Surat kabar Al-Ahram, 15/12/2009 memberitakan pertemuan Presiden Perancis, Nicolas Sarkozy dengan Presiden Mesir, Hosni Mubarak di Istana Elysee. Keduanya mendiskusikan berbagai isu-isu yang menjadi perhatian bersama, terutama proses perdamaian di Timur Tengah, dan pengaktifan Uni Eropa untuk Mediterania.
Presiden Perancis menawarkan kepada Hosni Mubarak agar melakukan sebuah inisiatif bersama untuk Konferensi Perdamaian di Timur Tengah. Presiden Mesir yang tidak menolak ide tersebut, menekankan guna memastikan agenda dari konferensi tersebut, dan kehadiran dari semua pihak, khususnya Amerika Serikat yang tidak menunjukkan antusiasme untuk konferensi seperti ini, mengingat kegagalan ide serupa sebelumnya yang telah digagas oleh Rusia.
Juru bicara kepresidenan Mesir mengatakan bahwa “proses perdamaian di Timur Tengah merupakan perhatian utama dari Mesir, sehingga Mesir perlu untuk menciptakan suasana kondusif untuk memulai kembali negosiasi.” Sementara Menteri Luar Negeri Mesir mengatakan bahwa “situasi sedang dalam kebuntuan, sehingga Amerika Serikat dan Mesir membahas cara baru untuk membuka hal itu.”
Meskipun Perancis mengkonfirmasikan kontaknya dengan Amerika Serikat, khususnya terkait gagasan konferensi dengan kepemimpinan Mesir, namun Mesir tidak akan mengambil langkah apapun menuju perdamaian di kawasan itu yang terpisah dari Amerika.
Di lain pihak, Bernard Kouchner, Menteri Luar Negeri Perancis yang berusaha mengaktifkan Uni Eropa untuk Mediterania guna mencapai kepentingan ekonomi dan membuka cakrawala politik, menjelaskan sehabis bertemu dengan Presiden Mesir bahwa “pertemuan akan diadakan di Kairo bulan depan di antara para menteri luar negeri dari Mesir, Perancis, Spanyol, Tunisia, dan Yordania untuk membahas cara mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi Uni Eropa untuk Mediterania. (kantor berita HT, 21/12/2009)