Jumlah penduduk dunia yang mengalami kelaparan meningkat sekitar 50 juta jiwa selama tahun 2007 akibat dari kenaikan harga pangan dan krisis energi. Negara-negara miskin paling menanggung akibat serius dari adanya kenaikan harga pangan dan krisis energi tersebut, demikian Dirjen FAO Jacques Diouf seperti disampaikan Atase Pertanian KBRI Roma Erizal Sodikin kepada detikfinance petang ini atau Rabu (9/7/2008) WIB.
Diouf dalam sambutannya pada konferensi Parlemen Eropa di Brussel, 3/7/2008, menekankan bahwa masalah global tersebut tidak akan dapat diselesaikan oleh satu negara atau institusi saja, tetapi harus secara bersama-sama.
Negara donor, institusi internasional, pemerintah negara berkembang, masyarakat sipil (LSM), dan dunia usaha mempunyai peranan penting secara bersama untuk memerangi kelaparan.
Seperti diketahui bahwa kenaikan harga pangan dunia akhir-akhir ini disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain peningkatan permintaan akibat pertambahan jumlah penduduk, peningkatan kesejahteraan penduduk di beberapa negara, serta ekspansi yang besar terhadap biofuel.
Selain itu juga dipengaruhi oleh keterbatasan suplai ke pasar dunia akibat dari penurunan produksi karena perubahan iklim, kebijakan negara produsen pangan yang membatasi ekspor karena ingin mengamankan pangan dalam negeri, dan para spekulan yang melakukan spekulasi harga.
Sementara itu pada kurun waktu antara Januari 2007 sampai April 2008, harga pupuk dunia juga mengalami laju peningkatan yang melebihi laju peningkatan dari harga pangan itu sendiri.
Untuk mengurangi jumlah penduduk lapar tersebut, maka menurut Diouf diperlukan peningkatan produksi dua kali lipat dari sekarang pada tahun 2050. Peningkatan produksi ini khususnya perlu terjadi di negara berkembang, di mana terdapat mayoritas penduduk miskin dan lapar.
Kurang dari 0,6% GDP
Diouf menambahkan, bahwa apa yang terjadi sekarang merupakan akibat dari situasi yang sudah berlangsung lama di mana masyarakat internasional mengesampingkan perhatiannya pada sektor pertanian khususnya di negara berkembang.
Dikemukakan bahwa kontribusi masyarakat internasional untuk membantu pembangunan pertanian mengalami penurunan dari 17% (1980), menjadi hanya sekitar 3% saja (2006).
Investasi di sektor pertanian di negara berkembang kurang dari 0,6% dari GDP mereka, sementara di negara maju lebih dari 5%.
“Peningkatan produksi di negara-negara berkembang hanya dapat dicapai jika terjadi tambahan investasi di sektor pertanian di negara-negara tersebut,” demikian Diouf.
Berdasarkan perhitungan FAO, diperlukan investasi di sektor pertanian sekitar US$24 milliar setiap tahunnya. Dana sebesar itu termasuk untuk peningkatan sumber air serta pengelolaannya, pembuatan jalan desa, fasilitas penyimpanan, penelitian dan penyuluhan. (www.detik online Rabu, 09/07/2008 04:26 WIB)
Buah dari Kapitalisme memimpin dunia adalah kelaparan.
Tinggalakn dan hancurkan sistem kapitalisme!
Luar biasa. sekarang aharus tegakkan Syariah Allah Hu akbar.
tunggu apalagi wahai kaum muslimin mari kita tinggalkan
sistem kapitalisme biang kehancuran ini !!!
Mari Kita berjuang untuk kembali tegakkan Sistem Islam dalam bingkai DAULAH Khilafah, yang akan mensejahterakan umat
manusia baik muslim ataupun non muslim !!!
Allohu Akbar !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
jika kita hanya melihat dan membiarkan apa2 yang terjadi di dunia ini tanpa harus mencegah dan menghapusnya maka kita sama saja orang yang melegalkan dan meruntuhkan agam serta hakikat kita sebagai mahluk sosial. LAWAN!!! sistem yang menindas rakyat
masyaAllah…inilah buah dr kapitalisme, kemiskinan semakin merajalela… SAATNYA KHILAFAH MEMIMPIN DUNIA!!!
kemiskinan hanya akan menjadi sejarah jika sistem Islam tegak.masih belum cukupkah Bukti system buatn manusia entah Kapatalisme, Sosialisme dan isme yg lain telah terbukti gagal total. tunggu apalgi. saatnya kita kembali pd Islam bukan yg lain. luqman asal Sumberlesung-Ledokombo-Jember