Walhi: Kita Makin Dicengkeram Neolib

Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) menyatakan, kerusakan lingkungan hidup Indonesia sepanjang 2009 lebih disebabkan oleh negara yang menganut neoliberalisme. Terlebih karena negara sering menjadi boneka dari kepentingan-kepentingan korporasi yang menganut neolib.

“Kita tidak dapat lepas dari tatanan neoliberal,” kata kata Berri, salah satu aktivis Walhi dalam konferensi pers Outlook Walhii 2009 dan Revolusi Ekologi di Jakarta Media Center, Jakarta, Jumat (8/1/2010).

Menurut Walhi, terpilihnya kembali Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Budiono semakin menegaskan bahwa paham neolib semakin berkuasa.

Fakta yang semakin memperkuat bisa dilihat di APEC kemarin, di mana SBY sudah memasuki wilayah neolib ketika berbicara dalam tataran wilayah Free Trade Area, menolak proteksionisme, dan membuka pasar seluasnya.

Paham ini telah nyata-nyata dipraktekkan dalam perekonomian Indonesia, melahirkan jutaan kemiskinan, pengangguran, kelaparan, kerusakan lingkungan, pelanggaran HAM, dan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan.

“Pemerintah masih gagal menjamin keselamatan kehidupan warga, ini sebenarnya telah terjadi pelanggaran HAM” ucap Berri.

Melalui kebijakan-kebijakan sektor ekonomi, praktek-praktek neolib digunakan dalam seluruh praktik penyelenggaraan investasi, perdagangan, dan keuangan negara yang tunduk kepada kaum pemodal, khususnya modal asing raksasa di Indonesia.

Hutang terus bertambah, kebijakan bagi investasi terus dimudahkan, sementara subsidi untuk kelangsungan hidup masyarakat luas kian dikurangi. Bantuan langsung tunai yang selama masa kampanye menjadi janji manis pemerintah bagi masyarakat miskin ternyata sudah tidak dianggarkan dalam APBN 2010.

Pengurangan subsidi, pembangunan infrastruktur dan pelonggaran kebijakan demi memudahkan investasi sudah jelas merupakan bentuk-bentuk permainan ekonomi neolib yang sangat memuja kepada pasar modal.

“Dengan segala kondisi di atas bagaimana mungkin negara ini mampu melepaskan diri dari segala krisis ekologi dan sosial bila masih berpangku tangan pada sistem neoliberal?” ucap Berri dengan nada tegas.

Hutan yang mulai menipis, kandungan sumberdaya alam yang kaya, sumber-sumber energi yang besar hanya menjadi jualan murah bagi pemodal-pemodal asing. Sementara melalui perdangan bebas, masyarakat kita dicekoki berbagai barang-barang impor yang bisa mematikan industri dalam negeri, akan meningkatkan pengangguran bagi pekerja-pekerja Industri.(Kompas.com, 8/1/2010)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*