islam…

    Hidup bahagia di akhirat, tidak akan diperoleh jika masih menolak Syariat Islam diterapkan dalam kehidupan..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*