[Al-Islam 488] Bersamaan dengan meninggalnya Gus Dur (mantan Presiden RI ke-4), isu pluralisme kembali menjadi perbincangan. Selama beberapa hari hampir semua media cetak menjadikan pluralisme sebagai berita utama, baik dikaitkan langsung dengan sosok Gus Dur maupun tidak. Isu pluralisme kembali mencuat terutama setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjuluki Gus Dur sebagai “Bapak Pluralisme” yang patut menjadi teladan bagi seluruh bangsa. (Antara.co.id, 31/12/2009).
Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Amien Rais pun menilai Gus Dur sebagai ikon pluralisme (Kompas.com, 2/1/2010).
Kalangan liberal tak ketinggalan. Salah seorang aktivisnya, Zuhairi Misrawi, menulis bahwa dalam rangka memberikan penghormatan terhadap Gus Dur sebagaimana dilakukan oleh Presiden Yudhoyono, akan sangat baik jika MUI mencabut kembali fatwa pengharaman terhadap pluralisme (Kompas.com, 4/1/2010).
Sejumlah kalangan pun menilai penting untuk memelihara nilai-nilai pluralisme pasca Gus Dur. Mantan Wakil Presien Jusuf Kalla (JK), misalnya, mengharapkan semangat kebersamaan dan pluralisme yang selalu dikobarkan Gus Dur tetap terjaga (Detik.com, 30/12/2009).
Pertanyaannya, bagaimana dengan MUI sendiri yang dalam fatwanya No.7/MUNAS VII/MUI/11/2005 telah dengan jelas-jelas menyebutkan bahwa pluralisme (selain sekularisme dan liberalisme) adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama Islam, dan umat Islam haram mengikuti paham tersebut? Lebih penting lagi, bagaimana sesungguhnya pluralisme menurut pandangan Islam?
Hakikat Pluralisme
Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain. Kemunculan ide pluralisme didasarkan pada sebuah keinginan untuk melenyapkan ‘klaim keberanan’ (truth claim) yang dianggap menjadi pemicu munculnya sikap ekstrem, radikal, perang atas nama agama, konflik horisontal, serta penindasan atas nama agama. Menurut kaum pluralis, konflik dan kekerasan dengan mengatasnamakan agama baru sirna jika masing-masing agama tidak lagi menganggap agamanya yang paling benar.
Inilah hakikat ide pluralisme agama yang saat ini dipropagandakan di Dunia Islam melalui berbagai cara dan media. Dari ide ini kemudian muncul gagasan lain yang menjadi ikutannya seperti dialog lintas agama, doa bersama dan lain sebagainya. Pada ranah politik, ide pluralisme didukung oleh kebijakan Pemerintah yang harus mengacu pada HAM dan asas demokrasi. Negara memberikan jaminan sepenuhnya kepada setiap warga negara untuk beragama, pindah agama (murtad), bahkan mendirikan agama baru.
Di Balik Gagasan Pluralisme
Lahirnya gagasan mengenai pluralisme (agama) sesungguhnya didasarkan pada sejumlah faktor. Dua di antaranya adalah: Pertama, adanya keyakinan masing-masing pemeluk agama bahwa konsep ketuhanannyalah yang paling benar dan agamanyalah yang menjadi jalan keselamatan. Masing-masing pemeluk agama juga meyakini bahwa merekalah umat pilihan.
Menurut kaum pluralis, keyakinan-keyakinah inilah yang sering memicu terjadinya kerenggangan, perpecahan bahkan konflik antarpemeluk agama. Karena itu, menurut mereka, diperlukan gagasan pluralisme sehingga agama tidak lagi berwajah eksklusif dan berpotensi memicu konflik.
Kedua, faktor kepentingan ideologis dari Kapitalisme untuk melanggengkan dominasinya di dunia. Selain isu-isu demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan serta perdamaian dunia, pluralisme agama adalah sebuah gagasan yang terus disuarakan Kapitalisme global yang digalang Amerika Serikat untuk menghalang kebangkitan Islam.
