HT Sudan: Perubahan Demokratis atau Kembali Kepada Islam?!

No          : N/R/H/T/S/50/2009

Tanggal : 22 Dzul Hijjah 1430 H / 09 Desember 2009 M

Keterangan Pers

Perubahan Demokratis atau Kembali Kepada Islam?!

Partai-partai oposisi di Sudan menyerukan perubahan demokratis. Untuk meralisasikan hal itu dibentuk koalisi, diselenggarakan berbagai diskusi, serta masyarakat dimobilisasi agar keluar melakukan demonstrasi. Akibat tekanan itu, pemerintah partai Konggres Nasional tidak menolak ide perubahan demokratis itu. Pemerintah Partai Kongres Nasional hanya khawatir terhadap bagiannya di dalam pemerintahan. Sebab partai Kongress Nasional mengetahui bahwa partai-partai oposisi dengan beragam namanya mengangkat slogan tersebut untuk tujuan kekuasaan dan meraih kemenangan dengan mendapatkan kursi kekuasaan. Apa yang terjadi pada hari Senin lalu dalam bentuk keluarnya para pendukung gerakan rakyat dan partai-partai oposisi dalam sebuah aksi demonstrasi, dan sikap pemerintah partai Kongres Nasional yang menghadapi demonstrasi itu secara reresif adalah bukti terbaik atas persaingan demi kekuasaan.

Masyarakat di Sudan telah merasakan pemerintahan dari semua partai itu, baik partai-partai itu bergabung ataupun sendiri-sendiri, sejak penjajah kafir Inggris dengan pasukannya keluar dari Sudan, sekalipun ide, sistem, dan tsaqafahnya masih bercokol. Masing-masing partai tersebut baik yang sekarang berada di kekuasaan atau di luar kekuasaan menjadi oposisi, semuanya pada hari-hari tertentu sejak waktu itu telah pernah ikut serta dalam pemerintahan di Sudan, baik pada masa pemerintahan demokratis ataupun pemerintahan totaliter. Masing-masing, baik totaliter militeristik maupun demokratis, sama-sama memerintah dengan hukum-hukum positif buatan manusia. Jadi keduanya adalah satu dari dua sisi mata uang yang sama. Pada masa semuanya itu, penduduk Sudan tidak merasakan adanya orang yang memelihara urusan-urusan mereka, apalagi mengurusi mereka dengan baik. Pemerintahan dan kekuasaan dalam pandangan partai-partai itu merupakan ghanimah (pampasan) yang diperjuangkan untuk dimenangi. Ini adalah sesuatu yang wajar, karena masing-masing dari sistem yang tegak pada masa dahulu dan yang tegak sekarang ini adalah hasil dari sistem barat kapitalis yang tidak tegak di atas prinsip pemeliharaan urusan masyarakat, melainkan tegak di atas pungutan. Meski sistem itu telah tampak jelas kerusakannya, dan fakta boroknya terlihat jelas (baik sistem demokratis maupun militeristik), maka dari sisi syar’i semuanya itu adalah sistem batil yang kaum muslim tidak boleh berhukum kepadanya atau menghukumi dengannya. Allah ‘azza wa jalla berfirman:

[وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ]

Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS al-Mâ’idah [5]: 44)

Para penyeru perubahan demokratis di atas asas Nivasa dan konstitusi transisi, menegaskan bahwa perubahan yang didengungkan bukanlah perubahan sistem kehidupan di dalam pemerintahan, politik, ekonomi dan lainnya. Akan tetapi yang mereka maksudkan tidak lain adalah perubahan orang dengan orang lain. Dalam kondisi sekarang ini yang mereka dengungkan adalah perubahan penguasa sekarang dengan orang lain yang berasal dari partai-partai lain. Penguasa saat ini dan partai-partai oposisi mengetahui hal itu dengan baik. Karena itu terjadilah pengkutuban, kekacauan, dan chaos politik di negeri ini.

Sesungguhnya yang bisa melindungi negeri kita dari kekacauan dan keterpurukan politik ini adalah kembalinya semuanya kepada Islam dan menjadikan Islam sebagai asas pemerintahan dan kekuasaan, serta asas dalam menyelesaikan perselisihan dan dalam pemberian hak. Hal itu adalah dengan menegakkan Daulah Khilafah Rasyidah yang akan bertindak adil di tengah masyarakat baik muslim maupun non muslim. Di bawah naungan Daulah Khilafah, semua orang akan merasakan keamanan, ketenteraman, dan pemeliharaan yang baik. Pemerintah dan penguasa akan menjadi pihak bertanggung jawab atas umat, bukan sebagai pencari ghanimah atau pencari kue yang akan mereka bagi-bagi.

[ياأَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ]

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (QS al-Anfâl [8]: 24)

Ibrahim Utsman (Abu Khalil)

Juru Bicara Resmi Hizbut Tahrir

Di wilayah Sudan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*