Kebijakan Kamboja mendeportasi 20 warga Uighur kembali ke China ternyata untuk mencari keuntungan ekonomi. Buktinya, Wakil Presiden China Xi Jinping segera berkunjung ke Kamboja, Minggu, untuk menandatangani perjanjian bantuan ekonomi.
Peristiwa itu terjadi, hanya sehari setelah Kamboja membungkuk ke Beijing, untuk memenuhi keinginan mereka mendeportasi ke-20 warga Muslim Uighur yang mencari perlindunganitu itu kembali ke China. Sejumlah aktivis hak asasi manusia mengkhawatirkan, bahwa mereka akan menghadapi penganiayaan baru di China.
Pemerintah Amerika Serikat pada hari Minggu mengatakan pihaknya sangat terganggu oleh deportasi secara paksa tersebut. Juru bicara Departemen Luar Negeri Gordon Duguid mengatakan, insiden Kamboja akan mempengaruhi hubungan dengan Amerika Serikat dan masyarakat internasional.
China adalah sekutu utama dan donor untuk Kamboja. Selama ini, pejabat di Beijing menyebut ke-20 warga Uighur itu sebagai “penjahat.” Setali tiga uang, Kamboja menyebut demikian. Mereka mengusir warga tersebut karena diaggap telah masuk Kamboja secara ilegal. Perjalanan Xi ke Kamboja diduga juga memiliki kepentingan lain. Seperti diketahui, Xi dianggap sebagai pesaing utama Presiden Hu Jintao.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Kamboja, Koy Kuong mengatakan Xi telah tiba kompleks Candi Angkor Wat, di Provinsi Siem Reap. Pada hari Senin, dia akan mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Hun Sen di ibukota Phnom Penh dan melakukan penandatanganan 14 kesepakatan, terutama mengenai bantuan ekonomi ke Kamboja. (kompas.com, 20/12/2009)