Karena itu, jika ditinjau dari aspek sejarah, faktor pertama bolehlah diakui sebagai alasan awal munculnya gagasan pluralisme agama. Namun selanjutnya, faktor dominan yang memicu maraknya isu pluralisme agama adalah niat Barat untuk makin mengokohkan dominasi Kapitalismenya, khususnya atas Dunia Islam.
Konflik Sebagai Alasan?
Memang benar, dunia saat ini sarat dengan konflik. Namun, tidak benar jika seluruh konflik yang terjadi saat ini dipicu oleh faktor agama. Bahkan banyak konflik terjadi lebih sering berlatar belakang ideologi dan politik. Dalam sekala internasional, konflik Palestina-Israel lebih dari setengah abad, misalnya, jelas bukan konflik antaragama (Islam, Yahudi dan Kristen). Sebab, toh dalam rentang sejarah yang sangat panjang selama berabad-abad ketiga pemeluk agama ini pernah hidup berdampingan secara damai dalam naungan Khilafah Islam. Konflik Palestina-Israel ini lebih bernuansa politik yang melibatkan penjajah Barat. Sejarah membuktikan, konflik Palestina-Israel bermula ketika bangsa Yahudi (Israel) sengaja “ditanam” oleh penjajah Inggris di jantung Palestina dalam ranga melemahkan umat Islam. Konflik ini kemudian dipelihara oleh Amerika Serikat yang menggantikan peran Inggris, untuk semakin melemahkan kekuatan umat Islam, khususnya di Timur Tengah. Pasalnya, dengan begitu Barat dapat terus-menerus menyibukkan umat Islam dengan konflik tersebut sehingga umat Islam melupakan bahaya dominasi Barat—khususnya AS dan Inggris—sebagai penjajah mereka.
Dalam sekala lokal, konflik yang pernah terjadi di Maluku atau Poso beberapa tahun lalu, misalnya, juga lebih bernuansa politik, yakni adanya campur tangan asing (yang tidak lain kaum penjajah Barat) untuk melemahkan Indonesia yang berpenduduk mayoritas Muslim, ketimbang berlatar belakang agama.
Sementara itu, dalam skala yang lebih luas dan global, konflik Barat-Timur (yang sering dianggap mencerminkan konflik Kristen-Islam), khususnya setelah Peristiwa 11 September 2001, juga jelas lebih berlatarbelakang ideologi dan politik ketimbang agama. Memang, sesaat setelah terjadinya Peristiwa 11 September, Presiden AS George W Bush pernah “keseleo” dengan menyebut secara jelas bahwa WoT (War on Terrorism) sebagai Crussade (Perang Salib) baru. Lalu setelah itu AS menyerang Afganistan, dan kemudian dilanjutkan dengan menyerang Irak. Namun, banyak pakar Barat dan AS sendiri yang menjelaskan bahwa serangan militer AS ke Afganistan maupun Irak bahkan lebih bermotifkan ekonomi (yakni demi minyak)—di samping politik (demi dominasi ideologi Kapitalisme), dan bukan bermotifkan agama.
Karena itu, sangat tidak ‘nyambung’ jika untuk menghentikan konflik-konflik tersebut kemudian dipasarkan terus gagasan pluralisme dan ikutannya seperti dialog antaragama dll. Pasalnya, akar konflik-konflik tersebut, sekali lagi, lebih bermotifkan ideologi dan politik—yakni dominasi Kapitalisme yang diusung Barat, khususnya AS, atas Dunia Islam—ketimbang berlatar-belakang agama.
Pluralisme Menurut Islam
Allah SWT berfirman:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa di sisi Allah (QS al-Hujurat [49]: 13).
Ayat ini menerangkan bahwa Islam mengakui keberadaan dan keragaman suku dan bangsa serta identitas-identitas agama selain Islam (pluralitas), namun sama sekali tidak mengakui kebenaran agama-agama tersebut (pluralisme). Allah SWT juga berfirman:
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَا لَيْسَ لَهُمْ بِهِ عِلْمٌ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
Mereka menyembah selain Allah tanpa keterangan yang diturunkan Allah. Mereka tidak memiliki ilmu dan tidaklah orang-orang zalim itu mempunyai pembela (QS al-Hajj:67-71).
Ayat ini menegaskan bahwa agama-agama selain Islam itu sesungguhnya menyembah kepada selain Allah SWT. Lalu bagaimana bisa dinyatakan, bahwa Islam mengakui ide pluralisme yang menyatakan bahwa semua agama adalah sama-sama benarnya dan menyembah kepada Tuhan yang sama?
Dalam ayat yang lain, Allah SWT menegaskan:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللهِ اْلإِسْلاَمُ
Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam (QS Ali Imran [3]: 19).
Allah SWT pun menolak siapa saja yang memeluk agama selain Islam (QS Ali Imran [3]: 85); menolak klaim kebenaran semua agama selain Islam, baik Yahudi dan Nasrani, ataupun agama-agama lainnya (QS at-Taubah [9]: 30, 31); serta memandang mereka sebagai orang-orang kafir (QS al-Maidah [5]: 72).
Karena itu, yang perlu dilakukan umat Islam sesungguhnya bukan menyerukan pluralisme agama apalagi dialog antaragama untuk mencari titik temu dan kesamaan. Masalahnya, mana mungkin Islam yang mengajarkan tauhid (QS 5: 73-77; QS 19: 88-92; QS 112: 1-4) disamakan dengan Kristen yang mengakui Yesus sebagai anak Tuhan ataupun disamakan dengan agama Yahudi yang mengklaim Uzair juga sebagai anak Tuhan?! Apalagi Islam disamaratakan dengan agama-agama lain? Benar, bahwa eksistensi agama-agama tersebut diakui, tetapi tidak berarti dianggap benar. Artinya, mereka dibiarkan hidup dan pemeluknya bebas beribadah, makan, berpakaian, dan menikah dengan tatacara agama mereka. Tetapi, tidak berarti diakui benar.
Karena itu, yang wajib dilakukan umat Islam tidak lain adalah terus-menerus menyeru para pemeluk agama lain untuk memeluk Islam dan hidup di bawah naungan Islam. Meski dengan catatan tetap tidak boleh ada pemaksaan.
Bahaya di Balik Gagasan Pluralisme
Bahaya pertama adalah penghapusan identitas-identitas agama. Dalam kasus Islam, misalnya, Barat berupaya mempreteli identitas Islam. Ambil contoh, jihad yang secara syar’i bermakna perang melawan orang-orang kafir yang menjadi penghalang dakwah dikebiri sebatas upaya bersungguh-sungguh. Pemakaian hijab (jilbab) oleh Muslimah dalam kehidupan umum dihalangi demi “menjaga wilayah publik yang sekular dari campur tangan agama.” Lebih jauh, penegakan syariah Islam dalam negara pun pada akhirnya terus dicegah karena dianggap bisa mengancam pluralisme. Ringkasnya, pluralisme agama menegaskan adanya sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan).
Bahaya lain pluralisme agama adalah munculnya agama-agama baru yang diramu dari berbagai agama yang ada. Munculnya sejumlah aliran sesat di Tanah Air seperti Ahmadiyah pimpinan Mirza Ghulam Ahmad, Jamaah Salamullah pimpinan Lia Eden, al-Qiyadah al-Islamiyah pimpinan Ahmad Mosadeq, dll adalah beberapa contohnya. Lalu dengan alasan pluralisme pula, pendukung pluralisme agama menolak pelarangan terhadap berbagai aliran tersebut, meski itu berarti penodaan terhadap Islam.
Karena itu, wajar jika KH Kholil Ahmad, Pengasuh Pondok Pesantren Gunung Jati Pamekasan Jawa Timur, menilai pluralisme agama yang diusung Gus Dur berbahaya bagi umat Islam (Tempointeraktif.com, 30/12/2009).
Bahaya lainnya, pluralisme agama tidak bisa dilepaskan dari agenda penjajahan Barat melalui isu globalisasi. Globalisasi merupakan upaya penjajah Barat untuk mengglobalkan nilai-nilai Kapitalismenya, termasuk di dalamnya gagasan “agama baru” yang bernama pluralisme agama. Karena itu, jika kita menerima pluralisme agama berarti kita harus siap menerima Kapitalisme itu sendiri.
Inilah di antara bahaya yang terjadi, yang sesungguhnya telah dan sedang mengancam kaum Muslim saat ini ketika kaum Muslim kehilangan Khilafah Islamiyah sejak hampir satu abad lalu. Padahal Khilafahlah kepemimpinan umum bagi kaum Muslim yang menerapkan Islam, melindungi akidah Islam serta menjaga kemuliaan Islam dari berbagai penodaan, termasuk oleh pluralisme. []
KOMENTAR AL-ISLAM:
Dampak Krisis Berlanjut (Republika, 5/01/2010)
Pasti, selama sistem Kapitalisme tetap dipertahankan, tidak segera diganti sistem Islam!
islam itu adalah agama yang paling benar. jadi, jangan mau di samakan dengan agama lain.
yup! saya sepakat
Apakah Gus Dur membenarkan semua agama ? Saya rasa tidak mungkin seorang kyai mengusung ide pluralisme seperti ini. Barangkali hanya kebanyakan orang salah paham saja terhadap sikap dan pikiran Gus Dur. Kalau benar pluralisme yang didukung Gus Dur adalah ide semua agama adalah benar, ini salah. Barangkali tujuan semua agama adalah membina moral manusia agar berbuat baik untuk semua manusia dan alam. Tetapi tidak lantas menjadi benar semua, karena toh pada akhirnya yang benar hanya satu yaitu yang sesuai dengan petunjuk sang pencipta yang sesungguhnya (bukan rekayasa manusia).
jika pluralisme itu haram dari segi mananya haram itu? jika hanya 1 agama saja yang baik atau bagus berarti agama yang lain haram? kenapa dan dari segi mananya haram itu?
menurut q soal agama jangan di kambing hitamkan,yang penting adalah norma dan moralnya
yupz, cha stuju.! kita tuch jangan mau disamain ma agama lain.!
ISLAM IS THE BEST
mudah-mudahan HTI menjadi media penyeimbang berita-berita
yang sekuler yang akan membutakan mata hati kita semua,janganlah kita selalu latah terhadap puji memuji seseorang yang hanya memakai barometer para pengamat politik yang gersang dengan ruh keimanan
No pluralisme, no aliran sesat
Saya setuju, dibalik ini semua adalah ada agenda-agenda tertentu, kepentingan-kepentingan tertentu yang tidak lain adalah Yahudi dan antek-anteknya. Yahudi-yahudi hitam yang dijadikan simbol oleh mereka di Negeri ini, patut dicurigai mereka telah bersepakat janji-janji, dan telah dijanjikan janji-janji tersebut. Percayalah kalau orang Islam tidak mungkin menghianati agamanya sendiri. Salah kita sendiri kalau menamakan mereka Kyai, Cendekiawan muslim atau apalah. mereka tak lain adalah Kafirun laknatulloh. Janji Alloh Pasti, mereka bisanya cuma itu.
Alhamdulillah masih ada yang saling menasehati diantara kita dan tanggap dengan isu-isu hangat yang beredar di sekitar kita.
Kita memang dianjurkan untuk saling menasehati dalam islam
dengan tuntunan yang sudah sempurna dari Allah melalui
junjungan kita Rasulullah SAW.
Berhati-hati terhadap isu-isu hangat yang heboh yang
seolah-olah diyakinkan benar padahal sangat jauh dari
nilai-nilai islam dan tercantum sangat jelas dalam firman
Allah dalam Al-Qur’anul kariim.
Bahkan tokoh-tokoh kita sudah mulai dimanfaatkan untuk
melemahkan dan merongrong nilai-nilai islam.
Sesuatu aturan yang datangnya bukan dari Allah akan menjadi
pertentangan karena selalu ada yg memiliki selera yg tidak
sama, tetapi aturan dari Allah pasti akan menjadi yang
terbaik buat makhluk ciptaan-Nya.
Cara kita memilih pemimpin di beberapa organisasi bahkan
negara juga sudah tidak mengikuti islam melainkan cara
sekuler.
Rakyat yang memilih tidak mengetahui kualitas pemimpin yang
dipilih bahkan ada yg tdk mengenalnya tetapi terpaksa harus
memilih. Dan yang dipilih berebut simpati untuk kepentingan
pribadi dan golongan dengan mengenyampingkan seolah-olah
amanah bukan prioritas utama yang harus ditegakkan dalam
suatu jabatan.
Padahal dampak dari kesalahan seorang pemimpin akan beresiko
sangat besar daripada kesalahan seorang yang tdk memiliki
bawahan.
PLURALISME dan LIBERALISME NO WAY!!!
Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan hidayah-Nya
kepada kita semua..amiin.
Doakan negeri kita ini minimal seperti doa nabi Ibrahim terhadap negeri dan kepada anak cucu kita yang tercantum dalam Surat Al-Baqoroh.
Karena itu, harus menjadi kesadaran kita bersama, para ulama dan pejuang di antara umat Islam, bahwa musuh-musuh Islam terus berupaya memerangi Islam dan umat Islam dengan seluruh harta-benda mereka (Lihat: QS al-Anfal [8]: 36). Karena itu pula, mari kita singsingkan lengan baju untuk menjaga akidah umat serta menjaga kehidupan dan kekayaan umat dengan menegakkan syariah secara kâffah oleh negara. []
KOREKSI DIKIT:…pernah “keseleo” dengan menyebut secara jelas bahwa WoT (War on Terrorism) sebagai Crussade (Perang Salib) baru….
yang benar, gak keseleo…tapi niat(liat di http://en.wikipedia.org/wiki/Tenth_Crusade), dan dia menganggap perang agama, selain ada motif lain…sehingga pernyataan para pakar-bukan perang agama- tereliminasi dengan tujuan riil bush.
jika semua umat islam bersatu maka islam akan menguasai dunia. tp kenyataanya islam sendiri telah terpecah belah, sesungguhnya ini yg harus dibenahi dan dicari akar permasalahanya. mungkin salah satunya adalah tidak adanya dakwah oleh negara. yang menerapkan sistem islam secara sempurna.
makasih
cuma islam agama yang benar.. tidak ada yang lebih benar sedikit benar ataupun paling benar kecuali.. islam
pluralisme anak turunannya kapitalisme,mabda kufur…
mari berjuang menyongsong terapnya syariah & tgaknya khilafah agar tak lagi ada bertebaran paham2 yang sesat yang tdk sesuai ajaran Islam…
Pluralisme itu hanya isme bahwa kita tahu ada banyak agama lainya selain Islam, namun kita sebagai umat Islam harus menjalankan dengan sungguh2 kewajiban kita Yaitu Menjaga akidah, sholat, Baca Quran,berdakwah, menyebarluaskan kebenaran agama Islam serta mengamalkannya Amin
saya tidak setuju adanya pluralisme, Tuhan orang Islam dengan orang non-Islam jelas” beda, masa kita mau disamain dengan mereka…
lakum dinukum walyadin
agamaku ya adalah agamaku
sedangkan agamamu ya adl agamamu
yg benar adalah agamaku (ISLAM)
aku tidak mengganggu agamamu
aku hanya menyampaikan kebenaran ISLAM
kalau ingin agamamu benar maka ikutlah ke agamaku=Islam
NO PLURALISME
NO SEKULARISME
NO LIBERALIME
NO KAPITALISME
NO BANYAK TUHAN
JUST ALLAH SWT, Amien…
menurut saya pluralisme adalah suatu gagasan yang benar, karena pada hakekatnya semua agama menuju pada tuhan yang ESA. akan tetapi proses dan tata cara ritual yang berbeda, lha wong tuhan itu punya rencana dimana manusia tidak dikasih tau apa rencana itu kok. asal kita baik ya besok pasti di balas dengan yang baik pula. ya to…
“Waman yabtagi ghairal Islami diinan falan yuqbala minhu wahuwa fil akhiroti minal khasiriin”
agama lain itu pasti masuk nerakA, LHA AYATNYA SUDAH JELAS KOK. trolak pluralisme
kita tegakan agama di negeri ini menjadi negara yang makmur tanpa adanya pluralisme. itu adalah faham pemecah belah yang justru akan membuat tatanan keberagamaan menjadi kacau balau, kalau perklu kita hancurkan saja faham itu dari negeri tercinta ini sampai keakar -akarnya. tidak mungkin kita terkungkung dalam wadah dimana kita harus mebnaati semua aturanya dan di sisi lain mereka enek-enakan dengan ritual mereka yang hanya begitu sedangkan kita pontang panting
Pluralisme…NO, Pluralitas….YES
sesungguhnya tujuan utama dari paham pluralisme hanya satu yaitu menghancurkan agama Islam. Logikanya kayak gini nih..kalo emang semua agama sama, mending gua pindah agama aja ke agama kristen misalnya, khan gak usah Puasa, gak usah Sholat..tetap aja masuk sorga. Makanya jaga anak keturunan kita dari bahaya paham pluralisme
Pluralisme? gak ngerti tuh… ilmu agama ane dangkal…stelah baca2, tanya2 “om gugel”, kayaknya ane dukung MUI aja deh…
oke ane juga dukung MUI. cukup dengan ISLAM, MUHAMMAD ROSULULLAH, dan ALLAH yang tegak berdiri
ASHADUALAILLA HAILALLAH,WA ASHADUANA MUHAMMADROSULULLAH
islam adalah agama yang benar
jadi jangan samakan islam dg non islam.
jangan anggap smua agama itu sama.
pluralisme hnyalah ajaran orang2 non islam yg ingin mrusak islam.
kesalahan pluralisme mencangkup pada pada pemahaman yang menyamakan kesamaan agama. Artinya Islam mengakui bahwa sesus adalah Tuhan. Sedangkan secara pemahaman islam bahwa Yesus ada seorang Nabi. Jadi wajarlah kalau barat bersikukuh untuk menghancurkan islam dengan paham-paham baru.
“inna dinna’indallahil islam” ( sesungguhnya agama/ideologi yang paling benar di sisi allah adalah ISLAM ).
Oleh karena itu SEKULERISME,PLURALISME,KAPITALISME dan DEMOKRASI adalah ideologi sesat dan menyesatkan yang dibuat oleh bangsa thogut.
takbir …………!!!!!!!!
….gampang saja, koq…. yang setuju pluralisme, mengapa ndak ganti-ganti agama dan ibadah saja setiap hari, misalnya; hari ini Islam dan beribadah secara Islam, besok Kristen dan beribadah secara Kristen, lusa Budha dan beribadah secara Budha…. nah, repot, bukan….
faham sekularisme, libralisme n pluralisme adalah idelogi sesat n menyesatkan karena itu kembali kepada Islam yang kaffah diredhoi Allah SWT.